Part 5

174 38 3
                                    

Tok tok tok

Ketukan tersebut membuat Vander sadar dan dia segera membukakan pintunya dan ia melihat Xander menghampirinya.

"Ada apa Xander??" Tanya Ivander.

"Begini pak, aku tidak mengerti dengan soalan ini, bisakah bapak membantuku??" Tanya Xander.

"Bisa, ikuti saya"

Xander melihat ke arah dalam dan melihat Eliona yg tengah menatapnya.

Xander tersenyum tipis dan menundukkan kepalanya lalu berjalan berdampingan dengan gurunya tersebut.

Ivander membuka pintu ruangannya dan menyuruh Xander masuk kedalam, Xander melihat kesekelilingnya yg terlihat sangat aneh, ia merasa ruangan tersebut sangat usang.

"Bapak tidak pernah membersihkannya?" Tanya Xander.

"Jangan memanggilku bapak Xander"

Xander menoleh ke belakang dan mengernyitkan keningnya.
"Bukankah itu panggilan yg bagus untuk pria berumur sepertimu" Ucap Xander spontan lalu duduk di kursi yg tak jauh dari meja kerja gurunya.

"Itu bermasalah saat kau menyebutku bapak dari mulutmu sendiri" Ucap Vander dan ikut duduk di kursi dan hanya beberapa jengkal saja jarak mereka berdua.

"Baiklah Xander, sekarang katakan apa yg kau tak bisa lakukan dalam pelajaranku??" Tanya Ivander.

Xander menunduk dan membuka buku tersebut, namun dengan cepat Xander mengukung tubuh Ivander dan menahan lengan pria tegap tersebut menggunakan tangannya.

"Jangan meremehkan tenagaku" Ucap Xander.

"Sekarang katakan, apa yg sudah terjadi"

Xander menatap lekat netra hitam milik pria tegap yg saat ini berhadapan dengannya, sangat dekat dan hampir tidak ada jarak di antara mereka.

"Xander..!"

"Katakan cepat" Lirih Xander namun penuh dengan tekanan.

Ivander tanpa berkedip menatap Xander dan ia mencoba mengedipkan matanya namun tidak bisa.

"Jangan lakukan itu"

"Jangan lakukan itu"

"Aku mohooonnn"

"IVANDER CHRISTOPHE" Teriak Xander dan menyadarkannya.

"Tolong aku" Lirih ketakutan dan kesedihan dari Vander membuat Xander melepaskan cengkramannya dan sedikit menjarakkan wajahnya.

Keringat bercucuran dari kening Xander membuat Vander menjulurkan jemarinya untuk mengelap keringat muridnya tersebut.

Xander yg merasakan jari pria tegap tersebut berada di keningnya langsung saja menjauh dan kembali duduk di kursinya dan membiarkan Vander mengambil kesempatan untuk berbicara dengannya.

"Sekarang katakan, apa yg terjadi sebenarnya" Ucap Xander.

"Xander, Ini bukanlah seperti yg kau pikirkan, tapi ini akan menjadi beban pikiranmu, maafkan aku" Ucap Vander.

Ucapan sang guru membuat pemuda tersebut bingung sekaligus berkali-kali mengernyitkan keningnya karena tidak mengerti atas ucapan sang guru.

"Aku tidak mengerti maksudmu?? Aku hanya ingin kau menjelaskan tentang sekolah ini"

"Ini sangat sulit ku jelaskan, tapi aku mohon tolong aku" Ucap Ivander sembari mengatup kedua tangannya tanda bermohon.

Xander mendongakkan kepalanya
"Tuhan, aku tidak mengerti ini semua" Xander menunduk dan terdiam cukup lama.

Ivander mendekati Xander dan memegang tangan muridnya tersebut lalu mencium tangan tersebut, pemuda itu ingin melepaskannya namun tangannya di tahan dan ia merasakan bibir kenyal tersebut lekat di tangannya dan juga nafas hangat tersebut sangat terasa di punggung tangannya.

"Aku mohon"

"Cukup pak, apa yg kau lakukan"

"Aku mohon tolong aku"

"Pak Ivander" Panggil Xander.

"Aku mohon tolong aku"

"PAK IVANDER" Panggil Xander dengan kuat

"Kita terjebak di sini"

Bak di sambar petir, pemuda tersebut membelalakkan matanya dan terdiam dan hampir tak bisa berkata-kata.

Dia mengingat apa yg di katakan Leo saat di kantin tadi.

"Kita terjebak di sini"

"Maksudmu??" Xander hampir tidak mengerti apa yg di katakan Leo.

"Orangtuaku kecelakaan dan meninggal di tempat saat aku mengantar mereka berdua di gerbang, dan saat ini aku tidak memiliki siapa-siapa lagi" Leo tak kuasa menahan airmatanya.

"Kita tidak bisa keluar dari sini Xander" Leo menatap dengan lekat netra Xander.

"Kalau kau tidak percaya datanglah ke ruang kepala sekolah, disana kau akan tahu segalanya"

"....."

"Ku harap kau berhati-hati" ingat leo.

Xander memegang lehernya dan menunduk "Kau tunggu disini"

Xander segera berlari menuju ruang kepala sekolah, karna dirinya ingin tahu apa yg terjadi,  dan kenapa dirinya menjadi korban dalam hal ini.

Tok tok tok

Ceklek

Pintu terbuka, Xander melihat ke arah pintu sudah ada kepala sekolah yg tengah melihat mereka.

Xander yg sadar langsung saja melihat kebawah di mana Vander sedari tadi mencium tangannya dan sekarang sudah berada di kursi dengan wajah datarnya karena dirinya tidak menyadari hal itu.

"Pak Ivander, kita ada rapat"

"Xander, bapak pamit dulu, ku harap kau mengerti apa yg bapak ajarkan" Ucap Ivander lalu berjalan meninggalkan dirinya sendiri di ruangan gurunya tersebut.

"Xander"

Xander menoleh ke arah pintu dimana Leo menjemputnya.

"Kemarilah" bisik Leo sembari melambai tangannya.

Xander berdiri dan mendekati Leo, Pemuda tersebut menariknya keluar dan menunjuk ke arah kepala sekolah dan Ivander gurunya yg tengah berjalan melewatir koridor.

"Kau lihat??"

"Apa??"

"Murid-murid itu"

Xander melihat dengan seksama dan seluruh murid menundukkan kepalanya dengan hormat.

"Mereka melakukan itu setiap mereka berdua lewat"

Xander semakin bingung dengan situasi ini dan dirinya berpikir kematian ayahnya ada penyebabnya dari balik ini semua.

To be continuee...

Jangan lupa tekan Vote ya guys, cerita akan ku lanjutkan kalau ramai. Ehehe....

Ivander And XanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang