21. Sper mama.

3.8K 410 74
                                    

Sorry for typo(s).
Happy reading.

Dua hari kemudian…

Pagi ini Renjun sedang tidak ada mata kuliah. Sesuatu yang amat sangat melegakan hati dan jiwa. Ya, meskipun begitu tetap Renjun harus membantu ibu nya. Ia disuruh ke supermarket membeli beberapa bumbu dapur yang kurang lengkap. Keinginan untuk rebahan dikasur selama seharian full sedikit terganggu kali ini.

Renjun sejujurnya agak sedikit suntuk, jika bermain ponsel ia akan terus menemui postingan Jaemin di beranda sosial media nya. Itu memuakkan sekali, ditambah Jaemin akhir-akhir ini semakin dekat dengan Jeno. Apa Jeno menggunakan jampi-jampi agar Jaemin menjauhi dirinya? Dude, pikiran konyol macam apa itu.

Baru sampai didepan pintu masuk supermarket, mata Renjun menangkap sosok laki-laki ini yang selalu menggusik kedamaiannya. Lee Haechan, entah apa yang sedang ia lakukan disana. Renjun ingin langsung mengeluarkan ledakkan tawanya saat melihat kondisi muka Haechan.

Terlihat seperti orang baru bangun tidur tanpa cuci muka terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terlihat seperti orang baru bangun tidur tanpa cuci muka terlebih dahulu. Haechan menyadari jika Renjun melihatnya dan ingin menahan tawa. Ia dengan segera menghampiri Renjun kemudian menarik tangan lelaki bermarga Huang itu menjauhi pintu masuk supermarket.

Setelah di rasa ia dan Renjun jauh dari kerumunan. Yang pertama kali ia dengar adalah gelak tawa lepas Renjun. Ia tidak mempermasalahkannya jika orang itu adalah Huang Renjun. Haechan tersenyum tipis menyaksikan Renjun yang tengah asik tertawa sendiri.

‘Manis...’

‘Lee, apa yang kau lakukan bodoh?’

Haechan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak boleh menempatkan ini pada Renjun. Ia dan Renjun 'kan hanya sebatas Teman. Ya, teman tidak lebih dan kurang. Lagian apa jadiannya kalau seorang teman saling menaruh rasa? Ah bukan, lebih tepatnya hanya sepihak.

Renjun meredakan tawanya, ia mengelap airmata disudut ujung matanya karena tertawa terlalu kencang. Renjun berdeham, “Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Renjun.

Haechan membuat gestur berfikir. “Entahlah, aku hanya ingin. Dirumah tidak ada pekerjaan yang harus ku lakukan.” jawaban yang keluar dari belah bibir Haechan segera mendapatkan cubitan maut dipinggang. Cubitan Renjun tidak main-main, pedas, panas, menjadi satu.

“Sakit Ronjon, kau tidak kasihan padaku?”

“Jangan panggil aku dengan sebutan, Ronjon!” protes Renjun. Kali ini mereka bertukar posisi, kalau tadi Renjun yang tertawa kini Haechan yang tertawa. Ia sangat senang dengan sebutan 'Ronjon itu. Renjun benar-benar lucu, pikir Haechan. Sifat nya maksudku, lanjut pikir Haechan.

“Baiklah, nyonya Lee. Anda benar-benar cerewet, hm.”

“Apa-apaan, marga ku itu Huang bukan Lee!”

HOMOPHOBIC - JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang