Early masih dalam keadaan terikat, tak tahu harus bagaimana. Proses kegiatan belajar mengajar masih berlangsung pada semua kelas, kecuali kelas A tentunya.
Early yakin, semua murid di kelasnya sudah keluar karena dua menit lagi bel istirahat akan berbunyi.
Sepertinya Reysa tidak mau repot-repot menghabiskan banyak waktu untuk membullynya, jadi seharusnya ia sudah berada di kantin tiga menit yang lalu.
"Sial! Bagaimana cara melepaskan ikatan ini?" keluh Early, ikatan yang terpasang pada tangannya itu sangat kuat. Sampai ia heran, apakah Reysa tidak mempunyai belas kasih?
"Ah, sudahlah! Biarkan ikatan ini saja!" Early menutup matanya sebentar. Biarpun Early berkata seperti itu, ia tetap memikirkan bagaimana cara agar bisa terlepas dari ikatan ini.
Terdengar suara langkah kaki seseorang, dari yang Early dengar ia menduga bahwa itu adalah suara langkah kaki seorang lelaki.
Early merasakan tangan yang mengendurkan ikatannya perlahan-lahan, "Ini merepotkan, ya?"
Suara sarkas itu! Riel? Kenapa dia ada di sini? batin Early bertanya-tanya. Ia sama sekali tidak mengharapkan kedatangan laki-laki itu. Walaupun ia membantu melepaskan ikatannya tetapi tetap saja ia tidak mengharapkan kehadiran Riel!
Setelah tali yang mengikat tangan Early terlepas, ia segera duduk. Memengangi lehernya yang masih terasa panas.
Apa cairan yang diminumkan padanya tadi adalah bubuk cabai? Early sudah sering memakan makanan yang pedas, tapi rasa pedas cairan tadi itu sangat mengerikan.
Early membutuhkan air, ia melihat ke sekeliling. Tatapannya terhenti pada botol Aqua milik Riel, terlihat jika air miliknya tinggal setengah botol.
Tanpa berpikir panjang, Early langsung mengambil botol milik Riel lalu meminumnya hingga habis.
Riel yang melihat itu langsung membulatkan matanya, "I-itu, kan!"
"Itu apa? Aku lagi kepedesan!" kata Early kesal, ia tidak tahu dimana salahnya. Tidak, lebih baik memikirkan rasa pedas di tenggorokannya daripada memikirkan dimana salahnya.
"Bu-bukan! I-itu, kan! Air bekasku, lho!" kata Riel panik, ia tidak habis pikir Early langsung meneguk air miliknya hingga habis.
"Terus, kenapa? Ini 'kan, cuma air?" tanya Early dengan wajah polosnya. Ia benar-benar tidak tahu kenapa Riel sampai bereaksi seperti itu.
"Sudahlah!" Riel sudah jengah, ia tidak tahu kalau Early sepolos ini. Pipinya memanas, ia merasa bahwa Early benar-benar mempermalukan dirinya.
"Kok, pipimu merah?" Early bertanya sambil sedikit memiringkan kepalanya.
Riel hanya bisa menahan amarahnya. Ia juga tidak tahu kenapa dirinya takut untuk memarahi Early.
Early yang menyadari bahwa Riel sedang menahan amarahnya hanya bisa bertanya-tanya.
Kenapa Riel kayak gitu? tanyanya dalam hati.
Ah! Itu tidak penting. Aku harus segera mencari air lebih banyak! Tenggorokanku masih panas! Dasar Reysa sialan! Aku sangat ingin mematahkan tulang-belulangnya itu! umpat Early dalam hati.
Early tersenyum sadis, sedangkan Riel hanya bisa bergidik ngeri. Ia tahu kalau Early sangat ingin membalas perbuatan Reysa, tapi ia tahan. Mungkin karena Early tidak menginginkan beasiswanya dicabut.
"Nggak ke kantin?" Riel berdiri seraya menetralkan raut wajahnya. "Nggak! Mau ke kamar mandi!" jawab Early asal.
"Buat?" Riel memiringkan sedikit kepalanya, "Buat minum air!" balas Early dengan nada tidak enak didengar, lalu ia melangkahkan kakinya dengan kasar meninggalkan Riel yang masih mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudah Palsu
Randomearly detektif seorang detektif muda, ia menyamar sebagai Aiza, rekan yang telah ia anggap sebagai Kakaknya sendiri. Di sana, Early mencari jejak-jejak organisasi Hitam. Tapi, lama kelamaan Early mulai ragu, dan setelah itu- Kira-kira apa yang terja...