Lelah

5 3 0
                                    

HAPPY READING ^_^


BULLYING


WARNING!!

PERBUATAN TIDAK UNTUK DI CONTOH

Lenna terlihat menutup pintu ruangan guru dengan muka yang tidak dapat di artikan. Ia berjalan menuju seseorang yang sedari tadi menunggunya.

Orang yang menunggunya adalah Faris, teman lelaki satu-satunya. Lelaki itu dengan tidak sabar ingin mengetahui apakah ekspetasinya tepat dengan realita.

"Nihil. Lain kali ngga usah nyuruh-nyuruh lagi. Itu bukan kemauanku," ucap Lenna yang langsung berjalan pergi.

"Itu demi kebaikanmu sendiri Len," ucap Faris lirih. Ia menatap punggung Lenna dengan rasa iba.

Dirinya sudah bertekad untuk membantu Lenna untuk keluar dari masalah yang dihadapi saat ini. Tapi tanpa rasa semangat dari Lenna sendiri, usaha yang ia lakukanpun terasa sia-sia.

Faris menghapus air matanya, "Sial, malah mewek"

***

Lenna memasuki kelasnya. Baru saja masuk, Lenna dipanggil oleh temannya dan menyuruhnya untuk ikut ke toilet belakang. Tak lain dan tak bukan. Seperti biasa Lenna hanya menurut, melawanpun tak akan bisa. Apa bisa orang selemah dirinya bisa menandingi beberapa temannya ini?

Lenna terhempas membentur dinding, sakitnya bukan main. Tulang punggung seperti ingin patah berkeping-keping. Velin dengan senyum liciknya menyiram air pel ke tubuh Lenna. Ia melempar sembarang ember bekas air pel itu.

"Lempar, siram, lempar, siram. Lama-lama bosen tau, ngga ada perlawanan sama sekali," ucap Debil. Dia sedang merokok santai di belakang teman-temannya yang sedang ikut membuli.

"Kalau cuma nonton ya bosen lah," ucap Velin sinis.

"Hmmm, jadi kepikiran kalo si kampr*t jadi badut" Debil menyebulkan asap rokoknya.

"Bil, aku ngga suka sama sifat kamu yang sok ngatur, tapi aku suka sama idemu" ujar Velin. Ia tersenyum licik dan memulai aksinya. Debil yang meihat itu hanya tersenyum tipis sambil terus memperhatikan.

***

Lagi-lagi Faris harus menunggu Lenna. Lenna sendiri sedang mengganti bajunya menggunakan baju olahraga milik Faris. Itu butuh usaha karena Faris harus mengambilnya di rumah. Jam sudah menunjukan empat sore. Dari kejadian tadi sampai sekarang, Lenna hanya berdiam diri di toilet, alias bolos pembelajaran.

Lenna keluar dari toilet dengan membawa baju basahnya.

"Kan udah ku bilang, aduin aja ke guru, pasti langsung kicep mereka" Faris terlihat kesal karena Lenna tidak pernah mendengarkan dirinya.

"Mengadu bukan solusi yang tepat" jawab Lenna.

"Aku juga udah bilang, jangan jauh-jauh, aku bisa bantu kalau kamu ada masalah" ucapan Faris tidak ditanggapi Lenna.

Mereka berjalan sepanjang perjalanan, melewati jembatan yang biasa mereka lalui. Jembatan yang sangat panjang dan tinggi. Tak ada suara yang terdengar dari mereka, tak ada obrolan diantara mereka.

"Hey, mataharinya bagus, tolong fotoin dong!" pinta Lenna sembari menyodorkan handphonenya.

Faris dengan senang hati memotret Lenna yang berpose dekat jembatan. Dengan gaya andalannya, Lenna tersenyum saat Faris mulai memotret.

Faris menghela napas, "Kenapa posemu hanya berdiri dan tersenyum sih, ngga ada pose lain?" Faris menghampiri Lenna.

Akhirnya mereka melakukan selfie dengan matahari di belakang mereka.

Random StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang