Merdeka Di Tengah Belenggu Kegelapan

110 11 14
                                    

Supaya lebih terasa feels-nya, adegan konflik batin Agni bisa dibaca sambil mendengarkan lagu 'Town, Flow of Time, People' dari anime Clannad dan adegan character development-nya bisa dibaca sambil mendengarkan lagu 'Tanah Airku' versi instrumental. Selamat membaca.

---------------------------------------------------

"Proklamasi ...."

"Kami, bangsa Indonesia. Dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta ...."

Bersamaan dengan berakhirnya suara Ir. Soekarno yang berasal dari rekaman video peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia, tampilan di layar smartphone yang menayangkan video tersebut berganti menjadi tampilan home screen. Sang pemilik melihat tanggal di ponsel pintar miliknya, kemudian mematikan layarnya dan meletakkan ponsel itu di meja di samping tempat tidurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya.

"15 Agustus 2021, ya .... Itu artinya, besok lusa adalah tanggal 17 Agustus 2021, hari peringatan kemerdekaan Indonesia," ucap si pemilik, seorang remaja berjenis kelamin laki-laki dengan rambut hitam legam dan bola mata berwarna coklat gelap. Jika dilihat dari penampilannya, tampaknya dia tengah duduk di bangku SMA.

"Yah, walaupun kurasa tidak ada yang pantas untuk dirayakan. Apa gunanya perayaan kemerdekaan di negeri yang belum sepenuhnya merdeka? Melihat kondisi negara ini sekarang, sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan. Bahkan mungkin situasi saat ini lebih parah daripada saat zaman penjajahan dulu."

"Konflik di sana-sini, nasionalisme dan persatuan yang sudah mulai luntur akibat hilangnya toleransi, kesopanan yang sudah lenyap bagai ditelan Bumi, ultra-nasionalisme yang mengakibatkan hinaan terhadap negara lain, pandemi yang menimbulkan kerugian di berbagai sektor, bagian mana dari semua ini yang bisa disebut sebagai kemerdekaan?"

"Meskipun tanggal saat ini sudah mendekati hari kemerdekaan, sama sekali tidak ada yang berubah dari sikap bangsa ini. Intoleransi, rasisme, pemberian cap secara sembarangan, disinformasi, debat kusir, semuanya masih berlanjut. Yah, setidaknya tidak ada yang membuat kontroversi tentang logo HUT RI kali ini seperti tahun lalu."

"Aku harap Indonesia bisa melompati aliran waktu dan kembali ke masa lalu. Masa ketika bangsa ini masih kaya akan nasionalisme, kesopanan, toleransi, serta keramahtamahan. Tapi ..., tentu saja, itu hal yang mustahil. Waktu hanya berjalan dalam satu arah. Tidak ada manusia yang bisa memutarbalikkannya."

Dengan pandangan yang kosong dan tak bersemangat, remaja tersebut mengambil kembali ponselnya, menyalakannya, dan membuka aplikasi WhatsApp. Dia berharap mengobrol dengan temannya akan membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Namun, saat remaja itu membuka-buka grup satu-persatu, ia malah menemukan satu pesan yang membuat perasaannya semakin jengkel. Pesan yang memperburuk suasana hatinya itu adalah pesan berisi informasi mengenai lomba 17 Agustus-an secara virtual yang diselenggarakan oleh sekolahnya. Yang menjengkelkannya, semua siswa wajib berpartisipasi dalam lomba tersebut. Sang remaja hanya memutar matanya dengan malas. Sejak dulu, dia memang selalu malas mengikuti perlombaan.

"Ayolah. Ini merepotkan. Jika kau mewajibkan seluruh siswa untuk ikut, setidaknya perbanyak kategori lombanya!!" gerutunya dengan kesal.

"Payah. Kukira tahun terakhirku di SMA akan lebih berkesan sebagai kompensasi atas terbuangnya satu tahun pelajaran, tapi sama sekali tidak ada perubahan. Masa SMA-ku malah menjadi semakin datar. Kukira tahun terakhirku akan jadi lebih berwarna, tapi malah tetap dipenuhi warna hitam putih. Tidak ..., kurasa sekarang semuanya ditimpa oleh warna hitam. Tidak ada lagi warna putih."

Merdeka Di Tengah Belenggu Kegelapan (Cerpen)Where stories live. Discover now