1 ; Perihal pergi ke kantin

160 12 2
                                    

Jam pelajaran yang cukup suram membuat Kiazalin atau akrab disapa Alin mengantuk, selain karena membosankan tapi gadis berwajah boneka itu memang tidur sangat larut sehingga kekurangan jam tidur.

Beruntungnya ia duduk dibarisan tengah sehingga dirinya lolos dari pandangan guru. Bel tanda pergantian jam pelajaran telah berbunyi, sedangkan Alin masih anteng dengan tidurnya.

Alin tidak benar-benar pulas dalam tidurnya, hanya saja ia cukup nyaman dan senang untuk tetap tertidur, ia masih mendengar suara disekitarnya kok.

"heh Alin absen" bisik Jia-- teman sebangku sekaligus sahabat perempuan Alin. Alin yang cukup terusik akhirnya sedikit memperhatikan Jia yang sedang berbicara kepadanya.

"Kenapa Ji?" tanya Alin dengan nada khas orang bangun tidur. "absen bego, cepet bangun!" titah Jia karena orang disebelahnya ini sulit sekali jika diminta untuk bangun.

"Liki Sanjia?" saat namanya disebut, Jia buru-buru mengangkat tangannya agar bisa kembali membangunkan Alin. "Alin bentar lagi lo anjir cepet bangun" bisik Jia panik.

"Maharani Kiazalin?" ekspresi mengantuk Alin berubah seketika menjadi penuh semangat, membuat Jia memutar bola matanya kesal. "hadir Pak!" ucapnya dengan senyum lebar.

Anak kelasnya bahkan sudah tidak heran dengan kebiasaan Alin yang tidur di kelas namun tiba-tiba terbangun seolah dirinya tidak pernah tidur saat absen, ya... hal itu sudah biasa dan bukan hal yang aneh lagi.

Ketika pelajaran kembali dimulai, Alin akan kembali tidur dengan nyaman beralaskan hoodie berwarna hitam yang bukan miliknya, dan mereka tahu pasti milik siapa hoodie tersebut.

"woi tepos bangun cepet" Abimanyu atau lebih sering disapa Abim itu menggoyang-goyangkan tubuh Alin pelan. "itu hoodie gue lo ilerin anjir" bohong Abim hanya agar Alin bangun.

"eh masa?" Alin langsung terbangun dengan wajah bangun tidurnya sehingga mau tak mau Abim tertawa puas. "harusnya muka lo gue foto tadi" ucap Abim sambil menertawakan wajah Alin.

"iih Abim! lo ngerjain gue ya?" kesal Alin sambil memukul-mukul kecil tubuh Abim. "anjir sakit bego" ringis Abim, berusaha menangkis pukulan Alin. Sebenarnya pukulan itu tidak keras, setidaknya begitu fikir Alin.

"gue laper ayo ke kantin" ajak Abim, mengulurkan tangannya untuk membantu Alin berdiri karena tahu gadis itu pasti masih pusing setelah dikerjai olehnya. Alin menyambut uluran tangan Abim lalu berdiri, tapi setelah itu ia menyenderkan tubuhnya pada Abim.

"Bim, lemes banget gue" rengek Alin. Abim menghela nafasnya lelah, menghadapi Alin memang tidak semudah itu, ia harus mau dan terbiasa direpotkan oleh alasan 'lemas' yang padahal malas itu. "jangan banyak alesan, nanti nggak jadi gue traktir nih" ancam Abim sehingga mau tak mau Alin langsung berdiri tegak.

"giliran di traktir aja langsung seger, dasar males!" ledek Abim dengan wajah menyebalkannya. Alin memajukan serta menggerakan bibir bawahnya, meledek ucapan Abim. "cepetan dong jalan, malah diem aja! gimana si lo Bim" Abim yang terkena omelan Alin hanya memutar bola matanya malas.

Daripada membuang waktu istirahat, mereka akhirnya memutuskan untuk segera pergi ke kantin karena yang perlu kalian tahu, waktu istirahat mereka tujuh puluh lima persen digunakan untuk bertengkar dibanding makan.

Untuk mencapai kantin, mereka harus melewati koridor kelas dua belas lalu taman sebelum kantin setelah itu barulah mereka sampai di kantin. Saat ini mereka sedang melewati koridor kelas dua belas, koridor yang menurut murid kelas sepuluh dan sebelas, itu adalah koridor paling mengerikan.

Kenapa bisa menyeramkan? karena mereka menganggap kakak kelas dua belas itu sangat sinis dan sikap mereka kadang kurang menyenangkan, bahkan tak jarang mereka bersikap senioritas.

"Abim~ Abim~ nanti gede mau jadi apa" Alin bernyanyi riang dengan mengganti nama 'Susan' menjadi nama Abim, sedangkan yang merasa disebut namanya hanya mendelik tidak peduli.

"ih Bim gue nanya juga, jawab kek!" kesal Alin, mendelik kesal kearah Abim. "apaansih, gue nggak ngerasa ditanya tuh" jawab Abim sinis.

Alin mendengus kesal karena jawaban Abim yang menurutnya menyebalkan, walau sebenarnya Abim menyebalkan setiap saat bagi Alin. Meski begitu, Alin selalu membutuhkan Abim dalam harinya karena bagaimanapun Abim lah yang paling mengerti dirinya setelah keluarganya.

"Abim, kalo gue kuliah jauh lo kangen gak?" tanya Alin sambil merangkul tangan Abim, sedangkan Abik yang merasa ditanya kini sedikit melirik kearah Alin. "gak bakal, soalnya pasti lo yang gak bisa jauh dari gue" jawab Abim sombong.

"ih apaan deh, geer banget si lo" sewot Alin, menghempas tubuh Abim sehingga terhuyung di tangga menuju kantin. "anjir kalo gue jatuh lo mau tanggung jawab?!" Abim protes dan balik menghempas tubuh Alin.

Alin tidak terima dan akhirnya mereka saling mendorong sehingga mengganggu jalan murid lain, bahkan tak sedikit yang limbung karena ikut terhempas.

"diem lo Alin!"

"apaan si orang lo duluan yang mulai!"

"ya lo duluan yang dorong gue!"

"ngapain lo dorong gue balik?"

"ya biar adil lah!"

bruk!

"ABIIIM!"

"ALIN!!"

Pada akhirnya mereka berdua jatuh tersungkur karena didorong oleh murid lain yang sedari tadi terganggu oleh pertengkaran tak bermutu mereka. Salah siapa bertengkar ditengah kantin sambil saling mendorong, jelas mereka sangat terganggu.

Sudah tahu kan sekarang tentang tujuh puluh lima persen bertengkar saat istirahat itu bukan hanya sebatas perumpamaan?

>>TO BE CONTINUED<<

>>TO BE CONTINUED<<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[T1] BOY FRIEND WITHOUT A SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang