CLEAVEN 01 🐇

97 4 0
                                    


"Tentang aku yang selalu menunggumu. Namun, yang kutunggu tidak berpihak padaku."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Clearesta Dibranatha, gadis berparas cantik itu mencebik kesal. Sudah lima menit ia menunggu di depan gerbang rumahnya. Tak lama, Habibi yang berstatus tetangganya itu datang dengan motor matic-nya.

"Ck, udah gue bilangin, berangkat sama gue aja," cibir Habibi berdecak kesal.

Clea mendengkus pelan, tangannya menata rambutnya yang sedikit berantakan. "Yaudahlah, ayo!"

Setelah memastikan Clea sudah naik, Habibi mengendarai motornya. Sedikit kesal dengan gadis ini, tadi malam, Clea bilang padanya untuk tidak berangkat bersama karena Deven memaksa Clea untuk berangkat bersama.

"Lo kenapa, sih, Cle?" tanya Habibi dalam perjalanan.

"Kesel banget sama Deven! Katanya mau jemput," ketus Clea memukul punggung Habibi dengan kesal.

Habibi terlonjak, pukulan Clea tak main-main. Ketika sudah sampai di depan gerbang, gadis itu meminta turun di sana, Habibi hanya menurutinya dan memarkirkan motornya meninggalkan Clea di sana.

"Neng, udah mau bel, masuk sana," perintah Pak Romi—Satpam sekolahnya—kepada Clea, Pak Romi ingin menutup gerbangnya.

Clea menghela napasnya lelah, dengan segera ia bangkit dan berjalan ke arah koridor kelasnya. Dalam hati, ia mencibir nama Deven terus-menerus. Sesampainya di kelas, ia mendudukkan pantatnya dikursi, kemudian menelungkupkan kepalanya dimeja.

"Cle, lo kenapa? Pagi-pagi itu muka kusut amat," cibir Fea—sahabat sekaligus teman sebangku Clea—mendekatkan dirinya pada Clea.

Clea menoleh dengan malas. "Kesel gue di-PHP-in sama Deven. Tau gitu gue berangkat pagi tadi," terangnya dengan menghela napas.

"Kenapa-kenapa? Cerita, biar gue ngerti."

"Ya ampun Clea, lo tuh harus positif thinking sama Deven! Siapa tau dia lupa, atau sibuk mungkin?" celetuk Desha—teman Clea—tiba-tiba datang, gadis berambut kepang dua itu duduk di belakang Clea.

Clea berdecak. "Lo sama aja, ya, sama si Fea, heran gue," ujarnya tak habis pikir.

Fea memegang kedua pundak Clea, matanya menatap Clea dalam. "Clea ... lo tuh harus inget, lo punya posisi istimewa buat Deven. Gue nggak tau ngelurusinnya gimana, lo jangan gitu ke Deven, kasian dia," ocehnya.

Desha mengangguk, menyetujui ucapan Fea. "Iya, lo jangan nyia-nyiain Deven. Kalau gue jadi lo, mungkin gue udah pacaran sama dia, terus bahagia, deh!"

"Kalian nggak tau gimana perasaan gue."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Istirahat telah berbunyi tiga menit yang lalu, Habibi keluar dari kelasnya bersama Theoland dan Haley. Ya, mereka itu teman sekelas sekaligus teman se-geng bersama Deven juga.

Ketiga remaja itu berjalan santai menuju kantin. Setelah itu, mereka duduk di meja biasa yang berada pas di depan ibu kantin. Theoland merasa ada yang kurang, biasanya Deven selalu mengoceh tidak jelas dan terus curhat tentang gadis yang disukai.

"Ngapain lo, Land? Bengong mulu, awas kesambet setan lo," celetuk Habibi melemparkan tisu ke wajah Theoland.

Haley yang tadi mendapat bagian memesan makanan, kini sudah meletakkan tiga mangkuk makanan dan juga es teh seperti biasa. "Biasa, nggak ada Deven, galau dia," sahut Haley santai, lalu duduk di samping Habibi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 31, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CLEAVENWhere stories live. Discover now