Angin pagi mengiringi kilauan cahaya mentari. Menyapu dedauan mengitari hamparan rumput yang masih berselimutkan embun pagi. Terdengar samar suara kereta melaju dari kejauhan. Kian lama kian dekat hingga akhirnya menerjang daun yang berhamburan di udara.
Nampak seorang pria muda mulai bersiap untuk turun di kala kereta sudah hampir berhenti di stasiun. Ia keluar dengan santai, menghirup dalam udara pagi sembari melentangkan kedua tangannya ke atas.
"Segar sekali rasanya, sudah lama sekali sejak terakhir aku ke sini."
Pria itu pun tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Dari sinilah semuanya bermula.
Langkah demi langkah ia lewati, sesaat ia mulai mengagumi tempat ini. Setelah naik bus satu kali dari stasiun, kini ia melanjutkan dengan jalan kaki. Meskipun yang ia lewati adalah jalan beraspal, namun nyatanya jalan ini begitu sepi hingga tak ada satu-pun kendaraan yang lewat.
Melewati jalan yang di hapit oleh sawah di kanan dan kirinya adalah sebuah pengalaman langka baginya. Youri Kaeru, adalah pria yang datang ke desa ini untuk menemui kakek dan kedua adiknya setelah berpisah 3 tahun. Sejak ia memutuskan untuk sekolah di kota kala itu, namun kini ia sudah lulus dan memutuskan untuk melanjutkan masa SMAnya di kampung halaman.
"Pasti mereka berdua sudah tumbuh dewasa ya ... aku tidak sabar untuk melihat sambutan mereka nanti," batinnya sembari tersenyum.
Setelah berjalan cukup jauh, ia mulai bisa melihat rumahnya dari kejauhan. Hatinya senang dan mulai bersemangat, kebetulan ada seorang gadis yang sedang menyapu di halaman rumah itu sehingga Kaeru bisa menyapanya.
" Hai"
"!!"
"Kamu sudah besar ya?"
"!?"
Kaeru berjalan mendekat. Kini ia tepat berada di hadapan gadis, yang hanya bingung dan terdiam itu.
"T-tunggu dulu!!" spontan tubuh gadis itu waspada. Menodongkan ujung sapu yang di pegangnya seolah mengancam.
"Siapa kamu! Maju selangkah saja, jangan salahkan aku kalau perutmu akan merasakan hantaman sapuku!!" teriak nya memberi peringatan sembari menjaga jaraknya dari pria itu.
Kaeru melihat tingkah adiknya pun hanya tertawa kecil dan mulai mendekatinya, "Kamu ini ada—"
Bugh!!
Gadis itu tanpa ragu dengan cepat melaju ke arah Kaeru dan menghantamkan sapu yang di pegangnya tepat di perut Kaeru. Kaeru terpekik, terkejut hingga akhirnya tersungkur ke tanah.
Ia kembali mengacungkan sapunya dan memberi peringatan, "Pergilah, asal tahu saja. Semua cowo di desa ini sudah ku tolak dan seberapa keras kamu berusaha pun, aku tak akan luluh padamu orang asing!".
Kaeru berusaha bangkit berdiri dengan tangan kiri memegang perutnya menahan sakit.
"Ru-rupanya adik kecilku sudah berubah, dari kucing cengen menjadi singa yang buas ya," pujinya terbatas dengan sedikit senyum.
Tampak keringat mulai muncul di wajah gadis itu. Matanya terbelalak dan mulai memindai tubuh pria itu dari bawah sampai ke atas dengan perlahan di iringi Perasaan Was-was.
"Mu-mu-mungkinkah pria ini!? KAKAKKU!!!"~batinnya
Melihat Kaeru tersenyum sembari menahan sakit membuat gadis itu semakin yakin bahwa pria ini adalah kakaknya. Tanpa pikir panjang ia pun membungkukkan tubuhnya dan meminta maaf dengan wajah yang sangat malu.
"Ma-maafkan aku. Adikmu yang bodoh ini karena sudah bersalah menyerangmu tanpa bertanya dulu. Maaf, aku sungguh menyesal. Kak," ujar gadis itu penuh rasa bersalah.
Melihat itu, Kaeru mendekat. Memegang kedua sisi bahu gadis itu lalu mengangkatnya hingga tegak lalu mengelus kepalanya pelan.
"Tidak apa-apa. Kamu sudah besar ya Naiko, aku merindukanmu."
Naiko dengan cepat melepas sapu yang ia pegang dan langsung memeluk kakaknya itu.
"Kak, sebagai permintaan maaf. Hari ini aku akan menyiapkan semua kebutuhan kakak dengan sepenuh hati. Oh ya, kakek pasti akan sangat senang mendengar kedatanganmu. Kak, ayo masuk."
"Ah. Tidak usah berlebihan begitu, tapi aku akan senang kalau kamu memperlakukanku seperti biasanya saja."
Naiko menarik tangan Kaeru antusias lalu berhenti sesaat, membalikkan badan menghadap Kaeru. Memasang wajah cemberut, ia pun bersikeras.
"Pokoknya kakak harus mau makan masakanku ya, gini-gini aku juga pandai masak lho kak sekarang. Tidak sopan menolak ajakan adikmu yang imut ini tau!."
Kaeru hanya bisa tertawa pelan, "baiklah ... yang penting kamu bahagia."
Akhirnya Naiko yang tak sabaran pun masuk dan mengabari kakeknya mengenai kabar gembira kedatangan kakaknya ini.
Siang tiba, ketika Kaeru sedang duduk memandangi halaman belakang di siang itu, kakek datang ke halaman belakang dan menghampirinya.
"Sedang menikmati pemandangan langka ya?"
"!!"
Kaeru terkejut. Karena melamun ia pun tak sadar kalau kakeknya sudah ada di belakangnya.
"Hei.. hei.. tidak perlu terkejut begitu, pemandangan langka bukan? apa kakek mengganggumu? boleh kakek duduk?"
Kaeru mengangguk, "tidak sama sekali kek. Benar, sudah lama sejak aku merasakan pemandangan sesejuk ini."
Kakek pun duduk dan mulai melepas rindu dengan Kaeru, "hahahaha.. dulu kamu yang paling antusias untuk pergi ke kota, ya. Kini kamu kembali, ceritakan kisahmu padaku nak."
Kaeru terpana mendengar ucapan kakeknya, batinnya berpikir bahwa kakek mungkin telah menyimpan kerinduan selama ini. Terlebih mereka tak pernah saling bertukar kabar, "ya, baiklah mungkin ini cerita yang panjang dan membosankan lho."
"Dengan senang hati. Nak," kakek tersenyum.
"Hei.. akan lebih enak kalau di tambah seipiring kue kering sebagai cemilan lho," timpal Naiko yang tiba-tiba muncul dari dapur.
Kakek dan Kaeru tersenyum dan berterima kasih lalu Naiko pergi membiarkan keduanya menghabiskan waktu bersama.
⚘Bersambung.. ~
──────⊱◈◈◈⊰──────
Nb: Chapter selanjutnya.. "Dia Kakakku!?"Kaeru tak sabar bertemu adiknya dan memutuskan menjemputnya ke sekolahnya.
"Wah sudah kosong ya sekolahnya."
Kaeru baru pindah malah terlibat pertikaian.
"AKAN KU BUNGKAM MULUTMU DENGAN TANGANKU BOCAH!!"
Jangan lupa baca chapter selanjutnya ya.. ku tunggu lho ●ω●.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chirabatta ai
Teen FictionSinopsis: Kaeru, setelah lulus SMP di kota ia memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk melanjutkan sekolah di sana. Berusaha mencari serpihan masa lalunya ia pun mencari semua orang yang ia rasa harus ia temui. Kebenaran terungkap, ia menemu...