Lany duduk berhadapan dengan Sebastian di sebuah restoran mewah bintang lima. Tentu itu bukan tempat aneh bagi Lany, karena dia juga pernah ke sana beberapa kali dengan kliennya. Well, bisa dibilang Lany cukup beruntung sebagai seorang wanita panggilan. Karena selama ini, kebanyakan pria yang dia temani bukanlah sembarang pria. Maksudnya, pria-pria itu memiliki status sosial yang tinggi. Bahkan, Lany juga pernah mendapatkan klien seorang pejabat negara.
Namanya -sensor-.
"Aku mau nasi goreng seafood dan lemon tea saja." Lany menutup buku menu seraya menyebutkan makanan yang akan dia pesan. Pelayan yang berdiri di dekat meja langsung mencatat pesanan Lany.
"Samakan saja." Sebastian menimpali dengan singkat. Pelayan itu mengangguk, lalu pamit undur diri.
Lany melipat tangannya di atas meja, lalu menatap Sebastian. Dia tak pernah gugup melakukan ini, karena dia selalu bisa profesional. Ini semua demi uang, bukan cinta. Jadi, tak perlu memakai perasaan.
"Jadi Tuan, bagaimana surat perjanjian yang aku minta?" Lany bertanya disertai senyuman yang manis. Sebastian menatapnya dengan datar, tak merasa tertarik. Oke, bisa dibilang dia menjadikan Lany sebagai simpanan hanya untuk ajang balas dendam dan pembuktian saja. Membuktikan kalau dia juga bisa mengikat wanita manapun yang dia inginkan. Membuktikannya pada sang tunangan, Rhita.
"Perjanjian seperti apa yang kamu mau?" Sebastian bertanya. Lany diam sesaat, dan berpikir.
"Mudah saja. Tuan sebagai pihak pertama berhak mendapatkan pelayanan yang sangat baik dariku. Dan aku sebagai pihak kedua, berhak mendapatkan jaminan hidup yang cukup." Lany menjawab dengan simple. Masa bodoh Sebastian mencapnya sebagai wanita matre, karena nyatanya uang adalah segalanya bagi Lany.
"Uang kan yang kamu butuhkan?" tanya Sebastian. Lany hanya menjawab dengan senyuman saja.
"Kartu kredit yang aku berikan itu sebagai jaminan yang tagihannya akan langsung masuk ke rekeningku. Jadi, kamu bebas membeli apapun dengan kartu itu," ucap Sebastian. Lany mengangguk pelan mendengar itu. Ah, dia sempat lupa kalau Sebastian sudah memberinya sebuah kartu kredit unlimited.
"Apa lagi yang kamu butuhkan? Apartemen? Rumah? Kendaraan? Katakan saja agar aku membelinya untukmu," ujar Sebastian. Mata Lany membulat sempurna mendengar itu.
"Apa saja terserah Tuan. Aku akan menerima semua pemberian Tuan," jawab Lany. Sebastian mengangguk kecil mendengar itu. Sungguh, acara makan siang ini membuatnya bosan sebenarnya. Tapi, rasanya setiap hari bahkan setiap jam dia merasakan hal yang sama. Tak ada perasaan menggebu-gebu saat bersama Lany. Yang membuktikan kalau kehadiran wanita itu tidaklah begitu penting.
Simpanan. Ya, statusnya pun hanya sebagai simpanan saja. Tak ada yang istimewa.
Sebastian mengambil ponselnya, dan mulai sibuk dengan urusan sendiri. Sementara Lany, sedang menikmati suasana. Menatap sekeliling, tak pernah bosan mengagumi interior restoran yang mewah. Norak? Bisa saja. Tapi, Lany memang kagum dengan tempat makan yang megah tersebut.
Lany tak protes, tak mempermasalahkan Sebastian yang sibuk dengan ponsel. Tujuannya hanya menemani pria itu saja. Pria itu mau melakukan apapun, bukan urusan Lany. Sekali lagi Lany tegaskan, ini semua demi uang. For the sake of money.
Setelah lama menunggu, akhirnya pelayan datang membawakan pesanan Lany dan Sebastian. Berbeda dengan Sebastian yang memasang wajah bosan, Lany malah terlihat riang. Tentu saja dia sedang berbahagia. Alasannya memang karena Sebastian. Lebih spesifik, Lany bahagia karena Sebastian akan menjadi sumber uang tetap baginya.
Itu berarti, mulai sekarang Lany hanya perlu melayani Sebastian. Dia hanya perlu memuaskan pria itu. Tak perlu lagi berkencan dengan pria yang berbeda setiap malam. Ditambah lagi, Sebastian akan memberikan tempat tinggal untuknya. Siapa juga yang mau menolak?
Ditambah, Sebastian tak begitu buruk dalam segi fisik. Dia tampan. Tubuhnya cukup atletis, dengan dada bidang dan perut kotak-kotak. Lalu bahu lebar, dan paha yang berotot. Satu lagi, that's dick. Lany sungguh menyukainya, karena dia pun ikut terpuaskan.
Lany jadi teringat seks panasnya dengan Sebastian tadi. Sebastian juga hebat dalam urusan ranjang, dan mampu membangkitkan gairah Lany. Itu berarti, Lany mendapatkan banyak keuntungan. Tak ada kerugian apapun.
***
Selesai makan siang, Sebastian mengajak Lany ke mall. Tujuannya adalah menemani Lany berbelanja segala macam barang yang dibutuhkan dan diinginkan. Sebastian meminta Lany untuk langsung tinggal di apartemennya. Karena itu, Lany harus belanja segala kebutuhan pribadinya. Karena Sebastian juga melarang Lany untuk membawa barang-barang dari apartemen lamanya. Untuk apa mengangkut barang jika membelinya juga bisa?
Lany berjalan mendekati deretan dress yang memiliki potongan pendek, dan memperlihatkan kesan seksi. Dia memilih beberapa yang cocok dan dia sukai. Sebastian sendiri yang menawarkan, jadi untuk apa dia malu-malu?
"Buat apa semua baju itu?" Sebastian bertanya dengan sebelah alis terangkat. Lany menoleh, dan tersenyum miring.
"Untukmu, Tuan." Lany menjawab dengan singkat disertai senyuman penuh misteri. Sebastian tertawa remeh setelah mendengar itu. Berani juga ternyata.
"Seberani apa dirimu? Aku jadi penasaran." Sebastian menantang. Lany menaruh semua dress itu di raknya semula lalu mendekati Sebastian. Lany memasang ekspresi nakal, dengan tangannya yang berani menyentuh alat kelamin Sebastian.
Tangan Lany bergerak naik turun, mengusapnya. Hingga Lany bisa merasakan benda itu mengeras dengan sempurna."Mari, Tuan. Ada butuh servis sekarang," ucap Lany dengan kedipan nakal. Dia meraih tangan Sebastian dan mengajak pria itu masuk ke dalam ruang ganti. Tanpa basa-basi, Lany langsung berlutut di hadapan Sebastian dan melepaskan ikat pinggang pria itu.
Wajah Sebastian memerah, karena gairah yang sudah menguasai. Dia mendesis nikmat saat lidah Lany menjilat ujung kelaminnya. Lany tertawa puas, melihat ekspresi penuh kenikmatan dari Sebastian. Memang ini yang harus dia lakukan, agar Sebastian merasa puas dan tetap mempertahankannya.
Tanpa aba-aba, Lany langsung melahap kejantanan Sebastian. Menghisapnya, dan mengocoknya secara bersamaan. Kepalanya bergerak cepat maju mundur, memberikan servis terbaik yang dia bisa lakukan. Tatapannya terlihat puas, kala melihat Sebastian mati-matian menahan desahan dengan mata tertutup.
Gerakan kepala Lany semakin cepat, dibantu oleh tangan kanannya. Setelah beberapa saat, Sebastian menggeram dan menekan kepala Lany dengan kuat. Tubuhnya bergetar, menyemburkan cairan kepuasannya ke dalam mulut Lany. Dan tanpa rasa jijik, Lany menelannya.
Lany membereskan celana Sebastian, memastikan penampilan pria itu agar tetap rapih. Kemudian, dengan sengaja dia menjilat bibirnya sendiri, menggoda sang tuan yang berdiri di hadapannya.
"Katakan saja apa yang Tuan inginkan, maka aku akan melakukannya sebaik mungkin. Tuan tak akan kecewa." Lany berucap dengan percaya diri. Setelah itu dia keluar dari ruang ganti, meninggalkan Sebastian yang sedang memulihkan tenaga.
_______________________________________
Jangan lupa vote dan komennya.❤❤
Aku sudah kasih rate dewasa ya. Anak-anak harus patuh🤭

KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan CEO
RomanceLany Maulia berprofesi sebagai wanita malam, di usianya yang masih tergolong muda. Dia sudah menekuni pekerjaan itu sejak setahun terakhir. Bermula karena terdesak, hingga akhirnya menjadi pekerjaan tetap. Suatu hari Lany mendapatkan panggilan dari...