helo, happy reading!
-Dengan seragam kusut dan dasi longgar, seperti biasa, Clarissa melangkah dengan santai.
Wajahnya terlihat lelah, namun bukan tanpa alasan - ada beberapa luka kecil di sudut bibirnya, sisa pertempuran semalam dengan geng Steel Scorpions.
Siapa yang tidak mengenal Clarissa Alexandria? Di balik reputasinya sebagai anak nakal, nama keluarganya adalah salah satu yang paling disegani di negara ini.
Clarissa adalah anak bungsu dari pasangan Samuel Alexandria dan Keyra Alexandria, dua sosok yang dikenal semua orang sebagai pasangan sempurna.
Samuel Alexandria, Papahnya, pengusaha sukses yang menguasai beberapa sektor bisnis besar di negara ini. Sementara itu, Keyra Alexandria, Mamahnya, adalah pemilik brand kosmetik yang telah menembus pasar internasional.
Di balik nama besar orang tuanya, Clarissa memiliki tiga kakak laki-laki - semuanya sudah sukses di usia muda, dengan pencapaian yang membuat iri banyak orang.
Namun, Clarissa? Dia adalah pengecualian. Satu-satunya perempuan di keluarga itu, dan juga satu-satunya yang memilih jalur berbeda.
Saat dia melewati gerbang sekolah, beberapa siswa/i melirik ke arahnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang takut, ada yang kagum, dan ada juga yang hanya geleng-geleng kepala melihat luka di wajahnya. Tapi Clarissa tidak peduli. Tatapannya tetap lurus ke depan, seolah dunia di sekitarnya tidak berarti apa-apa.
"Claris! Gue denger gosip tentang lo yang semalem ikut tawuran. Itu bener?" suara Lovina tiba-tiba terdengar dari belakang.
Clarissa berhenti sejenak, menoleh dengan senyum kecil di wajahnya. "Lo baru tau? Harusnya semalem gue ajak lo, Lov."
Lovina mendekat, mengamati luka di pipi Clarissa. "Lo gila! Genre hidup kita tuh beda, Claris. Lo gak takut ketauan sama bokap nyokap lo? Kalau mereka tau, gue yakin sih, lo langsung diasingin ke tempat terpencil."
Clarissa hanya tertawa kecil, tawanya penuh sinisme. "Lo pikir mereka peduli? Mereka itu terlalu sibuk sama kesuksesan mereka sendiri. Dan gue cuma bayangan kecil di keluarga Alexandria yang sempurna itu."
Lovina terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Lalu Clarissa kembali melangkah menuju bangku taman di dekat lapangan sekolah. Dia menjatuhkan dirinya dengan santai, mengeluarkan sebuah cermin kecil dari tasnya dan melihat luka di pipinya.
"Seenggaknya, gue masih hidup sesuai cara gue sendiri." gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Meskipun luka di wajahnya adalah bukti dari kehidupan liar yang dia pilih, di balik semua itu, ada cerita yang belum banyak orang tahu.
Tentang beban menjadi Clarissa Alexandria - anak bungsu dari keluarga yang selalu diharapkan menjadi sempurna, tetapi memilih untuk menolak semua aturan yang membelenggunya.
Clarissa sedang sibuk memandangi cermin kecilnya, memerhatikan luka kecil di pipinya.
Sesekali, dia mendesis pelan saat jarinya menyentuh bagian yang masih terasa perih.
Namun, aktivitasnya terganggu ketika sebuah kotak susu rasa taro - favoritnya - muncul di depan wajahnya.
Dia mendongak dengan alis terangkat, dan begitu melihat siapa yang menyodorkannya, ekspresinya langsung berubah. "Lo lagi, lo lagi!" desisnya tajam.
Di depannya berdiri Aldrich, dengan wajah datar namun sorot mata yang jelas-jelas mengamati luka di wajah Clarissa. "Minum ini. Lo butuh sesuatu untuk ngisi energi lo yang abis karena semalem jadi sok jagoan." katanya, suaranya tenang seperti biasa.
Clarissa mendengus sambil menyilangkan tangan di dada. "Lo pikir gue bakal terima pemberian lo? Please, Aldrich, apa lo gak punya hidup sendiri selain terus ikut campur urusan gue?"
Aldrich tidak terpengaruh oleh nada sarkastis Clarissa. Dia duduk di bangku taman itu, tepat di sebelah Clarissa, lalu menaruh kotak susu itu di dekatnya. "Gue gak peduli lo mau terima apa ga. Tapi gue tau lo suka banget sama susu rasa taro. Jadi, minum aja, gak usah gengsi."
Clarissa menatap kotak susu rasa taro itu dengan ekspresi galak, tapi ada kilatan kecil di matanya. Dia mencoba mempertahankan sikapnya, tapi perutnya dan pikirannya berbicara lain.
Susu taro adalah kelemahannya, dan Aldrich, sialnya, tahu itu.
"Jadi," kata Clarissa dengan nada sinis sambil meraih kotak susu itu dari tangan Aldrich, "Lo pikir ini bakal buat gue terkesan? Kasih gue susu taro, biar gue nurut sama lo?"
Aldrich hanya mengangkat bahu dengan tenang. "Menurut lo gimana?"
Clarissa mendengus, lalu membuka kotak susu itu dengan gerakan kesal.
Tapi begitu cairan taro yang manis menyentuh lidahnya, ekspresinya sedikit melunak meskipun dia berusaha menyembunyikannya.
Tanpa Clarissa sadari, Aldrich tersenyum tipis saat melihat ekspresi lain yang tanpa sadar Clarissa perlihatkan.
°°°
don't forget to vote, comment, n follow!

KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Clarissa (New Version)
De TodoRE-PUBLISH Cerita ini pindahan dari akun pertama aku yaitu, @HiNrul_ karena ada masalah sama akunnya, aku pindahin kesini deh. (UPDATE SETIAP HARI SENIN & KAMIS) Desk : Clarissa, seorang siswi SMA, berasal dari keluarga terpandang dan terkenal seb...