#8 Tragedi Balas Dendam Lampor

686 36 10
                                    

Teringat sangat jelas di kepala Bima, sebelas tahun yang lalu adalah awal kehancuran keluarganya. Masalah demi masalah silih berganti, hingga akhirnya kami harus mengikhlaskan kepergian bapak.

Aku mengingat semuanya! Ya, perlakuan kejam dan tidak adil semua warga kepada kami, terutama bapak Dedi. Dia adalah dalang dari semua ini.

"Aku benci Dedi! Aku benci Dia!"

Itulah yang selalu Bima ucapkan ketika menyendiri. Matanya memerah, kedua tangannya mengepal secara bersamaan.
Kebenciannya ia simpan semenjak masih berumur 8 tahun. Namun ia tidak memperlihatkan itu kepada ibunya, karena nasihat yang selalu ibu Sundari katakan, padanya.

______________________________________

FlashBack......

11 tahun silam 🍃

______________________________________

"Hai, pak Ramli! Berikan tanah ini kepadaku! aku yang berhak atas tanah kosong ini!"

Bima masih sangat kecil waktu kejadian itu. Kejadian perebutan tanah yang di minta bapak Dedi kepada ayahnya.

"Kenapa? bukankah tanah ini sudah menjadi milik keluarga saya atas persetujuan semua warga?" ujarnya.

"Mereka, bukan aku! aku sama sekali tidak setuju karena aku menginginkan tanah kosong ini. Serahkan tanah ini kepadaku sekarang juga. Tanah ini harus menjadi miliku." paksa nya.

"Bukankah bapak Dedi sudah memiliki tanah di mana-mana? tolong jangan ambil tanah ini," pintanya.

Bermula dari tanah kosong yang tidak berpemilik. Bapak Ramli lah yang menjadi pemilik tanah itu menurut persetujuan warga. Tetapi karena sifat serakah bapak Dedi, perebutan tanah itu terjadi.

Bapak Dedi memang terkenal sebagai orang berpunya di kampung ini.
Ia memiliki banyak sekali sawah dan tanah, bukan hanya itu. Dia bekerja sebagai rentenir. Suka meminjamkan uang kepada warga, namun dengan bunga yang sangat tinggi.

______________________________________

🔥Rentenir menurut Islam:

meminjam uang pada rentenir hukumnya adalah haram dan ada tambahan yang harus dikembalikan berupa bunga yang disebut dengan Riba.

🔥Ancaman bagi rentenir dan peminjam:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam juga bersabda yang artinya:

“ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam melaknat pemakan riba rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba. Kata Beliau, ‘ semuanya sama dalam dosa’.” (HR Muslim no. 1598)

______________________________________

Tapi entah mengapa, setelah mendengar kabar jatuhnya tanah kosong yang sangat subur ini kepada bapak Ramli, ia merasa tidak rela dan hendak mengambil alih ke tangannya dengan cara memaksa.

Bukan hanya serakah, bapak Dedi adalah orang yang kikir, suka bersedekah namun Riya, dan sombong.
Ia akan menjadi baik kepada orang yang di kehendaki, namun akan berubah menjadi orang yang kejam, ketika ia sedang menyimpan kebencian kepada orang yang ia benci.

Ditambah lagi dengan kedatangan istri baru di kehidupan bapak Dedi. Mereka memiliki sifat yang sama, salah satunya adalah haus akan kekayaan.

Istri pertamanya meninggal karena kecelakaan. Lalu ia menikahi janda beranak satu, dua bulan yang lalu.

***

Percuma saja bapak Ramli memohon mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya. Tidak sedikitpun bapak Dedi mengurungkan niatnya untuk tidak mengambil tanah itu.
Ia malah semakin menjadi-jadi.

Alasan bapak Ramli tidak mau melepas tanah, bukan karena ia akan menjual tanah tersebut. Melainkan tanah itu di pergunakannya untuk menanam berbagai macam sayuran, karena kondisi tanah yang sangat subur.

Lalu sayuran itu, ia manfaatkan untuk lauk pauk sehari-hari. Dari situlah bapak Ramli bisa menyambung kehidupannya, dari kekurangan menjadi tercukupi.
Dia bisa sedikit demi sedikit menabung uang yang seharusnya di pakai membeli lauk, untuk membeli sepeda Bima.

"Serahkan padaku tanpa basa-basi, atau akan tau akibatnya!" serunya lantang.

"Tidak, kasihanilah kami! jangan rebut kembali tanah yang sudah menjadi ladang pangan keluarga kami!"

Bapak Ramli, mencoba menjawab tegas. Namun ketegasan nya membuat bapak Dedi semakin geram.

"Aku berjanji setelah tanah ini menjadi miliku, hasil panen sayuran akan ku berikan untukmu 50%"

"100% saja, aku tidak mau. Aku hanya mau tanah ini untuk ladang pangan, bukan uang dari hasil panen tanaman ku sendiri!"

Semakin kekeh bapak Ramli, semakin liar lah perlakuan bapak Dedi.
Dia mendorong pak Ramli sampai tersungkur.

Bagaimana tidak?

Bapak Ramli bertubuh kurus, namun bapak Dedi bertubuh kekar, besar dan tinggi.

Bima hanya bisa menyaksikan dengan rasa takutnya. Ia bersembunyi ditengah pohon singkong.

"Bangun kalau masih sanggup, bangun!" ucapnya.

"Aku akan mengulang pertanyaanku lagi. Berikan tanah ini atau aku akan memperlakukan lebih dari ini!" sambungnya.

"Tolong, jangan ambil tanah ini dan jangan melakukan apapun lebih dari ini." pintanya.

"Baiklah, selamat menikmati apa yang terjadi setelah ini!" ucapnya tersenyum jahat dan berlalu.

****

Bima mendekat dan membantu ayahnya bangkit.

Mata Bima berkaca-kaca, ia menoleh dan memandang tajam setiap langkah kaki bapak Dedi yang kian tidak terlihat.

"Bapak Dedi, tidak berperikemanusiaan!"

"Bapak Dedi, jahat!"

"Apakah dengan kekayaan, dia bisa semena-mena pada bapak?"

"Apakah dengan harta, dia bisa menindas orang lemah, seperti bapak?"

Sejak itulah, muncul benih kebencian Bima terhadap bapak Dedi.

*****

Bersambung*****

Apa yang akan di lakukan bapak Dedi kepada bapak Ramli?

Bagaimana dengan kelanjutan perebutan tanah kosong ini?

TRAGEDI BALAS DENDAM LAMPORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang