Seorang lelaki dengan langkah yang terburu menghampiri sebuah ruangan. Saat sudah sampai tepat di depan pintu yang menjadi pembatas antara koridor tempatnya berdiri dan bagian dalam ruangan itu, ia berhenti. Meraih dengan ragu gagang pintu tersebut.
Begitu pintu benar-benar terbuka. Puluhan alat laboratorium menyapa pemandangannya. Benda-benda itu menjadi kesayangannya sejak SMA dulu.
Sejujurnya nyalinya semakin ciut ketika kursi yang membelakanginya berputar menghadapnya. Laki-laki itu segera membungkuk sesaat, "Maaf telah membuat Anda menunggu, Prof."
"Ah, tidak masalah, Jungkook. Saya tahu, Anda memiliki kesibukan organisasi." Profesor itu membetulkan letak kacamatanya. "Begini, saya sudah melihat eksperimen baru buatanmu. Untuk mahasiswa tahun kedua sepertimu, ini luar biasa."
Jungkook yang dipuji seperti itu tersenyum sopan. Sedikit lega karena Profesor Kim tidak memarahinya seperti teman yang lain --yang dipanggil satu persatu ke ruangan ini. Pria berumur empat puluh tahunan itu justru menatap kagum mahasiswanya.
"Terima kasih, Prof."
"Apakah Anda bersedia untuk bergabung dengan tim saya? Anda bisa mendapat pengalaman yang luar biasa dari orang-orang hebat," tawarnya. "Hanya satu bulan, meneliti kebocoran yang terjadi di pabrik kota Changwon. Jika masalah dapat diatasi lebih cepat, maka kita akan pulang lebih cepat juga."
Dari matanya, Jungkook nampak tergiur. Ia merasa sangat terhormat karena mendapatkan tawaran langsung dari Profesornya ini. Tanpa pikir panjang, ia mengangguk setuju.
Begitu sampai di tempat perkumpulan organisasi jurusannya, Jungkook diserang beberapa pertanyaan tentang pertemuannya dengan Profesor Kim.
"Beliau mengajakku untuk pergi ke Changwon, meneliti. Ah pasti sangat seru." Jungkook memamerkan gigi kelincinya sampai matanya menyipit.
"Mwo? Kau tidak dimaki-maki olehnya? Itu tidak adil," heran salah satu temannya yang bernama Mingyu itu.
"Beliau memuji hasil kerjaku yang bagus. Salah kau yang tidak mengerjakan tugas dengan benar."
"Ya! Seharusnya kau mengajariku, memang pelit!" umpat Mingyu. "Lantas, kau terima tawaran itu?"
"Tentu saja. Itu kesempatan emas!"
"Lalu bagaimana dengan acara ulang tahun jurusan, Kook? Kau ketua pelaksana." Sahutan dari perempuan yang daritadi hanya memerhatikan mereka membuat Jungkook terdiam.
"Prof bilang hanya satu bulan, aku yakin timnya dapat menyelesaikan kurang dari sebulan," ucap Jungkook. "Sebentar, bukannya ketua pelaksana belum disetujui senior. Bagaimana kau yakin aku yang menjadi ketuanya, Yeonjoo?"
"Senior menyukaimu, Kook."
Jungkook merupakan mahasiswa semester tiga jurusan Kimia di salah satu perguruan tinggi di Seoul. Dia memiliki wajah yang rupawan, porsi tubuh yang pas, dengan gigi kelinci yang menjadi daya tarik bagi siapa saja. Sifatnya juga sopan, rajin, ramah, dan pintar --membuat sosok itu hampir mendekati kata sempurna. Alhasil, ia disenangi oleh banyak orang di jurusannya.
"Mingyu juga memiliki kriteria untuk mejadi ketua, walau pemalas, sih. Atau Eunwoo dari kelas A, dia sangat teratur orangnya. Atau kau, Yeonjoo, menjadi ketua tidak harus laki-laki," paparnya.
"Mengapa hanya aku yang diejek?" keluh Mingyu.
"Kau harus lebih rajin lagi, Tuan Kim."
Melihat Mingyu yang menekuk wajah dengan Jungkook yang meledeknya membuat Yeonjoo tertawa. Dua orang itu memang sering beradu mulut. Biasanya Mingyu yang akan mudah emosi dengan ledekan-ledekan Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Street✓
Historia Corta[LENGKAP] Korea telah memasuki musim gugur. Jalanan dipenuhi oleh dedaunan jingga yang jatuh dari pohon, memperindah aspal yang biasanya hanya dihiasi oleh butiran debu atau percikan air. Tak heran, beberapa kursi di sepanjang jalan telah diduduki o...