Kekuatan

16 2 0
                                    

"Maafkan kami, penginapan kami penuh hari ini. Ada rombongan pengembara yang menyewa semua kamar hari ini" kata sang pengelola penginapan.

"Apakah tidak ada kamar yang tersisa?" Elena seakan tak yakin.

"Maaf, semua kamar sudah disewa"

Setelah banyak penginapan yang kita datangi, hanya inilah penginapan yang menawarkan harga termurah. Tak heran juga para pengembara yang datang mencari penginapan yang murah. Penginapan lain menawarkan harga yang cukup mahal di dunia ini, yaitu 10 koin emas. Bahkan saat aku menawarkan uang logam Yen tadi mereka berkata 'Kami hanya menerima koin yang terbuat dari emas. Itu sudah peraturan pengelola'. Lalu saat kucoba menawarkan uang kertas Yen 'Kami tidak menerima lukisan dengan tulisan aneh seperti ini'. Sedangkan penginapan ini menawarkan satu kamar dengan harga 15 koin perak. Elena memang memegang uang yang cukup namun kebetulan semua kamar sudah disewa. Aku tidak boleh menyerah.

"Apakah tidak ada kamar yang bukan kamar inap?"

"Maeda?" Elena terkejut mendengar pertanyaanku.

"Hmm, sebenarnya penginapan ini terhubung dengan kandang kuda dibelakang. Ada dua penjaga kuda sebenarnya, namun mereka sedang membawa semua kuda ke Kerajaan Libertinus untuk perlombaan kuda. Jadi kamar mereka kosong bisa kalian tempati"

"Nah, mantap. Berapa banyak yang harus kami bayar?"

"Karena kamar itu tidak termasuk bagian penginapan kalian berdua tak perlu membayar. Ayo biar saya antar"

"Syukurlah. Terimakasih Maeda" aku hanya mengacungkan jempol sebagai ganti kata 'Sama-sama'.

Pengelola ini mengantarkan kami ke kandang kuda dibelakang menginapan. Kami melewati gang kecil yang tidak terlalu sempit. Ternyate benar, kandang kuda ini terhubung dengan bangunan penginapan. Mereka dihubungkan dengan batu bata dan semen yang nampaknya belum selesai disemen, namun nampaknya kokoh. Kandang kudanya berhadapan langsung dengan sebuah bukit yang nampaknya adalah tempat para hewan ternak untuk bermain dan makan rumput. Ya, bukitnya masih terbilang agak rendah dan masih di dalam kawasan dinding kerajaan.

"Kamarnya ada di lantai kayu diatas, ya bukan kamar juga sih namun fasilitasnya sudah memenuhi standar penginapan. Mereka berdua juga membantu usaha ini, jadi mereka layak mendapatkan kenyamanan yang sama"

"Ah terima kasih banyak" aku hampir membungkuk tapi untungnya masih sempat kutahan.

"Tidak masalah. Selamat beristirahat" sang pengelola meninggalkan kami di kandang kuda ini.

"Maeda, ayo kita periksa lantai diatas" kami pun menuju lantai yang telah diarahkan.

Sebuah kamar ala Jaman Showa?! Tunggu, dunia macam apa ini?! Tatami yang tersusun rapi. Futon untuk dua orang. Dan yang lebih parahnya lagi mereka menyediakan sendal ala Jepang! Untung saja pintunya bukan pintu geser. Yasudahlah, daripada tidur di jalanan seperti gembel. Ruangan ini bernuansa Jepang dan sedikit ala-ala abad pertengahan di Eropa. Luasnya hampir sama seperti ruang klinik di sekolah yang mampu menampung 3 orang. Ada jendela bulat yang ada salibnya di tengah seperti gaya-gaya rumah di Belanda. Elena membuka jendela itu dengan mendorong bagian bawahnya. Di jendela itu terdapat engsel atau sejenisnya di bagian salib horizontalnya.

"Oh, ya Elena. Bolehkah aku tau sedikit tentang sihirmu?"

"Maaf Maeda namun sihirku tidak digunakan untuk main-main"

"Apakah tidak ada sihir yang kecil atau mungkin kurang berguna? Kau pasti juga penasaran kenapa aku membungkuk" raut wajahnya berubah.

"Eh, di dunia ku jika orang membungkuk artinya dia sedang berterima kasih atau memohon"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Re:Start, Kesempatan Hidup KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang