"HEH LOOO" seorang anak-anak laki yang berada dihujung lapangan itu memanggil Jaden.
Jaden melihat kearah orang yang memanggilya lalu dia mengabaikannya dan melanjutkan membaca buku.
"Lo lihat itu, siswa baru" kata Yopi. "Yang mana anjir?" soal J. "Emang mata lo buta?" soal Yopi kembali. Lalu Yopi menunjukkan jarinya kearah siswa yang berada ditengah lapangan disana. "Oh" J meng-oh faham.
"Emang budak itu bisu? Tuli?" soal Yopi. "Emangnya gue ibu dia?" J menjawab. Yopi melihat J dengan tatapan tajam. Kemudian Yopi bangkit menuju siswa yang baru saja ditunjuk. J hanya bisa menyerah pada apa yang akan segera terjadi
"HEH LO" Yopi menolak bahu Jaden. Jaden mengangkat kepalanya lalu tersenyum melihat Yopi yang masih berdiri dihadapannya. "Sombong amat deh ini anak" gumam Yopi. "Emang lo kaga punya suara?" soal Yopi. "Emang gue bicara sama bangku?" soal Yopi lagi.
"Emang lo ga punya adab?" soal Jaden yang masih dengan buku ditangannya lalu Jaden bangun dari tengah lapang disana kerana dia ingin pulang kerumahnya.
Yopi yang masih berdiri kaku. Dia tersenyum sinis lalu berjalan mendekat kearah siswa itu.
DUGHHH- Sebuah tumbukan mendarat di pipi Jaden. Semua orang yang ada di sana berkumpul untuk melihat situasi itu.
Ada sekelompok pelajar siswa dan siswi di tengah lapangan, mereka masih lengkap berpakaian sekolah. Raeka mendekat dan melihat dua pria berkelahi. Raeka menangkap wajah seorang anak laki-laki yang baru dia mengenali beberapa jam tadi. Iya Jaden.
"APA SIH LO?" marah Jaden. Raeka berjalan menuju ke kerumunan untuk mencoba meleraikan pertarungan antara Jaden dan seorang anak laki-laki bernama Yopi.
"UDAH GA USAH BERANTEM!" dengan secara tiba-tiba Raeka muncul. "Emang dia ada salah apa sama lo?" soal Raeka.
Yopi tersenyum sinis dan berjalan ke ujung lapangan lalu meraih tasnya yang berada di sebelah J dari sebelumnya yang terletak di sana.
"NAHAS LO!!" kata Yopi. Lalu dia melihat Raeka "LO TANYA AJA SAMA DIA" kata Yopi sambil keluar dari ruangan lapangan itu.
Semua anak siswa yang berada disana bersurai dan hanya menyisakan Jaden dan Raeka yang masih berdiri di tengah lapangan.
"Kenapa?" soal Raeka. "Apa??" soal Jaden kembali. "Itu...kenapa Yopi numbukin muka kamu?" soal Raeka.
Jaden senyum tanpa menjawab persoalan dari Raeka. Dia berjalan lalu meraih tasnya yang masih berada dilantai lalu dia pusing kearah Raeka.
"Gapapa kok, Ga usah runsing" jawab Jaden singkat dan berjalan keluar dari kawasan lapangan sekolahnya itu.
Raeka masih berdiri memandangi bayangan Jaden hingga bayangannya menghilang. "Hhh" keluh Raeka.
•~•
Raeka masih menunggu di luar sekolahnya karena masih menunggu kehadiran ayahnya. Raeka menatap langit yang mendung seolah akan segera membuat seluruh isi bumi menangis.
"Apa papa lupain aku ya?" kata Raeka sambil tangannya mencari ponsel di dalam tas sekolahnya, kok aku lupa bawain ponsel aku!? terus gimana nih?" bingung Raeka.
"Apa aku jalan kaki aja ya?" Raeka bangkit dan dia memutuskan untuk berjalan kaki buat pulang kerumahnya. Perjalanan Raeka memakan waktu 35 menit.
Raeka berjalan melintasi jembatan sambil mengamati langit yang tampak gelap, suara air sungai yang mengalir jernih dan kicauan burung. Tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Raeka berlari mecari tempat untuk berteduh.
Raeka berlindung di sebuah gubuk di pinggir jalan. Hujan sedah membasahi bumi. Sekarang dia duduk diam melihat suasana suram di sana.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 18.20. Masih ada 25 menit lagi untuk pulang. Matanya terasa berat kemudian dia tertidur dalam buaian mimpi, di gubuk yang sedang digunakannya.
Setelah 35 menit, hujan masih deras. Gadis itu masih belum sadar dari tempat tidurnya. tiba-tiba seorang pria mendatanginya saat dia sedang tidur.
-to be continue-
•~•
yopi hazel a.k.a yopi
junjun aka J
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Petang
Fanfiction- dengan bersaksikan langit petang, semoga tuhan menyatukan kita kembali. *Penjelasan karakter tersebut HANYA SEBUAH DESKRIPSI jika menurut kalian karakter tersebut tidak cocok ya bisa dibayangkan saja karakter lain. +゚*。:゚+ ( ◕‿◕✿ ) +゚*。:゚+