HAPPY READING^_^
"IVIA, TOLONG BANTU IBUK NYUCI PAKAIAN!!!"
"BENTAR BUK, BARU SIBUK" Vivia yang sedang asik main gadget bersuara.
"KALO SIBUK MAIN HP TAPI NGGA BANTU IBUK, UANG JAJAN DIPOTONG, NGGA MAU TAU!!!"
Ucapan ibunya membuat Vivia terpaksa menuruti permintaan ibunya, padahal dirinya masih ingin bermain gadgetnya.
Di tempat mencuci pakaian, sudah ada adiknya yang bernama Stella untuk membantu sang kakak. Sang kakak mulai mencuci bajunya mulai dari memberi sabun, menyikat, membilas dan diakhiri dengan memeras sekuat tenaga. Dan kembali lagi ke awal. Berulang ulang dirinya melakukannya.
"Buk, kapan mesin cucinya bisa digunain lagi?" Tanya Vivia disela-sela mengerjakan tugas.
"Sampai kamu jadi anak yang rajin"
"Iiihh, ibuk mah gitu, ibuk kan tau aku ngga bakal bisa jadi anak rajin"
"kalo ada usaha pasti bisa, coba kamu liat anak tetangga si Siti itu, dulunya dia juga males kayak kamu, tapi sekarang jadi rajin bantu ibunya"
"Haduh bawa-bawa anak tetangga lagi" Vivia mengangkat ember berisi pakaian siap jemur ke luar rumah.
Ember diletakkan di dekat tempat biasa keluarganya menjemur. Tak lupa adiknya masih membantu kakaknya.
Stella mengibaskan pakaian yang ingin dijemur dan cipratan air terkena kakaknya. Dirinya hanya tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. Vivia membalas dengan mengibaskan pakaian juga. Akhirnya mereka saling mencipratkan air menggunakan air keran yang ada di dekat mereka.
"VIA, ADA TELPON!!" Kakaknya-Orbis keluar menemui Vivia dengan membawa handphone adiknya.
"TANGKAP!!" kak Orbis melempar handphone Vivia.
"NOO!!!" Vivia berusaha menangkap handphonenya dan berhasil. "Dasar pengawuran, untung aja ketangkep" marah Vivia. Kakaknya yang bodoh amat memilih masuk rumah melanjutkan aktivitasnya.
Vivia mengangkat telepon dari temannya, "Dek lanjutin sendiri bentar" ucap kakaknya.
"Ngga mau, nanti malah aku yang ngerjain semuanya lagi" jawab Stella.
"Terserah kamu dek" balas kakaknya jengah, "kenapa telpon?" tanyanya untuk temannya yang menelponnya.
"Ngga ada apa-apa sih, cuman mau tanya aja, jadinya nanti malem kamu boleh keluar rumah ngga?" Tanya temannya lewat telpon.
"Pasti boleh" jawab Vivia santai.
"Oke, aku jemput jam delapan ya?!"
Vivia menutup telponnya dan melanjutkan menjemur pakaian.
"Kakak nanti mau pergi ya?" Tanya Stella yang hanya dijawab deheman oleh Vivia.
"IKUT!!"
"NGGA!!"
Dan pertempuran antara mereka berdua dimulai kembali.
***
Vivia bersiap-siap karena sebentar lagi temannya akan datang menjemputnya ditemani tangisan adiknya yang ingin ikut pergi dengan sang kakak. Ibunya mencoba menenangkan Stella yang merengek-rengek minta ikut.
"Diajak aja biar ngga nangis terus" tintah kak Orbis.
"Ngga mau, entar cuman rusuh disana" tolak Vivia.
"Halah kalian juga cuma main kan?!" tebak kak Orbis. Vivia memutar bola matanya.
"Ivia, temenmu udah dateng" Suara ibunya terdengar dari teras.
Vivia segera bergegas keluar rumah.
"Hai" sapa Cateis temannya, "Kak Orbis ada?" Tanyanya sambil berbisik.
"Ini kamu cari aku atau kak Orbis?" cibir Vivia.
"Ssst, jangan keras-keras"
"Kenapa kok sebut-sebut namaku?" Kak Orbis muncul dari balik pintu.
"E-eh, Hai kak" Cateis mencoba menahan senyumnya.
"Hm" balas kak Orbis lalu menggeret Vivia untuk masuk sebentar, "Kakak titip makanan" ucapnya.
Reflek Vivia menyodorkan tangannya.
"Pakai uangmu dulu nanti kakak ganti" ucap kak Orbis dengan senyuman lebar.
"Iiihh kebiasaan, ngga mau" Vivia keluar dan berpamitan ke ibunya.
"Pergi dulu ya kak, tante" salam Cateis.
"Iya, jangan pulang malem-malem"
Dibalik punggung seorang Cateis, terlihat senyuman bahagia akibat ucapan kak Orbis yang menyuruhnya agar tidak pulang malam-malam.
"Pasti kak!!"
***
Sekarang Vivia dan teman-temannya sedang berkumpul di sebuah cafe. Hanya menongkorong, tidak melakukan apa-apa. Tapi didengar dari percakapan mereka, mereka terlihat bahagia satu sama lain. Wajah mereka seperti tidak ada beban setelah curhat satu sama lain.
"Andai aku punya keluarga yang ngebebasin aku, kaya, jadi minta ini langsung dibeliin, bisa rebahan sesuka hati, ngehalu ngga dimarahin lagi" ucap Vivia kepada teman-temannya.
"Haha, kayak situasi sekarang ya? Kamu ngehalunya kebangetan" cibir salah satu temannya.
"Salah ya berhalu?" tanya Vivia.
"Tergantung situasi dan kondisi" jawab Cateis.
Vivia menghembuskan nafasnya jengah, melihat ke arah jalan raya yang dipinggirnya banyak orang berjualan.
"Eh, itu Ego bukan sih?" Tanya Vivia kepada teman-temannya.
"Mana?" tanya Cateis. Vivia menunjuk sesorang pria yang sedang berada di sebuah angkringan di seberang jalan.
"Eh, iya dong. Via, ajak dia gabung sana!!" suruh Cateis.
Vivia segera keluar dari cafe dan menghampiri Ego. Tapi saat Vivia menyebrang jalan, dirinya tidak melihat ada sebuah motor yang melaju kencang ke arahnya. Motor itu menabrak Vivia hingga terpental jauh. Pengemudi motor itu juga jatuh dari motornya sampai berguling guling ke tengah jalan.
Vivia melihat sosok Ego yang berlari menghampirinya, dan tiba-tiba semuanya terlihat gelap.
"Aku udah mati?"
BERSAMBUNG--
TERIMAKSIH untuk yang sudah ingin membaca cerita saya yang rada-rada.
Kalau suka dengan ceritanya silahkan vote.
Kalau ingin bertanya silahkan bertanya lewat kolom komentar.
Silahkan tambahkan ke perpustakaan anda agar tidak ketinggalan chapter selanjutnya.
SEE YOU NEXT TIME---
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Stories
Short StoryIni cerita pertamaku. Hanya cerita pendek. Masih harus banyak belajar. kalau mau menyumbangkan cerita pendek juga boleh. Happy reading!!