Chapter 3 : Tatap

15 2 1
                                    


Sakura menelungkupkan badannya ke tumpukan bantal di atas ranjangnya. Di acak-acaknya rambut merah mudanya. Helaan nafas panjang keluar dari bibir mungilnya. Kelopak matanya terpejam, menyembunyikan emerald indah yang kerap mempesona siapa saja yang memandangnya. Sakura menggumam pelan, pikirannya bergulir pada kejadian kemarin malam di toko buku Konoha Mall.

Flashback ON

"Kalau memang aku cemburu melihatmu dekat dengan cowok lain, kau mau apa?"

Sakura membelalakan mata indahnya, menatap Sasori dengan mulut setengah terbuka. Perlahan ia cerna maksud perkataan pemuda tampan di hadapannya, pemuda yang selama ini menjadi satu-satunya yang mampu membuat jantung Sakura berdetak. Menyebabkan rona merah menghiasi wajah cantik Sakura dengan semua sikapnya.

Sasori mengernyit heran menatap Sakura, "Sakura, kau baik-baik saja?"

Sakura mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berucap dengan gugup, "Ii Iya, aku baik-baik saja."

Sasori menatap Sakura cemas, merasa apa yang diucapkannya ternyata membawa dampak yang cukup nampak untuk gadis cantik di depannya ini. Ia bisa melihat kegugupan Sakura dari emerald yang bergulir kesana kemari. Perlahan Sasori berjalan mendekati Sakura yang masih mematung menatap lurus ke arah Sasori. Perlahan tangan Sasori terulur membelai surai merah muda milik Sakura, "Maaf, tak usah kau pikirkan apa yang aku katakan barusan." Sasori menghela nafas sejenak, "Maaf bercandaku kali ini sepertinya kelewatan. Kau sudah aku anggap seperti adikku sendiri, mana mungkin kakakmu ini menyukai adiknya sendiri kan? Tak usah kau pikirkan lagi. Oke Saku?"

Sakura membelalakan matanya, Apaa? Adik? Batinnya.

Sasori menepuk sekilas kepala Sakura, kemudian menggandeng gadis merah muda itu berjalan ke arah kasir. "Sudah malam, kurasa sudah saatnya kita pulang. Tak apa kan kalau aku traktir makan malamnya lain kali saja?"

Sakura bergumam mengiyakan dengan lemah, pikirannya masih terpaku pada perkataan Sasori padanya. Jadi semua itu hanya candaan? Perhatianmu selama ini hanya karena kau menganggapku sebagai adikmu? Kenapa? Kenapa Kak? Sakura mengerjap-ngerjapkan matanya, menahan agar cairan bening yang mulai menggenang di kedua matanya tidak tumpah.

Ia tak menolak ketika Sasori langsung membawanya menuju rumah. Menolak berbasa-basi sebentar dengan alasan tubuhnya sangat lelah setelah mengitari Konoha Mall ketika Sasori mengantarnya sampai di depan rumah. Terus berjalan menaiki tangga rumah hingga sampai ke kamarnya. Menutup pintu kemudian bersandar pada pintu yang telah tertutup.

Tubuh Sakura merosot ke bawah, bahunya yang bersandar pada pintu perlahan bergetar, isak tangis mulai terdengar dari bibir mungilnya.

Flashback OFF

Sakura membuka matanya, kembali menampakan sepasang emerald indahnya. Tatapannya bergulir ke pigura kecil di atas meja belajarnya. Meskipun selama ini ia menampik memiliki perasaan khusus kepada tetangga sekaligus teman masa kecilnya itu, tetap saja ia merasakan debaran hangat ketika berada di dekat pemuda itu. Ia masih ingat bagaimana wajahnya bersemu merah ketika pertama kali Sasori memujinya.

Adik ya?, batin Sakura. Apakah mungkin aku bisa merubah pikiranmu itu Kak Sasori? Bisakah kau melihatku sebagai seorang gadis?

...

"Haii Sakura.." Ino menepuk pelan pundak Sakura.

Sakura tersentak dari lamunannya, "Ino?? Kau tidak istirahat dulu di rumah?"

Ino terkekeh geli, "Aku sehat Sakura, aku bukan tipe orang yang berlama-lama sakit di rumah. Kau harus tau, aku lebih baik ikut ujian di sekolah daripada harus sendirian di rumah. Uhh rasanya benar-benar membosankan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Undecided of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang