5

16.9K 1.2K 28
                                    

Lany memandangi wajah Sebastian dengan lekat. Sesekali jemari lentiknya menyentuh pipi Sebastian dan mengelusnya dengan lembut. Pria itu sedang tidur siang, dengan posisi memeluk Lany. Mereka tidur di kamar utama. Hanya tidur, tidak melakukan apapun. Lany juga sempat tidur, namun dia lebih dulu bangun.

Sebelum terlelap tadi, Sebastian dengan sengaja bercerita dan mengeluh padanya. Mengeluh akan hidupnya yang terus dikekang oleh sang ayah. Juga menceritakan siapa Rhita.

Lany tentu penasaran, dan dia merasa puas karena mendapatkan jawaban. Tapi sungguh, jawaban dari Sebastian membuat Lany sangat terkejut.

Jika dibandingkan, mungkin dia dengan Rhita itu memiliki kesamaan. Yaitu, sering tidur dengan banyak pria. Namun, alasan yang mereka miliki berbeda. Saat Lany melakukan semua itu demi uang, agar kehidupannya terjamin, Rhita melakukan itu memang hanya demi nafsu semata.

Dari Sebastian, Lany tahu kalau Rhita katanya mengidap hypersex. Salah satu kelainan seks, di mana penderitanya selalu merasa kurang puas. Dan ternyata, Rhita sering melakukan hubungan seks dengan pria lain di belakang Sebastian, dengan alasan kalau Sebastian tak bisa memuaskannya.

Perkataan Rhita itu terasa sebagai hinaan bagi Sebastian, hingga egonya sebagai lelaki terluka. Sebastian sempat ingin memaafkan, dan menyarankan Rhita untuk melakukan pengobatan. Namun nyatanya, tak ada hasil. Rhita malah bermain serong dengan psikiaternya sendiri.

Karena hal itu, Sebastian membenci Rhita. Saat hati dan tubuhnya setia hanya untuk Rhita, tapi wanita itu tidak. Sampai sekarang Sebastian enggan lagi berhubungan badan dengan Rhita. Hinaan Rhita yang merendahkannya masih terngiang-ngiang, membuat Sebastian selalu diliputi amarah.

Lany sempat kebingungan setelah mendengar cerita Sebastian tentang Rhita. Jika misalnya Sebastian merasa jijik karena Rhita sudah sering melakukan seks dengan laki-laki lain, lalu kenapa memilihnya menjadi seorang simpanan? Padahal sudah jelas kalau Lany bekerja sebagai wanita panggilan, yang berarti dia pun sudah sering melakukan seks dengan laki-laki lain.

Namun alasan Sebastian membuat Lany sedikit terenyuh.

"Kamu berbeda dengannya. Kamu sanggup meninggalkan pekerjaanmu hanya untuk melayaniku seorang."

Itulah alasan kenapa Sebastian mau menjadikan Lany sebagai simpanan. Simplenya, Sebastian hanya tak suka berbagi. Jika terjalin sebuah hubungan, maka Sebastian ingin mereka saling memiliki, tanpa berhubungan dengan orang lain. Entah itu dirinya, atau pasangannya.

Mendengar itu, Lany merasa lega. Sekaligus merasa heran pada Rhita yang menyia-nyiakan pria seperti Sebastian. Padahal, jika bukan terdesak oleh keadaan, Lany pun enggan melakukan pekerjaan itu, bergonta-ganti pria. Namun apa daya, keadaan yang menjepit membuatnya terpaksa mau menjajakan tubuh demi uang. Karena hanya pekerjaan itu saja yang memudahkan Lany mendapatkan uang.

Lany menarik kepala Sebastian, dan memeluknya. Pria itu tertekan oleh banyak hal, dan hanya menginginkan sesuatu yang sederhana. Yaitu seseorang yang mau mendengarkan semua keluh kesahnya, dan setia padanya seorang.

Dan dalam hati, Lany berjanji akan melakukan itu. Selama Sebastian menjadikannya seorang simpanan, dia akan setia pada pria itu. Dia tak akan berhubungan dengan pria mana pun lagi, walau itu kliennya. Dan Lany akan berusaha menjadi tempat curhat Sebastian. Lany rasa, itu semua setimpal.

Dia bisa menjadi pendamping Sebastian, sesuai keinginan pria itu. Dan Sebastian bisa menjamin kehidupannya agar tetap baik.

Lupakan soal pelayanan Lany terhadap Sebastian perihal seks. Karena dia bukan hanya sekedar melayani. Tapi, dia ikut menikmati. Suka sama suka, tak ada yang terpaksa.

***

Malam ini, Lany dan Sebastian memustukan untuk tetap di apartemen. Lany memesan makanan via online untuk makan malamnya dengan Sebastian. Tentu saja Sebastian yang membayar. Hehe.

Malam ini, sengaja Lany berdandan agar terlihat lebih cantik dan segar. Dia mandi, tak lupa keramas juga. Lany sengaja memakai sebuah dress tidur yang cukup seksi. Dengan tujuan memanjakan mata Sebastian.

Selain itu, Lany juga memoles wajahnya dengan make up tipis. Tak lupa sebuah lipstik dengan warna natural agar tidak terlihat pucat.

Sebastian menatap Lany penuh dengan rasa tertarik. Well, wanita muda itu cukup pintar untuk bisa memuaskan pandangannya. Dan tentu, bukan hanya itu saja.

"Bagaimana? Apa aku cocok memakai ini?" Lany bertanya seraya berdiri di depan Sebastian. Sebastian tersenyum tipis dan mengangguk. Lany ikut tersenyum melihat reaksi Sebastian yang tak mengecewakan.

Tanpa rasa malu dan gugup, Lany melangkah mendekati Sebastian. Dia langsung duduk di atas pangkuan pria tersebut, yang disambut rangkulan mesra oleh Sebastian.

"Filmnya seru?" tanya Lany seraya melihat sekilas pada televisi. Sebastian hanya mengangguk, dan kembali fokus pada film yang sedang di putar. Sementara Lany, sibuk memandangi wajah tampan Sebastian dari samping.

Mimpi apa dia hingga bisa bersama dengan pria tampan dan kaya raya seperti Sebastian? Ini seperti sebuah keberuntungan. Selain kemewahan yang diberikan, Sebastian juga memberikan pengertian pada Lany kalau tak setiap pria itu suka bermain dengan banyak wanita.

Ah, sudahlah. Rumit memang menjelaskan tentang Sebastian dengan segala hal yang ada dalam dirinya, yang berbeda dari pria lain. Yang jelas, Lany beruntung.

Lany memeluk leher Sebastian, lalu mengecup singkat pipi pria itu. Sebastian tak bereaksi apa-apa, membiarkan Lany melakukan apa yang diinginkan. Dan Lany pun semakin menjadi-jadi.

"Mas Tian, apakah film itu lebih menarik dari pada aku?" Lany bertanya dengan nada merajuk. Dia memaksa Sebastian untuk menghadap ke arahnya, dan matanya memicing tajam melihat ekspresi Sebastian yang terlalu biasa.

"Mau apa hm?" Sebastian bertanya dengan lembut. Dia meraih remote tv dan mematikannya. Kini fokusnya hanya pada wanita yang duduk di atas pangkuannya.

Lany tak menjawab, hanya memberikan senyuman nakal. Dengan berani Lany menggoda Sebastian. Menyentuh dada pria itu, dan mengusapnya. Lalu menjilat telinga Sebastian, yang berhasil membuat Sebastian menggeram. Lany sudah tahu kalau telinga adalah salah satu titik sensitif para pria. Dia sudah belajar banyak hal.

"Kamu pintar menggoda juga rupanya," desis Sebastian. Tanpa aba-aba, Sebastian langsung membaringkan tubuh Lany di atas sofa. Lany tertawa genit, menarik kepala Sebastian agar semakin dekat dengannya.

"Ini memang tugasku," balas Lany. Dengan berani dia mencium bibir Sebastian. Tentu saja Sebastian tak menolak, dan membalas ciuman Lany tak kalah panas.

Setelah beberapa saat, bibir mereka terlepas. Gairah mulai menguasai Sebastian, terlihat dari sorot matanya. Dan Lany bersorak riang karena berhasil membangunkan 'sesuatu'.

"Kamu lebih suka lidah atau jari?" Sebastian bertanya dengan suara berat dan serak. Mata Lany melebar tak percaya, namun berakhir terkikik geli.

"Kalau bisa dua-duanya, kenapa harus memilih salah satu?" Lany bertanya dengan pose menantang. Sebastian menyeringai mendengar jawaban berani dari wanita itu. Tanpa bicara lagi, Sebastian kembali mencium Lany dengan kasar. Tangan kekarnya bergerak berusaha menelanjangi wanita di bawahnya tersebut. Untuk saat ini, Sebastian ingin sekali mendengar Lany mendesahkan namanya. Itu pasti akan terdengar sangat menyenangkan.

_______________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak🥰

Simpanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang