BAB I

389 13 4
                                    

Her POV

"Nah pertemuan hari ini cukup sampai disini. Sampai ketemu pertemuan berikutnya." Pak Andi mengakhiri mata pelajaran bahasa Indonesia saat bel pulang berbunyi. Semua anak langsung membereskan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas masing-masing.

Hari ini adalah hari pertama KBM setelah seminggu sebelumnya kami mengikuti MOS. Semua mata pelajaran hari ini hanya diisi dengan perkenalan. Dimulai dari guru sampai semua muridnya. Aku yang sebenarnya kurang suka jadi pusat perhatian agak risih saat guru menyuruhku berdiri dan memperkenalkan diriku. Apalagi Bu Sarah, guru Bahasa inggris, sampai menyuruh kami memperkenalkan diri di depan kelas. Katanya agar kami terbiasa berbicara di depan umum.

"Lo udah milih ekskul, Na ? Farah-teman sebangkuku menarik diriku dari lamunan.

"Udah. Tadi gue liat di mading ada klub fotografi, kayaknya seru, jadi gue bakal milih itu. "

Tadi pas jam istirahat aku memang sempat melihat mading. Disana ditempel brosur-brosur ekskul yang ada di sekolah ini, seperti English Club, mading, PA, PMR, basket, dan ekskul lainnya yang gak terlalu aku ingat namanya. Diantara ekskul-ekskul itu, aku tertarik dengan fotografi.

Menurutku kamera dan foto adalah salah satu penemuan manusia yang sangat jenius. Kita bisa menghentikan waktu sedetik,kemudian momen-momen istimewa, pemandangan indah, atau bahkan keajaiban alam dapat terekam di selembar kertas. Selain itu, ulang tahun kemarin aku mendapat hadiah sebuah kamera SLR dari ayah, tentu saja minatku pada fotografi semakin bertambah.

"Lo masuk apa ?" Tanyaku pada Farah yang sedang menarik risleting tasnya.

"Gue sih mau masuk basket. Secara dari SMP gue udah ikut basket dan jadi tim inti. Siapa tau di sini gue bakal jadi tim inti lagi."

"Masa sih lo anak basket ?" Tanyaku heran. Kami sudah berada di luar kelas. Lorong sekolah mulai ramai karena bel sudah berbunyi dari tadi dan semua anak keluar dari kelas mereka masing-masing.

"Iya beneran. Masa gue bohong."

"Bukannya anak basket tuh tinggi-tinggi ya."

"Sialan lo. Biarpun badan gue imut, gerakan gue itu yang paling lincah diantara yang lain." Katanya bangga.

"Hehe just kidding sist. Yaudah gue mau k fotografi dulu. Hari ini pertemuan pertama."

"Oh yaudah gue juga mau balik. Latihan basket baru mulai besok. Bye." Farah melambaikan tangan lalu belok ke arah gerbang sekolah. Aku membalas lambaiannya kemudian berjalan menuju ruang klub fotografi.

*****

Ruang klub fotografi masih terkunci saat aku tiba di sana. Aku juga tidak melihat satu orang pun di sekitarnya.

"Jangan-jangan pertemuannya dibatalin." Aku bergumam sambil mengintip ke dalam ruangan lewat jendela.

"Pertemuannya gak dibatalin kok." Aku terlonjak kaget karena suara orang dibelakangku. Lebih kaget lagi saat aku berbalik dan melihat orang yang barusan membuat jantungku hampir melompat. Cowok yang menatapku tajam saat MOS seminggu yang lalu. Kali ini pun sama

Untung gue gak jantungan

"Lo masuk klub fotografi ?" Tanyanya

"I-iya kak. Kakak anak fotografi juga ?" Ucapku terbata.

"Bukanlah. Gue mah anak manusia." Aku memaksakan senyum mendengar candaannya yang garing. Dia sendiri hanya tersenyum tipis. Ganteng sih, tapi jayus.

"Pertemuan hari ini tetep jalan kok. Cuma ketua klub lagi ada urusan di ruang guru, yang lainnya mungkin pada telat. Peraturan di klub ini emang gak begitu ketat, jadi kebanyakan anggotanya juga santai kalo ada pertemuan." Jelasnya.

Tiba-tiba seorang cowok yang aku yakin anggota fotografi menghampiri kami. Dari postur dan bahasa tubuhnya dia seperti anak kelas XII.

"Yang lain mana Yan? Eh lo anak kelas X yang mau masuk fotografi ?" Tanyanya sambil membuka pintu ruangan. Aku mengangguk. Sepertinya cowok ini ketua klub fotografi.

"Urusan lo udah selesai kak ?"

Kemudian ia dan cowok tadi masuk ke ruangan, aku pun mengekor di belakangnya.

Mereka kemudian asyik mengobrol tanpa mengacuhkanku. Daripada berdiri mematung, akupun duduk di salah satu bangku yang ada di ruangan ini. Perhatianku kemudian teralihkan dengan keadaan di dalam ruangan ini yang separuh dindingnya ditutupi foto-foto yang dibingkai pigura berwarna hitam yang berkesan minimalis.

Tanpa sadar aku berdiri menghampiri kumpulan foto itu. Ada foto yang berlatar di puncak gunung, di atasnya terdapat gumpalan-gumpalan  awan yang terlihat 'menyentuh' permukaan gunung. Lalu ada foto kembang api yang berwarna-warni, yang memantul di danau di bawahnya. Foto itu terlihat indah karena suasana danau yang gelap membuat cahaya kembang api sangat kontras.

Diantara foto yang lain, kebanyakan foto adalah suasana matahari terbenam. Ada yang di pantai, gunung, bahkan matahari tenggelam di antara gedung-gedung tinggi ibukota.

"Ayo kita mulai pertemuan pertama klub fotografi." Cowok yang tadi kuduga ketua klub membuyarkan perhatianku dari foto-foto tadi. Ternyata tanpa aku sadari ruangan sudah dipenuhi banyak orang. Aku oun kembali duduk di kursiku tadi yang kini sudah ada seseorang di sampingnya.

Orang yang duduk di sebelahku yang adalah seorang cewek tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya kemudian kembali melihat ke depan dimana cowok yang ternyata memang ketua klub dan bernama Theo Abraham masih berbicara.

"Klub fotografi ini dibentuk tiga tahun yang lalu. Klub ini menjadi wadah para siswa yang hobi dengan memotret. Disini kita bisa sharing dan pengalaman dengan sesama anggota. Atau kalo ada yang mau nyari gebetan juga boleh." Jelasnya yang kemudian disusul tawa para anggota.

"Dalam setahun sering ada perlombaan fotografi, ada yang untuk umum, ada juga antar sekolah. Untuk antar sekolah biasanya akan ada seleksi terlebih dahulu mana foto yang akan diikutsertakan dalam lomba. Hanya satu foto terbaik yang akan dikirim dalam lomba antar sekolah.

"Nah untuk permulaan silahkan para anggota baru memperkenalkan diri masing-masing. Dimulai dari ujung sana." Kak Theo menunjuk cowok yang duduk di bangku paling ujung sebelah kanan.

"Nama saya Aldi Rahadian. Saya dari kelas X-3." Cowok itu berdiri lalu menyebutkan identitasnya dan duduk kembali. Kemudian cewek di sebelahnya berdiri dan menyebutkan identitasnya, yang kalau tidak salah namanya Rani. Tak lama tiba giliranku.

"Halo nama saya Reanna Tabitha. Saya dari kelas X-1." Dari sudut mata aku bisa melihat cowok yang dipanggil Dri oleh Kak Theo sedang menatapku. Aku penasaran kenapa sejak MOS seminggu yang lalu dia terus melihatku seperti itu. Atau mungkin aku saja yang terlalu geer ?

Setelah semua anggota baru, yang ternyata hanya 9 orang, Kak Theo berbicara kembali mengenai beberapa peraturan dan agenda klub fotografi untuk beberapa minggu kedepan. Dari penjelasannya aku benar-benar merasa tidak salah pilih mengikuti ekskul ini. Karena selain peraturannya tidak ketat, kegiatan di klub fotografi juga tidak terlalu mengikat. Jadi jika ada anggota yang tidak hadir tanpa alasan, tidak akan ada teguran atau bahkan hukuman.

Menurut Kak Theo, ekskul ini hanya berupa klub, bukan sebuah organisasi. Jadi melatih disiplin bukan salah satu bagian visi dan misinya. Tujuan utamanya yaitu sebagai wadah kreatifitas siswa di bidang fotografi.

Setelah pembahasan mengenai klub selesai, Kak Theo menyuruh pengurus klub yang lain dan anggota kelas XI memperkenalkan diri. Ternyata nama cowok itu Adrian Pradita, kelas XI IPA 2.

Jumlah pengurus dan anggota klub ini ada 24 orang. Namun yang hadir hanya 13 orang, yang lain tidak datang karena ada keperluan lain.

Menit-menit berikutnya para senior menceritakan berbagai pengalaman mereka saat melakukan pemotretan di berbagai tempat. Dari beberapa cerita itu ada yang membuatku tercengang. Salah satunya saat anggota klub mengambil foto di puncak Mahameru.

Saat mendaki menuju puncak, ada beberapa anggota yang tertimpa batu-batu kecil hingga kepala mereka cedera. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat untuk mencapai tujuan awal mereka.

"Teman-teman pertemuan hari ini cukup sampai disini. Pertemuan selanjutnya hari kamis ya." Kak Theo mengakhiri pertemuan kami.

********

TBC

When I'm Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang