Menyetir mobil seraya menahan tangis adalah hal yang sulit. Air yang menggenang di pelupuk mata menutupi pengelihatan ku.
Dengan kecepatan di atas rata-rata, ku lewati jalanan ibu kota yang tak ada habisnya. Dan ketika lampu merah tiba-tiba menyala di depan mata, ku coba untuk berhenti, namun entah mengapa rem yang ku injak tak ada pengaruh sama sekali.
"Rem nya blong?!"
Di saat kendaraan dari arah lain mulai menyebrang, terlebih truk besar dengan beban berat berada sangat dekat di hadapan, mobilku sudah tak sempat untuk menghindar.
Secepat kedipan mata-
BRAKK!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terlihat mobil hancur seketika hingga bentuknya tak lagi beraturan.
Sampai beberapa waktu telah berlalu-
"Bagaimana keadaannya, dok?"
"Maaf, tapi untuk saat ini hanya keajaiban lah yang dapat menyelamatkannya."
Aku bisa mendengarnya, dan memang hanya itu yang bisa ku lakukan. Dengan pandangan yang sangat gelap dan tubuh tak dapat bergerak, apakah ini rasanya setengah mati?
Mungkin ini akan menjadi saat-saat terakhirku di dunia. Pasrah dan siap menyerahkan diri kepada yang kuasa adalah keputusanku.
Namun jika aku masih diberi sedikit waktu, aku hanya ingin mengenang sedikit masa lalu ku...
______________________________________
13 tahun sebelumnya, di sebuah rumah sederhana milik keluarga Pak Hendra. Terdapat seorang anak tunggal bernama Hirondra Pamungkas, yang masih tertidur nyenyak di saat matahari mulai menyinari jendela kamarnya.
Tak lama kemudian datang lah Heni, ibunda Hiro yang duduk sambil tersenyum disampingnya, sedangkan Hendra, sang ayah sedang membuka gorden jendela, membuat sinar mentari semakin memenuhi seisi kamarnya.
"Hiro...bangun yuk..." Ucap Heni dengan lembut, seraya menepuk kaki anaknya.
Hiro mengerang tersadar. "Ehm iya ma..." Anak itu mulai membuka kedua matanya dengan berat. "Emang udah pagi ya?" tanya Hiro.
"Selamat ulang tahun yang ke-12 pahlawan kesayangan mama," ucap sang ibu. Di susul sang ayah yang duduk di tepi kasur seraya memainkan gitarnya, mereka menyanyikan lagu ulang tahun untuk anaknya.
Setelah selesai bernyanyi, Heni menanyakan sesuatu padanya, "mama sama papa mau tau, kira-kira harapan Hiro di ulang tahun sekarang itu apa?"
"Hero mau jadi ranking satu di sekolah, hero mau punya banyak temen, hero mau jadi superhero kayak papa supaya bisa lindungin orang-orang yang hero sayang." Katanya antusias. "Hero juga mau hidup bahagia terus sama mama dan papa," lanjut anak itu dengan nada yang tulus.
"Oh ya? Kita kan memang keluarga bahagia, untuk saat ini dan selamanya.." Ucap Hendra seraya tersenyum.
"Iya pa, persis kayak lukisan yang Hero gambar semalem," Hero beranjak dari tempat tidurnya, menghampiri meja belajar lalu diambilnya secarik kertas bergambar. Dan saat ia membalikan badan ke arah orangtuanya. "M-ma, pa!"