~Hi readers! Late update mulu yak aku hoho. Dan berhubung aku gaada ide(?) dan aku dapet saran dari EvhaAras, aku bisa update deh! So.. Hope you guys like it!~
Aku berusaha memasak sendirian didapur dan aku juga tidak sengaja berkali kali membakar tanganku sendiri. Ya melepuhnya memang tidak seberapa. Tapi sakitnya itu lho!
Sudah 4 jam aku menunggu Julia bangun dari pingsannya. Aku memang maklum kalau dia kecapekan atau karena menahan sakit. Tetapi tetap saja aku takut Julia tidak bisa bangun. Kecelakaan ditabrak truck mungkin setara dengan ditembak. Atau ditembak lebih parah?
Jeff juga masih tidak mau membantuku dan malah membunuh sendirian. Saat ia keluar, ia sempat menatap Julia yang masih terbaring lemas dan berlalu pergi tanpa mengatakan apapun.
Aku duduk disamping Julia dan mengganti perbannya yang sudah penuh dengan darah. Aku payah dalam mengganti oerban, tetapi aku has berusaha demi kesehatannya. Seorang pembunuh yang sudah kuanggap kakak sendiri.
Dan akhirnya tubuh Julia seperti dihinggapi kepompong.
Ah sudahlah.
~Jeff's P.O.V~
Ah. Menyebalkan sekali.
Jejakku dan Julia sudah tertangkap.
Sudah jelas aku, Julia dan Carren tidak bisa tinggal lagi dirumah itu.
Bagaimana dengan cabin tuaku dulu? Apa aku bawa saja mereka kesana? Aku tau sih cabin itu pasti menjadi tempat berkumpul keluarga pembunuh sepertiku. Bukankah itu akan menyenangkan? Menyenangkan untuk berbagi organ organ bersama dan merencanakan pembunuhan.
Hari ini aku memang sedikit bad mood dan aku telah membunuh orang orang di 2 blok perumahan yang aku datangi. Aku benci dengan masa masa modern. Mereka dengan mudahnya dapat mengetahui pembunuh dengan alat alat canggih. Mereka sudah pintar, tetapi tidak sepintar diriku.
Beberapa jam setelah aku puas membunuh dengan jantung di kedua saku bajuku, aku dengan cepat berlari pulang ingin membicarakan tentang rencanaku untuk pindah kembali ke cabin tengah hutan milikku dengan Julia dan Carren. Itupun jika si bad luck girl itu sudah bangun.
Pikiranku terus tertuju pada rencana pindah rumah hingga aku tidak melihat sekitarku. Lingkungan sangat ramai dengan warga walau tidak ada polisi, detektif atau apapun disekitar. Tidak ada yang mencurigaiku, memperhatikanku bahkan melihatku. Aku merasa seperti tak kasat pandang.
Tak jauh dari sana, baru kusadari ternyata aku melewati kantor polisi yang sepertinya sangat kosong dengan darah dimana mana. Beberapa orang berdiri didepan kantor tersebut sambil bertanya tanya.
"Ini pasti ulah Julia.. Aku harus pulang sekarang"
Aku langsung berlari dengan sejenak menoleh ke belakang. Sangat ramai. Menurut firasatku, akan ada lebih banyak pihak berwajib yang akan datang sebentar lagi.
~~~~||~~~~
"Pindah Jeff? Kemana?"
"Ke cabin lama milikku, percayalah Carren kita sudah tidak aman"
"Bagaimana dengan sekolahku?"
"C'mon, aku kan tidak bilang pindah ke luar kota. Cabin itu tidak jauh dari sini"
"Really? Dimana?"
"Di hutan"
"Tetapi di kota ini tidak ada hutan.."
"Jalan kaki! Apa susahnya sih?!"
"B... Baiklah.."
Carren berlari kekamarnya dan mengepaki barangnya dengan tergesa gesa. Aku duduk disamping Julia yang masih memejamkan matanya rapat rapat. Aku terus menoel noel pipinya karena penasaran apa dia benar benar belum sadar atau hanya main main saja.
Carren kembali keluar dari kamarnya sambil menggert kopernya yang sangat besar. Aku masih tetap menatap Julia.
"Julia.. Bangunlah, aku tidak mau menggendongmu jauh jauh kesana."
"Sepertinya kita tidak perlu jalan kaki Jeff.."
"Kita harus jalan kaki, Carren.."
"Disini ada mobil"
"Aku tidak bisa menyetir"
"Oh, mobil ini matic. Aku sudah memeriksanya. Aku yakin kau bisa, hanya seperti menyetir boom boom car saja!"
~~~~||~~~~
"FOR GOD SAKE JEFF JANGAN INJAK GAS SEDALAM ITUUU!"
"aku kan sudah bilang aku tidak bisa menyetir!"
"Kamu harus belajarrrr!! Awas ada bebekkkk!"
"Jangan panik! Bebek mati gapeduli, orang manusia aja aku bunuh!"
"JEEEEEFFF!"
Wow, menyetir mobil ternyata sangat sulit. Aku tidak bisa membedakan mana gas dan rem juga aku tidak tau apa yang menonjol ditengah kursi yang aku dan Carren duduki. Bahkan Julia yang aku taruh dibelakang sedaritadi mungkin sudah jatuh dari tempat awalnya. Aku payah sekali menyetir mobil. Ditambah pula disampingku ada speaker berjalan yang terus berteriak panik.
Tak lama kemudian, aku akhirnya sampai tetapi aku mengerem mendadak lalu menabrak pohon. Tidak terlalu kencang hingga tidak ada dari kami yang terluka. Tidak mau lagi aku membawa mobil.
"JEFF APA AKU SUDAH DI SURGA"
"Carren te-"
"JEFF APA AKU SUDAH PERGI!? APA AKU DI ATAS SANA?!"
"Carren ka-"
"JEFF JAWAB AKU JEFF"
"Kau terlalu panik!"
Aku terpaksa menampar Carren yang langsung diam. Kalian tidak bisa membayangkan, bukan? Mengendara dengan seseorang yang pingsan dan perempuan yang meneriakimu di telinga sekeras toa. Mimpi buruk sepanjang masa.
"Ok aku tenang."
"Baguslah."
"Jadi ini cabin yang kau maksud? Reot banget"
"Memang reot. Disinilah kita akan aman juga aku dapat meminta sedikit bantuan dari keluargaku"
"Keluarga? Kau punya keluarga?"
"Tentu"
Aku turun dari mobil ini dan menggendong Julia keluar. Baru saja aku melangkah, terlihat Sally yang sedang memainkan bonekanya di halaman rumah. Ia melambai padaku tetapi menatap Carren dengan tajam. Kaki Carren mulai bergetar ketakutan seperti biasanya.
"Jeff, siapa itu?"
"Ini? Ini adalah adik Rose"
"Seorang Olivia Rose punya adik?!"
"Yep. Dan yang aku gendong ini.."
"Julia. Si anak cileupeung. Dia sudah besar ya"
"Iya. C'mon panggil yang lainnya. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan."
"Semuanya?"
"Semuanya"
Aku melihat Sally yang langsung berlari sambil memeluk bonekanya dan akupun membawa Julia masuk. Carren yang masih ketakutan terus memelukku sambil berjalan. Pasti ini adalah paranoid baru untuknya.
"Jeff aku takut"
"Itu hanyalah salah satu darii keluargaku"
"Keluarga apa yang kamu maksud?"
Belum sempat aku menjawab, slenderman tiba tiba muncul entah darimana hingga membuat Carren berteriak kaget.
"Inilah yang aku maksud. Tunggulah untuk yang lainnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Psychopath Life 2
HorrorSetelah ditinggalkan oleh Rose, makin hari emosi Julia terus meningkat. Tetapi sayangnya, Julia dikirimkan ke rumah sakit jiwa. Beberapa tahun setelah ia diperkirakan sudah boleh keluar, Ia dimasukkan kembali ke SMP. Ia sebenarnya tetap sama seperti...