Badgirl Clarissa: part tiga

1.8K 69 1
                                    

Happy reading, keep enjoy-!
-
Jangan lupa VOMENT nya.
-

Kaki ku sudah sangat pegal, hampir 3 jam lama nya aku berdiri ditengah lapangan utama sebagai bahan tontonan murid lain.

Ini semua karena atribut sialan itu, gara-gara aku tidak memakai atribut lengkap, aku dihukum. Tentu nya bersama Rayna yang juga tidak memakai atribut lengkap.

Aku memang sengaja karena menurut ku atribut-atribut itu sangat menyusahkan, terlalu ribet dan aku tipe orang yang tidak suka ribet. Dan juga, soal rambut ku ini menurut ku sama sekali gak akan ngeganggu waktu belajar kan.

"Kejam banget si abang, awas aja gue aduin ke ayah biar uang jajan nya dipotong!" Kesal Rayna, wajah nya sudah dibanjiri keringat, untung nya keringat Rayna tidak bau.

Aku terkekeh pelan dengan pemikiran ku sendiri, konyol sekali.

"Ternyata bukan mamah gue aja yang suka potong uang jajan,"

Rayna menoleh, "Gue sering di potong uang jajan nya, gila nyiksa banget pokoknya. Gue gak bisa beli skincare kalau uang jajan di potong."

"Emang uang jajan lo perhari atau bulanan?"

"Bulanan, dari TK juga dikasih nya bulanan. Kalau lo gimana?"

"Gue juga bulanan,"

Hening, tidak ada lagi topik yang bisa kita berdua bicarakan. Sampai suara bisik-bisik terdengar yang mampu membuat telinga ku panas.

"Mereka kenapa?"
"Itu kenapa? Kok di jemur?"
"Mereka buat masalah?"
"Ck. Hari pertama masuk udah cari sensasi aja."
"Liat deh baju nya, kecil banget. Gak mampu beli apa gimana itu?"
"Banyak tingkah banget sih, di kira oke apa?"
"Cantik banget yang rambutnya warna pink,"
"Muka nya familiar,"
"Itu rambutnya di warnain kan? Gila, nyalinya gede amat ya."

"Dia belum tau aja siapa lo sebenernya, Clar." Senggol Rayna.

"Rissa, panggil gue Rissa."

Rayna menyengir lebar,
"Oke deh, tapi gue tetep panggil lo Clar soalnya enakan itu menurut gue."

"Serah deh serah,"

"Rayna," Panggil seseorang.

Yang dipanggil cuman Rayna, tapi aku ikut noleh ke belakang. Ternyata kak Danish yang panggil Rayna.

"Abang, kenapa abang tega sama adik sendiri?" Rengek Rayna dengan tangan yang saat ini sudah bergelayut manja du lengan kak Danish.

Aku membuat arah pandang ku ke arah lain, aku jadi kangen manja-manjaan sama bang Panji deh. Semenjak bang Panji sibuk kerja, kita gak ada waktu buat sekedar manja-manjaan.

"Lagian lo gak patuhin aturan nya sih,"

"Tapi kan nama nya manusia pasti pernah lupa, sama kayak gue yang juga suka lupa." Bela Rayna.

Kak Danish menoyor kepala Rayna,
"Kalau sering lupa nama nya apa? Nenek-nenek?"

"Pokoknya gue bakal aduin ke ayah biar uang jajan lo di potong!" Ancam Rayna.

"Aduin aja, gue gak takut."

Rayna memanyunkan bibirnya kesal,
"Abang,"

"Apa? Udah sana ke ruangan, hukuman kalian selesai. Eh buat temen lo, bilangin ya buat ganti warna rambut nya." Kak Danish melirik ku.

"Kenapa gak lo aja yang bilang? Kan dia ada di sini."

"Gak ah. Gue sibuk, bye!"

Kak Danish melengos pergi, Rayna menatap kepergian kak Danish dengan raut wajah penuh dendam.

"Tunggu pembalasan gue!"

-o0o-

"RISSA PULANG!"

Aku berteriak dengan cukup keras saat melangkah memasuki mansion Alexandria yang menjadi tempat tinggalku sejak lahir

Mamah datang dengan spatula di tangan nya, "Kamu itu bukan tinggal di hutan, Rissa!"

Aku menyengir, "Emang bukan mah, ini kan mansion punya papah mamah."

"Mamah masih marah sama kamu," Ketus mamah.

Aku mengerutkan kening ku bingung, mamah marah karena apa? Seharian ini aku belum buat masalah sama sekali tuh.

"Rissa hari ini gak banyak tingkah kok mah,"

"Kamu lupa sama kejadian pagi tadi," Sarkas mamah, mata nya menatap ku sinis.

"Marah kok bilang-bilang, aneh banget nih mamah gue." Gumam ku tanpa sadar.

Aku meringis kesakitan saat tiba-tiba mamah menjewer telinga ku kuat-kuat.

"Ssstt ... sakit mah." Ringis ku sambil berusaha melepaskan jeweran mamah yang begitu penyiksa ku.

Aku kembali meringis saat mamah memukul bokong ku menggunakan gagang spatula andalan nya.

"Ya Tuhan mamah. Sadar mah, sadar. Ini anak mu sendiri loh, anak perempuan satu-satu nya di keluarga besar Alexandria."

"Biarin aja, biar kamu kapok!"

"HUA TOLONG RISSA!"

Suara langkah kaki terdengar semakin jelas, aku melihat sosok abang kembar ku yang berjalan mendekati ku dengan mamah yang masih menjewer telinga ku.

"Terus mah, biar mampus dia." Kompor bang Vino.

Aku melototi bang Vino yang menurut ku sangat kurang asem, eh kurang ajar.

"Mah, papah tadi telpon. Nanyain mamah, kok susah di hubungin." Ujar bang Vano memberitahu, tapi sepertinya bang Vano juga mau membantu ku.

Mendengar itu, mamah langsung melepaskan jeweran nya dan berlari menuju kamar utama, kamar orangtua ku.

Aku bernafas lega lalu menatap bang Vano senang, "Thanks abang, love you pokoknya."

"Cih, alay."

"Lo bukan abang gue," Aku menunjuk bang Vino kesal.

"Tapi gak gratis," Celetuk bang Vano membuat tubuh ku lemas bukan main.

"Mampus, dijadiin perkedel lo sama si Vano." Ejek bang Vino.

Aku mengacungkan jari tengah ku,
"Fuck you bitch."

Bang Vino menjulurkan lidah nya, seakan mengejek penderitaan ku yang sebentar lagi akan datang.

㋛㋛㋛
Kalau ada typo atau kesalahan lainnya, harap maklum ya.

Jangan lupa vote sama comment nya💙

Badgirl Clarissa (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang