Prolog 🐇

218 7 1
                                    

#KarnavalMenulis
#FCP
#DayKe-01
#Prolog

"Aku yakin, usaha tak pernah menghianati hasil. Sama seperti aku yang berusaha mendapatkanmu."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Langkah kaki gadis itu melangkah semakin cepat, sesekali dia menoleh ke belakang. Mulutnya tak berhenti bergerutu kesal, rambutnya yang dikuncir kuda itu bergoyang-goyang.

Dia berhenti karena seseorang mencekal tangannya. "Apa, Ven?" tanyanya malas.

Deven Galanka, laki-laki berparas tampan itu tersenyum, menampakkan deretan gigi putih yang rapi. "Pulang sama gue, yuk," ajaknya dibalas gelengan kuat oleh gadis itu.

"Gue pulang sama Habibi," jelasnya singkat sembari melepaskan tangan Deven yang mencekalnya.

Deven tersenyum dan mengangguk. "Yaudah, kalau gitu gue pulang duluan, ya. Hati-hati di jalan, kalau udah sampe rumah, kabari gue," ucapnya sambil menepuk puncak kepala gadis itu dengan lembut, tak lupa senyum ramahnya, kemudian berlalu pergi meninggalkan gadis itu.

Gadis itu menghela napas lelah, lalu duduk di kursi lapangan, memerhatikan lelaki yang berstatus menjadi tetangganya, dia adalah Habibi Nadaka. Sebenarnya dia bisa saja pulang bersama Deven, namun ia terlalu malas meladeni ocehan antusias Deven. Apalagi, rumah cowok itu tidak searah dengannya.

Habibi yang berada di tengah lapangan sedang berlatih bermain basket itu sesekali menyeka keringatnya. Nino-temannya-melemparkan sebotol air mineral, dan ditangkap sempurna oleh Habibi.

Lelaki bertubuh tegas itu meneguknya hingga setengah, netra mata bulatnya melihat gadis yang tengah menunggunya. "Nin, gue balik dulu!"

Nino mengacungkan jari jempolnya, melihat punggung Habibi yang sudah menghampiri gadis yang ia kenal.

"Ayo pulang, Cle," ajak Habibi pada Clea. Clea mengangguk, lalu berjalan mengikuti Habibi dari belakang menuju ke arah parkiran.

Habibi mengambil motornya, menyuruh Clea naik. Setelah itu, ia melajukannya dengan kecepatan sedang. Tanpa menyadari ada seseorang yang sedaritadi mengintip mereka.

Deven Galanka. Lelaki itu tidak pulang terlebih dahulu, ia harus memastikan keadaan gadis yang ia suka itu. Ia tersenyum getir. "Clea ... trust me, i love you."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Deven berjalan gontai memasuki warung, ia langsung melemparkan tasnya dimeja, kemudian duduk didekat teman-temannya. Haley Fibrano, teman Deven menatap Deven sudah biasa, pasti karena cewek.

Haley menepuk pundak Deven, kemudian mengembuskan napasnya. "Semangat! Demi cinta lo harus kuat!"

Deven memandang Haley kesal, ia mengerucutkan bibirnya. "Kesel banget sama Habibi, dia terus yang sama Clea. Kenapa nggak gue aja?" tanyanya pada Haley.

"Lo tau sendiri, si Habibi itu tetangga Clea, sedangkan lo?" Haley terkekeh kecil. "Jalan rumah lo berlawanan sama rumah Clea. Mungkin aja dia nggak mau ngerepotin lo, 'kan?"

Deven mendengkus kasar. "Yaudahlah, besok gue pindah rumah!"

Theoland Georgios-teman Deven-menggelengkan kepalanya pelan. Sifat Deven hampir menyerupai anak kecil yang ceria, murah senyum, dan juga jahil. Entah kenapa Deven menjadi ketua geng Falzios di sini.

"Dasar, bucin!" cibir Theoland dan Haley bersamaan.

"Kayak lo pada enggak!" ketus Deven.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Ikuti terus, ya.
Jangan lupa vote and comment.

CLEAVENWhere stories live. Discover now