Part 2

19 7 0
                                    

Hy... Readers! Gimana? Seru ga?
Aku mau nanya ni kalian semua.
Apa kesan pertama kalian menilai Yira, Aksara, Zega, Tyo, Razi, dan Nando? Di komen yaaaa:)
Oiya jangan lupa vote ya. Vote dari kalian itu semangat buat aku❤️

Kokokan ayam terdengar nyaring ditelinga Yira, membuat Yira terbangun dari tidurnya, Yira  mengerjabkan matanya membuka perlahan mata indahnya. Setelah matanya terbuka sempurna, Yira melirik jam kecil diatas nakas yang terletak disamping kasurnya. Jam menunjukkan pukul 04:45, Yira bangkit dari tidurnya lalu mandi, setelah mandi, Yira menunaikan sholat subuh, lalu lanjut membangunkan adiknya untuk segera mandi dan sholat.

"Pagi ini kita sarapan nasi goreng aja ya Dira, ga pp kan?" tanya Yira kepada adiknya, Dira.

"Ga pp kok kak, yang penting kita masi bisa makan." jawab Dira.

Disela-sela aktivitas makan dua beradik itu, tiba-tiba dari arah luar pintu rumahnya, terdengar suara perempuan yang memanggil nama Dira. Merasa namanya terpanggil Dira menghentikan aktivitas makannya.

"Itu pasti buk Atin." tebak Dira.

"Emangnya ngapain buk Atin pagi-pagi ke rumah kita?" tanya Yira heran.

Dira hanya tersenyum membalas pertanyaan kakaknya, lalu berlari ke depan menemui buk Atin.
Setelah urusannya dengan buk Atin selesai, Dira kembali ke meja makan sambil membawa dua buah kotak berisi kue-kue dan gorengan-gorengan yang masih panas. Yira menyerngitkan dahinya heran.

"Mulai hari ini Dira mau jualan kue dan gorengan di sekolah kak." ucap Dira penuh semangat, lalu meletakkan kotak itu diatas meja makan.

"Ngapain jualan sih dek, kamu fokus aja sama sekolah kamu, belajar yang bener, kamu ga perlu repot-repot jualan begini sayang." ucap Yira lembut. Ya, Yira tidak ingin jika adiknya jualan, dia takut hal itu membuat konsentrasi belajar adiknya nanti terganggu.

"Ga pp kok kak, Dira janji dagangan Dira ga ganggu belajar Dira di sekolah." balas Dira masi dengan semangatnya

"Ga usah Dira, biar kakak aja ya yang jualin dagangan kamu?" tangan Yira mengambil kotak dagangan Dira diatas meja.

"Jangan kak, biar Dira aja." merebut kotak dagangannya dari tangan kakaknya, Yira.

"Dira mau belajar mandiri, mau belajar nyari uang sendiri." sambung gadis kecil yang sekarang duduk dibangku kelas satu SD itu.
Mendengar itu, Yira menghela nafas pasrah.

"Yodah kalo itu mau kamu, tapi janji ya dagangan kamu ga ganggu konsetrasi belajar kamu" Yira mengacungkan kelilingkingnya.
"Iya kak, Dira janji." Dira menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Yira.

*---------------------------------*

Yira turun dari angkot yang iya tumpangi, lalu berjalan menuju gerbang SMA Harapan. Saat langkah kaki Yira memasuki gerbang, secara bersamaan sebuah vespa warna biru langit memasuki pagar. Tanpa disengaja vespa itu menabrak tubuh seorang gadis berambut pendek sebahu, gadis itu tak lain adalah Yira. Yira meringis kesakitan saat merasakan lututnya tergores aspal kasar. Tangan Yira bergetar mencoba membersihkan pasir yang ada disekitar luka dilututnya.
Melihat hal itu cowok yang menabrak Yira tadi langsung membuka helm full facenya lalu berlari kecil mendekati Yira.
"Lo ga pp?" tanya cowok itu, cowok itu ternyata Aksara.
Yira menatap Aksara sekilas dan tidak menjawab pertanyaan Aksara. Yira sedikit kesal karena cowok itu masih saja bertanya seperti itu, padahal Aksara bisa melihat sendiri lutut Yira sedang mengeluarkan darah.
Tanpa basa basi Aksara langsung berjongkok di depan Yira,membelakangi cewek itu.
Yira menyerngitkan dahinya tidak paham.
"Kok diem aja? Naik kepunggung gue, gue antar lo ke UKS." ucap Aksara

"Eng.. Ga perlu, aku bisa jalan sendiri." tolak Yira.
Yira berdiri lalu mencoba berjalan, karena tak tahan melawan rasa perih dilututnya, sontak Yira terjatuh, menyebabkan telapak tangannya tergores dan mengeluarkan sedikit darah.
Melihat itu membuat Aksara kesal
"Gue bilang juga apa, batu sih lo! Udah, cepetan naik kepunggung gue." ucap Aksara dengan nada dingin dan terkesan cuek.
Mau tidak mau Yira menumpukan tubuhnya dipunggung Aksara, Yira mengalungkan lengannya di leher Aksara, kepalanya disandarkan ditengkuk leher cowok itu. Aksara memegangi kedua kaki Yira yang melingkar dipinggangnya, menahan berat badan Yira.

Sampainya di ruang UKS, Aksara menurunkan Yira disofa UKS. Aksara membuka lemari UKS lalu mengambil kotak P3K. Aksara menarik kaki Yira yang sedang duduk selonjoran disofa dan meletakkan kaki cewek itu diatas pahanya. Aksara dengan hati-hati membersihkan luka dilutut Yira. Yira meringis menahan perih alkohol yang menyapu lukanya, Aksara dengan sabar meniup pelan lutut Yira, berharap perih yang dirasakan cewek itu hilang.

(Drrrtt drrrtt...) geteran ponsel Aksara memecah konsentrasi Aksara yang sedang mengobati luka dilutut Yira.
"Halo? Sa? Lo dimana? Jadi bolos upacara ga sih? Kita-kita udah di (rooftop) sekolah ni." ucap Zega diseberang sana.
"UKS." jawab Aksara singkat.

Lihat, betapa cueknya Aksara, bahkan sama sahabatnya sendiri. Ya, itu lah Aksara, cowok cuek dan tidak peduli dengan sekitar. Selagi hal itu tidak ada sangkut paut dengan dirinya, Aksara tidak peduli. Tetapi, dibalik itu semua, terdapat otak yang cerdas dan wajah yang mampu menarik perhatian cewek-cewek remaja seusianya, khususnya siswi-siswi SMA Harapan.

"Ngapain lo di UKS?lo sakit? Kalo gitu gue sama yang lain ke sana." (tuttt...) Zega memutuskan sambungan teleponnya.

Pintu UKS terbuka. Nando, Razi, Zega, dan Tyo masuk. Sontak keempatnya menyerngitkan dahi. Mereka masing-masing heran, bagaimana bisa seorang Aksara yang anti dengan cewek, berada dalam satu ruangan dengan seorang cewek.

"Lo ngapain Sa?" tanya Tyo yang mewakili rasa penasaran sahabat-sahabatnya.

"Gue ga sengaja nabrak dia, lututnya luka, trus gue  obatin" jawab Aksara seadanya.
Keempat sahabat Aksara melihat kearah Yira.

"Inikan cewek (waiters) di cafe itu." bisik Nando kepada Razi.
Mendengar itu Razi memperhatikan Yira.

"Eh iya, lo bener Nan, pantesan lo bilang waktu itu mukanya ga asing, eh ternyata dia siswi disini." bisik Razi kepada Nando.

Melihat Nando dan Razi saling berbisik, membuat Yira merasa bahwa mereka berdua sedang membicarakan dirinya.
Yira hanya menunduk melihat lututnya yang sudah diperban oleh Aksara. Yira merasa canggung dengan situasi ini, situasi dimana Yira berada dalam satu ruangan dengan lima cowok yang terkenal nakal di SMA Harapan. Terlebih lagi dia perempuan seorang diri.

*---------------------------------*
Yira berjalan pincang melayani pengunjung cafe. Rozan, pemilik ROZ cafe tempat Yira bekerja menatap Yira heran. Ketika Yira kembali ke dapur, Rozan mendekati Yira yang tengah duduk menunggu pesanan pengunjung.
"Kaki kamu kenapa Ra?" tanya Rozan dengan alis terangkat.
"Eh" Yira sedikit terkejut.
"Tadi disekolah Yira ga sengaja ditabrak sama orang kak." jawab Yira agak canggung.

"Terus luka? Parah ga lukanya?" cowok itu terlihat khawatir

"Eng..engga kok kak, ga parah, udah diobatin juga, Yira ga pp kok." jawab Yira tidak enak.

"Ya udah untuk sementara kamu tukar posisi  aja sama Meyra, Meyra melayani pengunjung, dan kamu yang masak." ucap Rozan

"Ga usah kak, aku ga enak sama Meyra."
Meyra yang kebetulan ada disitu dan mendegar percakapan Rozan dan Yira, mengangguk setuju.

"Udah... Ga pp Ra, kaki kamu kan lagi sakit."
"Tapi Mey-" ucapan Yira terhenti

"Sstttt... Udah ga pp." Meyra memotong ucapan Yira.

"Hmm ya udah deh, maaf ya Mey, aku ngerepotin."
Meyra hanya menggeleng kecil dan tersenyum membalas ucapan Yira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dinding Penghalang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang