Miss Them (2)

10 3 0
                                        

HAPPY READING ^_^

Slice of life

Vivia segera keluar dari cafe dan menghampiri Ego. Tapi saat Vivia menyebrang, dirinya tidak melihat ada sebuah motor yang melaju kencang ke arahnya. Motor itu menabrak Vivia hingga terpental jauh. Pengemudi motor itu juga jatuh dari motornya sampai berguling guling di tengah jalan.

Vivia melihat sosok Ego yang berlari menghampirinya, dan tiba-tiba semuanya terlihat gelap.

"Aku udah mati?"

***

Vivia membuka matanya. Ia menemukan dirinya berada di kamarnya. dirinya meraba-raba keningnya yang terasa sakit. Sepertinya ada sebuah lilitan dikepalanya. Apalagi kalau bukan perban.

Vivia berjalan keluar kamarnya berusaha menemukan orang-orang rumahnya. Dirinya menemukan semua anggota keluarganya bersama dua orang tamu.

"Via" tamu itu memeluk Vivia tiba-tiba.

Bentar-bentar, situasi apa ini. Kemarin aku kecelakaan terus bangun-bangun udah ada di kamar. Tiba-tiba ada yang meluk aku, orang ngga di kenal lagi. Apa yang aku lewatkan?

"Kamu gapapa kan sayang? Kepalamu sakit ngga? Kita ke dokter yuk" khawatir orang itu.

"Buk, dia siapa?" tanya Vivia ke Ibunya.

"Orang tua kandungmu" jawab Ibunya datar.

"APA?!! AKU ANAK ANGKAT???!!!" pekik Vivia tak percaya.

"Iya, nemu di kolong jembatan" jawab Ibunya datar tanpa melihat Vivia. Matanya menatap lurus tak ngin melihat reaksi Vivia.

"Vivia, kita pulang ya. Ibu angkatmu ngga becus jagain kamu. Kita pulang ya, mama udah kemasin barang-barang kamu" si Mama kandung mengajak Vivia agar segera pergi dari lingkup di sana.

Vivia melihat ibunya, kak Orbis, dan Stella lewat kaca mobil yang tengah berdiri di depan pintu melihat kepergian dirinya. Sepanjang perjalanan dia hanya diam walaupun sudah diajak berbicara oleh mama kandungnya. Itu disebabkan dirinya masih ngebug dengan keadaan sekarang yang menurutnya sangat tiba-tiba.

Mobil memasuki rumah yang begitu megah. Vivia keluar dari mobil, terpana melihat kemegahan rumah barunya. Halaman luas yang ditanami pohon hias, pohon berbuah, dan masih banyak lagi. Rumah putih yang dikombinasikan dengan warna kuning emas membuat semakin terlihat megah.

"Ayo sayang" ajak Ibu kandungnya.

Diluar terlihat megah, apalagi dalamnya. Semua terlihat serba putih dan kuning emas. Vivia membayangkan jika ada noda di dinding, pasti sangat terlihat. Mereka menuju sebuah ruangan yang Vivia tebak adalah kamarnya yang baru.

"Ini kamarmu. Kamu mandi terus istirahat ya! Nanti makanannya biar diantar pelayan ke kamarmu" ujar Mamanya, "mama kerja dulu ya sayang" mama kandungnya keluar dari kamar diikuti papa kandungnya.

"Tan," Vivia menyusul mamanya.

"Eh, maksudnya Ma" Vivia memberanikan diri sendiri untuk berucap, "Sebenaranya aku ngga suka pink" ucap Vivia.

"Eh, kamu ngga suka pink, kalau gitu bilang ke pak Amir buat cat ulang warna kesukaanmu, kalau kamu minta sesuatu juga bilang ke pak Amir ya, mama sama papa pergi kerja dulu,"

Vivia melihat dari jendela rumah kepergian kedua orang tuanya. Setelah memastikan mereka pergi, dirinya langsung mencari-cari orang yang bernama pak Amir untuk mendekor ulang. Semua yang berwarna pink ia buang dan mengganti dengan warna yang ia suka. Hitam dan putih.

Awalnya pak Amir tidak ingin Vivia membantunya, tetapi karena terus dipaksa akhirnya pak Amir memperbolehkan. Teman-temannya juga ia undang untuk ikut membantu, termasuk Cateis. Dari mengecat, mendesain ruangan hingga ikut mencuci baju bersama pembantu.

Random StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang