Perkumpulan anak-anak geng yang dinamakan geng Valhalla diadakan di Minato pada saat senja sudah menampakkan cahaya jingganya.
"Kita bakal nyerang Touman, gas gak nih?"
"GAS!! GASKAN.....!!" Sorakan dari para anggota geng memecah keheningan disekitarnya, sementara Hanma terlihat tengah terduduk diantara perkumpulan tersebut.
Lima hari sebelumnya....
"Aku mau jalan-jalan sama kamu selesai pulang sekolah, kamu mau kan?" Gadis itu membulatkan pupilnya manja.
"Mau jalan-jalan kemana sayang, hm? Kamu bilang ada ujian hari ini." Hanma menangkup dagu [name] dan menatapnya intens.
"Kemana aja, bodo amat sama ujian...aku pengen jalan sama kamu, kamu sibuk terus gak ada waktu denganku." Ekspresi cemberut tertanam di wajah [name] kali ini.
Seketika suara handphone berbunyi dengan nyaring, Hanma merasakan ponselnya bergetar di dalam saku jaketnya.
Manik gold miliknya menatap layar ponsel tersebut, ia sedikit menjauh dari [name] untuk mengangkat telpon tersebut. Beberapa saat kemudian, Hanma kembali mendekat ke arah [name].
"Kamu gak masuk kelas? Bel nya sudah bunyi bukan?"
Keduanya berada disekolah yang berbeda, [name] tau jika Hanma selalu bolos sekolah dan selalu mengunjunginya ketika waktu istirahat tiba, mau sekeras apapun [name] memarahi Hanma untuk tidak melewatkan sekolahnya, lelaki itu tetaplah bolos sesuai keinginannya.
"Ya sudah, aku masuk kelas dulu." Dengan wajah cemberutnya, [name] pergi dari hadapan Hanma.
Beberapa murid kelas [name] selalu bertanya-tanya padanya soal hubungannya dengan Hanma, mereka selalu saja memberi pertanyaan bodoh pada [name].
"Kamu kok mau sih pacaran sama anak pentolan SMA sebelah?"
"Pacarmu berandalan ya? Pasti dia membawa pengaruh buruk padamu nantinya."
Pertanyaan bodoh lainnya tentu [name] hiraukan, tapi itu sangat mengganggu bukan?
"Bisa diam tidak? Memangnya kalau aku pacaran dengan berandalan, hidup kalian akan sengsara? Apa hubunganku mengganggu kalian?" [Name] menendang meja dihadapannya hingga terjatuh, sukses membuat teman-temannya hening seketika.
Waktu telah berlalu, [name] berdiam diri di depan gerbang sekolahnya sembari manik hazel-nya menatap kosong jalanan sekitar. Berharap ponselnya memunculkan notifikasi nama yang dia tunggu-tunggu.
Gerungan motor terdengar mendekat, sudah dipastikan itu motor kekasihnya, senyum sumringah didapatnya ketika pandangan [name] beralih pada lelaki itu.
"Kupikir kamu gak akan jemput."
"Aku gak akan melupakan pacarku." Hanma memasangkan helm pada [name].
Diperjalanan, [name] menikmati suasana kota Tokyo yang sejuk, ia menopang dagunya pada bahu Hanma sembari memeluknya, sementara Hanma hanya fokus mengendarai motornya walaupun sesekali ia melirik [name] dari kaca spionnya.
"Boleh aku jujur?" Tanya Hanma.
"Apa?"
"Kamu manis kalau lagi melamun seperti itu."
Wajah [name] kini memerah bak kepiting rebus, tak segan ia mencubit pelan pinggang Hanma karena sukses menggodanya.
"Manis? Pantas saja akhir-akhir ini banyak cowok yang mendekatiku. Ibarat gula yang dikerumuni semut..."
"Apa kamu bilang? Coba ngomong sekali lagi?" Hanma menghentikan motornya seketika.
"Gak ada, aku gak bilang apa-apa...teehee~"
Keduanya melanjutkan perjalanannya, hingga tiba di sebuah monumen yang terletak ditengah kota.
"Eh- kamu ngapain?" [Name] keheranan melihat Hanma berjongkok dihadapannya.
"Kamu bakal capek, aku gendong saja, cepat naik ke punggungku." [Name] menurutinya.
Pemandangan kota Tokyo tidak pernah membuat [name] bosan, terlebih lagi ketika bersama Hanma.
Moment-moment seperti inilah yang sulit didapat oleh [name], kesibukan Hanma pada geng-nya membuatnya sulit mendapatkan waktu luang.
"Aku mau seperti ini terus, Hanma." [Name] mengeratkan pelukannya pada bahu Hanma.
"Ku usahakan."
Danau yang terletak di Shinjuku terlihat begitu indah dengan bunga Sakura yang mengelilinginya.
"Kenapa sayang? Hm? Kamu kelihatan tidak senang." Lagi-lagi manik gold miliknya menatap intens manik hazel [name].
Perlahan lengan Hanma mengelus surai [name], kemudian mengelus pelipis [name] yang dingin. Bisa dirasakan sentuhan hangat Hanma pada kulit dingin [name], membuatnya ingin mendekap Hanma yang penuh dengan kehangatan.
"Hanma, aku ingin.....kemanapun kamu pergi, aku ikut."
"Aku gak kemana-mana." Jawabnya singkat.
Seketika keduanya saling terdiam, hening yang didapat.
"Kamu tidak akan pergi kan [name]? Walaupun aku seperti ini, apa kamu akan tetap bersamaku? Aku berusaha untukmu sayang."
Liquid bening terlihat pada kelopak mata Hanma, ia mencoba menahannya agar tidak tumpah dari tempatnya.
"Hanma bicara apa? Aku tetap bersamamu, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Aku ini bicara apa sih? Maaf pembicaraannya konyol sekali." Hanma terlihat kikuk.
"Kamu tidak seperti biasanya, seperti bukan Hanma yang ku kenal....kamu kan garang, kenapa jadi lembek seperti ini hahah~" dengan nada ledeknya membuat Hanma sedikit malu akan dirinya.
Waktu itu mereka habiskan untuk berjalan-jalan disekitaran Shinjuku, tak terasa sudah 2 hari berlalu saat keduanya terakhir kali bertemu.
Tidak ada kabar pesan maupun telpon yang [name] terima dari Hanma, 3 hari kebelakang ini keduanya tidak saling bertemu. Memang bukan hal yang aneh jika Hanma selalu menghilang berhari-hari, namun biasanya lelaki itu selalu memberi pesan pada kekasihnya.
Ting~
//Hanma: Kau bisa kemari? Aku butuh bantuanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✧ ೃ 𝑨𝒎𝒐𝒖𝒓𝒆𝒖𝒙 ༄*ੈ || ✓
Short Storyᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ :╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗ 𝙃𝙖𝙣𝙢𝙖 𝙎𝙝𝙪𝙟𝙞 ╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝ 'Kata orang, cinta itu soal melepaskan dan merelakannya....' 'Tapi menurutku, jika itu cinta....maka ia tidak akan pergi' ▰▱▰▱▰▱▰▱▰▱▰▱▰▱ 𝙎𝙩�...