KABUT KEMATIAN

8.9K 223 5
                                    

Warning! : Gay sex konten, fetish konten.

Follow my tiktok:

http://tiktok.com/@ban9.ja9o

Desa Badas sudah tenang sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desa Badas sudah tenang sekarang. Penduduknya merasa telah aman.
Orang-orang kembali berani melaut dan keluar rumah di malam hari.

Terlihat Rokim dan Abdul sedang nongkrong di warung kopi dekat pasar ikan bersama beberapa nelayan lainnya. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 11 malam.
Karena merasa ngantuk Rokim dan Abdul berpamitan untuk pulang duluan. Mereka berjalan kaki karena rumah mereka cukup dekat dari pasar hanya sekitar 300 meter.

Di tengah jalan saat melewati area perkebunan kedua pria itu bertemu seorang wanita.

"Mas, bisa minta tolong antarin saya pulang, saya kemalaman mas ga berani pulang sendirian?"

Rokim dan Abdul yang memang jenis pria-pria sangekan full hormon testo yang meluap-luap langsung terhipnotis oleh kecantikan dan keseksian tubuh wanita itu. Tak peduli betapa aneh dan misteriusnya dia.

"Oh, rumahnya memang dimana mbak?"

"Rumah saya di atas bukit situ mas, cuma 100 meter dari sini. Tapi jalannya gelap sekali, saya takut."

"Iya jangan kuatir mbak, kami akan antar mbak sampai ke rumah."

Lalu Rokim dan Abdul itu berbelok arah untuk mengantar wanita cantik itu.

Setelah berjalan di jalan setapak di tengah perkebunan kelapa tibalah mereka ke sebuah rumah yang nampak cukup besar dan mewah. Rokim dan Abdul pun terkagum-kagum melihat tempat tinggal wanita itu.
Rumah itu berbentuk bangunan joglo jawa, pintunya dari kayu berukir sangat indah.

"Ini rumah saya mas, makasih sudah diantar, ayo mampir sebentar saya buatkan wedang jahe mas?"

"Wah, baik mbak."

Rokim dan Abdul langsung sangek berat dan ikut masuk ke rumah wanita itu.

"Ini diminum dulu wedang jahenya mas, panas-panas buat menghangatkan tubuh kalian."

Sluuurrpp...

Rokim dan Abdul menyeruput wedang jahe wangi yang dibuatkan oleh wanita itu.

Setelah menghabiskan minuman mereka kedua pria itu merasa pening, pandangan mereka berkunang-kunang. Dan ketika hendak bangkit berdiri kaki mereka terasa lemas dan kemudian roboh ke lantai.

"Hi... Hiii ... Hii...."

Rokim dan Abdul hanya bisa mendengar suara ketawa melengking wanita itu tanpa bisa menggerakkan tubuh mereka ataupun berteriak.

Samar-samar dari mata Rokim dan Abdul masih bisa melihat dari punggung wanita itu mulai tumbuh tentakel-tentakel mirip gurita.

Lalu tentakel-tentakel itu mengoyak pakaian yang dikenaka Rokim dan Abdul hingga kedua pria itu telanjang bulat.

Cpllookk...cplookk...

Dua buah tentakel besar langsung mencaplok dan menghisap alat kelamin Rokim dan Abdul.
Sementara tentakel-tentakel yang lain melilit tubuh kedua pria itu makin ketat.

"Aarrghh... Ouurghh...

Dalam keadaan tak berdaya Rokim dan Abdul menyerah pada hisapan-hisapan tentakel itu pada batang kontol mereka, rangsangan nikmat pada batang kontol mereka membuat kedua pria itupun ngaceng dan akhirnya mencapai klimaks dengan menyemburkan cairan sperma mereka.

Croott... Crooottt... Crooottt...

Air mani Rokim dan Abdul langsung di hisap dengan penuh napsu oleh tentakel-tentakel itu.

Kemudian lilitan tentakel-tentakel itupun makin ketat mencekik leher Rokim dan Abdul.

"Heeggh... Eeerggh..."

Kedua pria itu makin kehabisan nafas, mata mereka melotot sakratul maut. Dan,

Kreezz... Kreezzz...

Tentakel yang sedang menghisap alat vital mereka akhirnya menggigit batang kontol mereka hingga putus dan langsung menelannya.

Habislah sudah riwayat Rokim dan Abdul.

Lalu dari tempat itu muncullah kabut, yang makin tebal dan menyelimuti seluruh desa Badas.

***************************

Keesokan harinya desa Badas kembali heboh karena ditemukannya mayat Rokim dan Abdul di sebuah perkebunan kelapa hanya berjarak 100 meter dari kediaman mereka.

Tubuh Rokim dan Abdul di temukan telanjang bulat dengan banyak luka memar seperti lilitan tentakel gurita, dan alat vital kedua pria itu putus sampai ke pangkalnya.

Tofiq pagi itu telah menerima pesan WhatsApp dari Bader yang akan menjemputnya siang ini dan membawanya ke Jember untuk mengamankan dirinya karena setan pemangsa pria itu takkan dapat melewati batas wilayahnya.

Tofik bermaksud mengajak Rivai sekalian. Ia menaikki motornya menuju rumah Rivai yang hanya berjarak sekitar 200 meter.
Namun hari itu kabut tebal menyelimuti desa Badas,  sangat tebal hingga jarak pandang hanya 2 meter.

"Assalamualaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Assalamualaikum..."

Tofiq tiba di rumah Rivai.

"Hoi Fiq, masuklah."

Rivai sendiri yang membukakan pintu dan segera menyuruh Tofiq masuk ke dalam."

"Kamu juga ga ikut penguburan Kang Rokim dan Abdul Fiq?"

"Ga Riv, aku takut. Mungkin kita yang jadi mangsa berikutnya. Kan Kang Rokim, Abdul dan kita yang jadi sukarelawan larung laut kemarin."

"Iya Fiq, kecewa aku sama omongannya mbah Kasidi yang bilang bisa menjamin keselamatan kita."

"Kamu ikut aku saja Riv, tinggal di rumah Kang Bader di Jember. Disana kita akan aman. Soalnya rumah Kang Bader ada pelindung goibnya."

"Wah, tapi keluarga dan kerjaanku di sini Fiq."

"Kang Bader punya perkebunan kelapa dan tembakau Riv. Untuk sementara kita bisa kerja di perkebunannya."

"Oh, gitu? Baiklah Fiq, aku juga ga bisa tenang lagi kalo tetap tinggal di desa ini."

Lalu Rivai pun segera mengepak beberapa pakaiannya.
Rivai seorang pemuda 28 tahun. Berkulit bersih coklat terang, wajahnya tampan dan tubuhnya atletis alami seperti kebanyakan nelayan.

"Assalamualaikum..."

Tiba-tiba pintu rumah Rivai diketuk.
Tofiq membukakan pintu .
Bader dan Kliwon telah tiba untuk menjemput mereka.

Bersambung....

Note; jangan lupa vote dan follow.
Yg mau berdonasi pulsa atau dana bisa ke no wa;

+6285746361110

Mohon jgn disalah gunakan

KLIWON(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang