Part 6

166 37 4
                                    

Xander semakin bingung dengan situasi ini dan dirinya berpikir kematian ayahnya ada penyebabnya dari balik ini semua.

"Hei murid baru" Panggil Chris dan menghampiri Xander dan juga Leo yg tengah berdiri di ruang guru.

"Kalian tidak bosan mengganggu kami terus?" Tanya Leo meletakkan kedua tangannya di saku.

Chris menghampiri Leo dan mendekatkan wajahnya hingga tatapan mereka saling bertemu, namun tatapan sengit tersebut tak sampai di situ saja, mereka ingin saja melayangkan sebuah pukulan namun Leo menahan dirinya agar tidak melukai manusia-manusia yg tak pernah puas untuk mengganggu kesenangan orang lain.

"Kau ternyata betah juga disini" Ucap Simon mendekati Xander.

"Kenapa?? Matamu sakit melihatku disini??" Xander tak ingin kalah akan hal ini,  dirinya juga tidak bisa diam terus menerus karena anak berandalan seperti ini.

"Kau sudah berani melawanku"

"Dan aku juga tidak takut denganmu"

Simon langsung saja melayangkan pukulan, karena berani sekali anak baru tersebut menjawab ucapannya.

Namun dengan segera Xander menggenggam kepalan tangan Simon membuat Leo, Chris dan juga Patrick menatap dua manusia yg tengah berkelahi.

"Aku tidak memiliki urusan denganmu, dan jangan menyentuh kulitku jika kau tidak ada masalah denganku" Ucap Xander lalu melayangkan satu pukulan yg menyakitkan di bagian tulang rusuk Simon.

"Aaahhkkk" Simon meringis kesakitan, dan dua orang temannya membantu dirinya untuk berdiri.

Leo sempat ternganga melihat Xander bisa berkelahi seperti itu.

"Waahh, ku pikir kau cupu, ternyata kau suhu" Leo menggeleng kepalanya tak percaya, dan kali ini dirinya percaya bahwa orang pendiam bukanlah cupu, melainkan bisa melawan jika ada yg mengganggunya.

"Jangan pernah menggangguku lagi jika kalian masih ingin tetap hidup" Xander meninggalkan mereka bertiga dan di susul Leo dari belakang.

"Xander tunggu aku" Teriak Leo.

"Sialan" Simon geram dengan kejadian ini

"Apa yg kalian lihat ha!!" Teriak Simon dengan para murid yg melihatnya.
Simon terlihat sangat jengkel dengan Xander.

"Kau lihat Vander, dia sangat lugu, namun tenaganya sangat lemah" Eliona langsung saja melangkah pergi meninggalkan Vander sendiri.

Vander menutup matanya dan menghela nafasnya dengan lega.

"Xander" Lirihnya.

~

"Kau tadi sangat hebat Xander" Ucap Leo.

"Bisakah bersikap biasa saja Leo"

"Hem, kau ini sangat sulit di puji."

Xander melihat sekeliling kelas tak ada satu pun murid yg masuk.

"Bukankah sudah memulai pelajaran?? Kenapa masih sepi??" Tanya Xander.

Leo tampak berpikir sejenak.
"Aaahh aku lupa, mari kita keluar" Leo menarik tangan Xander dan mengajaknya keluar.

"Kita kema....na" Xander membulatkan matanya, keadaan sekolah sangat sepi dan juga terlihat gelap, pencahayaannya juga sangat kurang, beberapa lampu hidup di beberapa koridor dan juga ruangan tertentu.

"Sebaiknya aku pulang saja" Ucap Xander lalu ingin melangkahkan kakinya namun ia merasa tangannya di tahan.

Dirinya menoleh ke belakang melihat Leo tengah memegang tangannya "Kenapa??"

"Kau tidak ingin pulang??" Tanyanya.

"Kita tidak bisa keluar dari sini Xander"

"What??" Xander menepis pelan tangannya.

"Kenapa?? Kau takut??" Tanya Xander.

Xander berjalan meninggalkan Leo sendirian.

"Xander percayalah padaku, kau tidak bisa kemana-mana, kita sudah terjebak" Teriak Leo namun pemuda tersebut tidak menghiraukan ucapannya dan dia pun mengikuti Xander dari belakang saja.

Sesampainya di gerbang Xander berjalan sembari menundukkan kepalanya sejenak karena sangat lelah.

"Tidak bisa kemana apanya, ini sekarang aku berada di luar" Ucapnya sendiri.

"Kau masih disini" Ucap Leo dan Xander menolehkan kepalanya dan ia melihat Leo berada di belakangnya dan dia kembali melihat kedepan, pintu gerbang masih dalam keadaan tertutup, seingatnya dia sudah membukanya dan berjalan di trotoar.

"Leo" Panggil Xander.

"Um??"

Xander langsung saja menarik kerah baju Leo dan mempelototi Leo dengan sengit.

"Aku tidak ingin disini, aku mau keluar dari sini bajingan" Teriak Xander.

Leo sama sekali tidak melawan dan dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Maafkan aku"

Xander melepas cengkramannya dan memukul tembok gerbang dengan kuat "PERSETAN DENGAN SEKOLAH INI, TEMPAT TERKUTUK" Teriak Xander dengan nafas yg terengah-engah.

"Xander"

Leo dan Xander menoleh kebelakang dan terlihat sudah ada Ivander berdiri tak jauh dari mereka.

"Apa?"

"Kau baik-baik saja?" Tanya Vander.

"Kau pikir aku baik-baik saja? Tempat terkutuk ini membuatku gila" Xander melangkahkan kakinya dengan cepat dan mendorong tubuh gurunya hingga terjatuh.

Dia langsung memukul wajah Vander membabi buta, dan gurunya tersebut tak melawan.

"Kenapa bajingan, kenapa kau diam saja ha" Xander menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Vander.

"Aku lelah" lirih Xander dan perlahan matanya tertutup dengan rapat.

Ivander menatap Leo dan Leo meninggalkan teman dan juga gurunya berdua.

Ivander memeluk tubuh Xander dan ia merasa hangat untuk itu, perlahan ia memindahkan Xander ke tangan kirinya lalu memposisikan tubuhnya untuk berdiri dan menggendong tubuh Xander lalu membawanya ke suatu tempat.

To be continue...

Ivander And XanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang