Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di taman kota yg tidak begitu ramai oleh pengunjung,terlihat sepasang kekasih sedang duduk bersebelahan di bangku berbentuk panjang yang ada di tengah-tengah hamparan bunga dan pepohonan yang indah.
Suasananya hening dan sunyi.Angin malam pun terasa menusuk tulang. Namun kedua manusia itu masih enggan memulai percakapan. Keduanya masih saja ingin mempertahankan egonya masing-masing.
Jika pasangan lain akan lebih memilih beradu argumen saat sedang bertengkar,maka lain halnya dengan pasangan yg tengah di paksa menikmati dinginnya udara malam itu.
Bahkan mereka jarang sekali beradu argumen di saat menghadapi masalah. Daripada membuang-buang tenaga keduanya lebih memilih saling mendiamkan satu sama lain,lalu berharap salah satu dari mereka akan mengerti dengan sendirinya.
Faktanya,sama saja.Baik sang perempuan maupun pria—mereka berdua sama-sama tidak mengerti satu sama lain. Keduanya sama-sama merasa tidak memiliki salah.
Padahal mereka berdua sadar penuh,jika diam justru sama sekali tak akan menyelesaikan masalah yg ada.
"Kalo mau diem,mending pulang aja" Wanita tersebut berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari hamparan bunga Tulip yg ada di depan sana.
Pemuda yg duduk di sampingnya pun menoleh,
"Gue sayang sama lo dan juga Jihan,salah ya gue mempertahankan kalian berdua?"
Ucapnya pelan seraya terus memperhatikan gerak gerik wanita yg duduk di sebelahnya.
Rose terkekeh,hatinya lagi-lagi terasa begitu sesak membayangkan begitu banyak seseorang yg ingin memisahkan mereka berdua.
"Di luar sana banyak wanita yang menyukai mu,bahkan jauh lebih baik daripada aku"
Pemuda itu meraih bahu sang kekasih,lalu memutarnya pelan agar bisa menatap wajahnya. Wajah yang sudah sejak beberapa jam lalu wanita itu hindari.
"Harus berapa kali lagi gue bilang,kalau gue cuma butuh lo sama Jihan?"
Suara deep Felix Lee benar-benar membuat siapapun yg mendengarnya akan merasa terintimidasi dan terpojok,begitupun Rose.
Tatapan tajamnya kini mulai menelisik wajah wanita yang tengah di landa rasa ketakutan. Jika sudah seperti ini,rasanya Rose ingin sekali menangis.
Rose masih diam dan enggan berbicara. Dia memperhatikan tatapan Felix yg seperti menyuruhnya untuk menjawab sesuatu hal. Namun tidak ada satupun kalimat yg tepat untuk menyangkal ucapan pemuda itu.