IV. Bahagia

6 2 0
                                    

Malam ini udara malam ibukota kembali menemaniku. Semangkuk bakso hangat lengkap dengan segelas es teh tawar menyempurnakan malamku yang sunyi. Hari ini sedikit lebih santai, atau bisa kubilang jauh lebih santai dari hari-hari sebelumnya. Kebetulan kantorku sedang mendapatkan sebuah proyek besar dan proyek itu baru saja selesai persis kemarin. Syukur nya lagi proyek kali ini kembali berjalan lancar seperti proyek-proyek sebelumnya.

Kalau kalian bertanya kenapa malam ku sebagai orang yang sudah mendapatkan pekerjaan tetap ini masih saja sunyi, aku tidak bisa memberikan jawabannya. Tak jarang orang bertanya akan kehidupan pribadiku yang bisa dibilang, kosong. Namun, hal itu bukan menjadi sebuah hal besar yang akhirnya mengambil tempat dalam fikiranku.

(*Suara notifikasi line)

"Hey Ram. Masih ingat kan sama janjimu dulu? Hehehe.." begitu isi pesannya. Sebuah pesan lain muncul, kali ini adalah sebuah gambar.

Hana dan aku masih berteman baik. Saat kuliah kami memang jarang berkomunikasi, paling hanya sekali dua kali seperti saat hari raya atau hari ulang tahun salah satu dari kami. Hana seperti harapan dan keinginannya ia diterima masuk ke fakultas kedokteran, tapi bukan di UI. Ia menjadi mahasiswi dari universitas yang juga sama hebatnya. FK Universitas Gadjah Mada. Sedangkan aku masuk ke fakultas teknik mesin IPB. Sudah enam tahun sejak aku melepaskan statusku sebagai mahasiswa, tapi terkadang aku masih sering teringat dengan masa-masa perjuangan ku kala itu.

Di hari kelulusan ku Hana tidak bisa datang karena ia disibukkan oleh mata kuliah yang sangat padat, tapi ia masih menyempatkan waktunya untuk menelfonku. Begitupun aku di hari kelulusannya. Saat itu kebetulan aku harus menghadiri empat meeting berturut-turut. Namun, untungnya Tuhan memberikanku kesempatan untuk melihat sahabatku itu mengucapkan sumpahnya untuk menjalani tugas mulia yang akan menjadi tugasnya sampai sang pencipta kembali memanggilnya.

Mungkin ada banyak pertanyaan yang hadir di fikiran kalian, mungkin tentang bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan, bagaimana kabar bapak dan warung sate kami, bagaimana kisahku sampai akhirnya memilih untuk masuk ke IPB, atau mungkin kalian bertanya tentang apa yang akhirnya terjadi hari itu. Aku akan jawab pertanyaan terakhir. Singkat sebenarnya. Aku akhirnya berkenalan dengan sosok laki-laki yang merajai hatinya, namanya Harun. Setelah hari itu Harun menjadi topik perbincangan hangat di antara kami dan aku tidak bisa berbohong kalau jauh di lubuk hatiku, perasaan bahagia juga muncul saat melihat bagaimana senyum tak pernah luntur dari bibirnya saat mengisahkan tentang Harun. Tak banyak waktu baginya untuk menjabarkan setiap perasaannya untuk Harun kepadaku, karena kami disibukkan dengan level baru dari kehidupan kami. Pagi itu aku ikut mengantar Hana menuju stasiun sebelum ia berubah menjadi penduduk Yogyakarta. Kali terakhir bahuku menjadi sandaran kepalanya, juga kali terakhir aku memeluknya erat.

"Ram, jangan pernah berhenti jadi teman dan sahabatku ya!"

Walaupun Tuhan menciptakan perasaan ini memang hanya untuk diriku sendiri dan bukan untuk Hana, aku masih akan tetap mengasihinya sepenuh hatiku sebagai teman dan sahabat. Sama seperti permintaannya aku tidak akan pernah berhenti.
-

"Rama!" perempuan itu berlari ke arahku dan berhenti tepat dua langkah di hadapanku.

Yogyakarta, kali ini aku ada di kota tempat Hana menetap sejak kuliah "Gak usah lari-lari juga kali."

"Halo bro. Makasih ya udah nyempetin waktu." laki-laki dengan tinggi sedikit lebih rendah dari ku itu ikut menyambut ku.

Dari stasiun kami makan di sebuah restoran.
Disana pembicaraan mulai mengalir begitu saja, Harun yang memulai dengan membicarakan soal pekerjaan. Setelahnya kami berpisah setelah mobil mereka menurunkan ku di sebuah penginapan.
Lusa kami akan bertemu lagi untuk melakukan hal yang sebenarnya menjadi alasanku tiba di kota ini. Besok kebetulan Hana harus melakukan operasi besar, yakni operasi transplantasi hati. Saat makan malam tadi berkali-kali Hana meminta ku untuk mendoakan proses operasinya besok.
-
Hari kedua ku di kota yang sering disebut sebagai kota pelajar ini berlalu begitu cepat. Aku menghabiskan pagi ku di penginapan dan memutuskan untuk pergi menelusuri beragam jenis makanan di tengah jalan kota di siang hari. Awalnya kufikir hari ini aku akan menulusuri bagian kecil Yogyakarta sendirian, tapi aku dikejutkan dengan pertemuan yang tidak kuduga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jatuh Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang