Arthurland?

20 3 0
                                    

Ini bukan tipuan atau ilusi semata. Ini juga bukan halusinasi. Tempat ini terasa nyata sekali. Lagipula, apakah orang mati masih berhalusinasi? Yang jelas aku sekarang masih bernafas di dunia ini. Lanskap gunung dengan keindahan lengkungannya. Langit biru yang cerah. Burung-burung yang bernyanyian seolah menyambutku sesampai disini. Aku mencoba tuk berdiri.

". . ." baiklah, aku bisa berdiri.

T-Tunggu. Badanku... Badanku kembali utuh semula. Tanganku yang tadinya hilang sekarang ada lagi seperti ada seseorang yang menumbuhkannya kembali. Jaket ini, bercak darah seakan pudar. Intinya, semua keadaan tubuhku kembali seperti keadaan sebelum kecelakaan terjadi. Ya, terkecuali kaki sebelah kananku. Bukan. Kaki kanan ku masih ada pada tempatnya. Dan bukan juga kaki kananku tidak berubah bentuk menjadi kaki makhluk lain. Hanya saja...

"Aduh, pegal" cuma pegal sedikit.

Secara alamiah layaknya apel yang jatuh karena gaya gravitasi, aku memutar pergelangan kaki kananku. 'Cling!' Telinga ku menangkap sebuah suara. Seperti suara sihir yang sering ku dengar saat bermain game bersama temanku. Aku menoleh ke kanan

". . ."

Ke kiri.

". . ."

Ke belakang.

"Tidak ada juga"

Pikiranku masih merasa terhakimi oleh misteri suara 'cling' itu. Ah, sudahlah, akan kusimpan dulu kasus ini. Tak mungkin diriku bisa mencari tahu asal bunyi itu dengan cepat. Lagipula, aku juga bukan detektif. Mungkin suara sihir-sihir seperti itu memang sudah biasa di dunia ini. Sama halnya game yang kumainkan. Karakter penyihir atau makhluk sihir sudah menjadi ciri khas game nya. Aku mulai berjalan meninggalkan tempatku nge-spawn (muncul) tadi. Kepercayaan reinkarnasi di dunia asalku memang sangat rendah. Bagi mereka yang percaya, dunia yang mereka masuki adalah dunia penuh sihir layaknya dongeng. Namun dunia nya tidak sesederhana dongeng Putri Salju. Dunia sihir ini lebih bervariatif dan lebih liar. Mungkin aku akan menemukan Peri cantik yang dapat membimbingku. Bodoh. Jangan tunjukkan kebodohanmu di dunia ini. Bisa jadi respon orang di dunia ini berbeda 180°. 

"Serahkan semua hartamu!"

"Sudah kubilang aku tidak punya apapun!"

"Josch, periksa dia"

Aku mendengar suara seperti ada perampokan tidak jauh dari posisiku berdiri sekarang. Aku melihat sekeliling. Disana! Ah.... sial. Perampoknya berbadan besar dan kekar. Aku mungkin harus putar balik.

"Ahhh... ehhh" seorang gadis muda. Dia dalam bahaya!

Tapi badan mereka besar dan kekar sedangkan aku kurus tak berisi dan tak pernah berolahraga. Sudah pasti aku kalah. Bagaimana ini?

"Shutopanchu!" gadis itu menggunakan sihir. Mungkin suara tadi adalah suara efek sihirnya. Namun jika dilihat dari keadaannya mungkin dia baru saja dirampok, untuk apa dia menggunakan sihir saat tidak terancam? Ah, sudahlah. Dia punya sihir, aku tak perlu menolongnya.

"Rupanya kau penyihir, berikan tongkatmu! Seorang penyihir pemula sepertimu tak pantas menggunakan tongkat seperti ini. Cepat, berikan semua hartamu!" Om rampok itu merebut paksa tongkat sihirnya lalu membuangnya. Mereka hanya mencari harta dari orang yang mereka cegat.

"Ha'chu" sial aku bersin.

"Siapa itu? Apa ada yang mengintip?"

"Oy, maju sini kalau kamu berani!"

Aduh gawat! Mau tidak mau aku harus maju. Jika aku mundur aku mungkin akan dikejar. Aku memberanikan diriku untuk maju.

"M-Maaf kan aku tadi mengintip. Aku hanya penasa.."

Re:Start, Kesempatan Hidup KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang