9 (18+)

23.1K 1.2K 18
                                        

Sebastian memeluk pinggang ramping Lany dengan lembut. Perlahan tapi pasti, Sebastian semakin memojokkan Lany ke arah ranjang. Lany tak menolak, dan menerima dengan senang hati. Tangannya tak henti menggerayangi dada dan perut Sebastian, membuat pria itu menggeram nikmat.

Akhirnya, Lany terbaring pasrah di atas ranjang dengan Sebastian yang siap menggagahi. Mata sayu Lany membuat Sebastian semakin bernafsu. Dan dia kembali mencium bibir Lany, tanpa kelembutan.

Lany mengerang, merasakan nikmat kala tangan Sebastian menyentuh dadanya. Remasan yang teratur membuat Lany keenakan. Tanpa sadar, Lany semakin membusungkan dadanya. Membiarkan Sebastian mempermainkan kedua buah dadanya.

Gairah yang membara terlihat jelas dalam sorot mata Sebastian. Dia semakin tak tahan, kala Lany terus saja menggerling manja. Wanita itu, benar-benar hebat dalam hal menggoda dan merayu. Bahkan tak segan untuk memulai permainan panas mereka.

"Mas, buka saja," ujar Lany dengan suara lemah. Sebastian tak membalas, dan mulai melepaskan gaun tipis itu hingga hanya tersisa bra dan g-string saja. Dan tentu saja, dua kain itu juga tak bertahan lama di tubuh Lany.

Sebastian menatap nyalang tubuh telanjang Lany, sudah tak sabar untuk segera melahapnya. Lany tak bisa berhenti tersenyum melihat segala ekspresi yang ditampilkan oleh Sebastian.

Lany membuka kakinya, membiarkan Sebastian melihat bagian tubuhnya yang sudah basah dan mendambakan dirinya. Namun, Sebastian tak ingin buru-buru. Dia ingin mempermainkan wanitanya terlebih dahulu. Membuat wanitanya tersebut memohon padanya.

Sebastian kembali mencium bibir Lany dengan perlahan dan lembut. Sementara tangannya, menyentuh setiap inchi kulit Lany yang tergapai. Meninggalkan jejak-jejak panas di tubuh Lany. Tubuh Lany menggelinjang pelan, tak sabar untuk segera mendapatkan yang lebih. Namun, Sebastian memang tak ada niatan untuk mengabulkan keinginan Lany secepat mungkin.

Pelan, sentuhan bibir Sebastian turun ke dagu dan leher. Menciuminya perlahan, tanpa meninggalkan jejak. Lalu tak lama kemudian, wajah Sebastian berhadapan dengan dada Lany. Lany mendesah pelan merasakan puncak dadanya yang dikulum. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhnya karena Sebastian mempermainkan puncak dadanya dengan sangat baik.

Desahan Lany semakin kuat, saat tangan kekar Sebastian menyentuh paha dalamnya. Pinggul Lany bergerak tak sabar, menginginkan jari Sebastian. Sebastian tak bisa menahan senyumnya lagi, melihat Lany yang seperti tersiksa oleh hasratnya sendiri.

"Ahhh...." Lany mendesah panjang saat merasakan belaian lembut di klitorisnya. Kedua tangannya meremas sprei dengan kuat, tak tahan dengan sensasi nikmat yang diberikan Sebastian. Kepala Lany bergerak tak tentu arah, saat lidah dan jari Sebastian memberikan kepuasan secara bersamaan. Sungguh, Lany tak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini. Dan Sebastian, berhasil membuat Lany ketagihan untuk melakukannya lagi dan lagi.

"Ahh ahh. Mas, lebih cepat. Ahh..." Sebastian menurutinya, menggerakkan dua jarinya semakin cepat. Desahan Lany terdengar semakin bergema di dalam kamar mewah tersebut. Hingga akhirnya Lany menjerit penuh kenikmatan, saat orgasmenya datang.

Sebastian tersenyum miring, melihat kewanitaan Lany yang berkedut. Kemudian dia melepaskan handuknya, dan mengurut kejantanannya. Jangan bilang dia tak bergairah. Karena sejak tadi dia pun sudah tak tahan.

"Cepat masukin, Mas." Lany meminta dengan tak sabar. Sebastian tertawa pelan, lalu memposisikan tubuh mereka agar segera menyatu. Baru juga masuk setengah, ponsel Sebastian yang berada di atas laci berdering nyaring. Tanpa memikirkan Lany, Sebastian mencabut kejantanannya dan mengangkat telepon yang masuk. Sementara Lany, menganga tak percaya karena ulah Sebastian.

"Siapa, Mas?" Lany bertanya penasaran. Dia memperhatikan Sebastian yang mendekati lemari dan memakai celana pendek juga kaos oblong polos.

"Pengantar makanan sudah di depan," jawab Sebastian kalem. Setelah berpakaian dan mengambil uang di dompet, Sebastian keluar dari kamar. Meninggalkan Lany ditengah-tengah percintaan mereka. Lany menggerutu, merasa kesal dengan kelakuan Sebastian. Padahal, dia sudah tidak tahan lagi. Tapi pria itu terus saja mempermainkannya.

Lany turun dari atas ranjang dan berjalan keluar dari kamar dengan tubuh telanjang. Masa bodoh reaksi Sebastian, yang jelas dia akan menuntut pada pria itu. Enak saja meninggalkan dirinya saat semuanya belum selesai.

Sebastian menutup pintu dengan tangan yang memegang kresek berwarna putih. Dia berbalik, dan cukup kaget melihat Lany yang berdiri telanjang beberapa langkah darinya.

"Sabar dong, Lan." Sebastian berbicara. Dia menaruh semua makanan itu di atas meja kemudian mendekati Lany yang sudah merajuk padanya.

"Ini yang kedua kalinya loh, Mas. Bagaimana aku tidak kesal?" Lany bertanya. Sebastian terkekeh geli mendengar itu. Dia lalu memeluk Lany, dan menggendong wanita itu untuk kembali ke kamar.

"Ya sudah. Ayo kita lanjutkan," ujar Sebastian. Bibir mereka kembali bertemu, berusaha membangkitkan gairah yang hampir padam. Lany jadi lebih agresif sekarang, mungkin karena kesal pada Sebastian. Namun, Sebastian tak membiarkan Lany menjadi pemimpin. Dia memaksa Lany agar tetap berada di bawah tubuhnya.

Jari Sebastian kembali masuk ke dalam tubuh Lany, dan bergerak pelan membuat wanita muda tersebut mendesah nikmat. Setelah dirasa cukup, Sebastian langsung melepaskan pakaiannya. Melebarkan kaki Lany, dan mulai memasukkan kejantanannya ke dalam tubuh Lany.

Lany mendesah, dengan tangan mencengkeram bahu Sebastian. Sebastian pun tak bisa menahan desahannya saat merasakan miliknya yang diremas kuat oleh Lany. Tak sabar, Sebastian pun segera menggerakkan pinggulnya.

Desahan Lany terdengar begitu nyaring memenuhi kamar. Ini sungguh nikmat, hingga Lany tak ingin Sebastian berhenti. Kedua kakinya melingkar erat di pinggul Sebastian, tak membiarkan pria itu lepas darinya.

Detik demi detik, gerakan pinggul Sebastian semakin cepat. Suara dua kelamin yang beradu terdengar sangat menggoda. Sebastian semakin mempercepat gerakannya, tak sabar untuk segera mencapai puncak kenikmatan.

"Mas Tian!" Lany menjerit, saat kembali mendapatkan orgasmenya. Disusul oleh Sebastian, yang menyemburkan banyak benih ke dalam rahimnya. Nafas mereka terengah-engah, dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh. Lany memeluk Sebastian dengan erat, dengan nafas yang mulai teratur.

"Aku lupa tidak memakai pengaman." Sebastian berucap. Lany mengerjap pelan, mulai menyadari. Benar saja.

"Tak apa, Mas. Aku aman," balas Lany. Sebastian mengangguk, dengan tubuh masih terasa lemas.

_______________________________________

Double update. Jangan lupa tinggalkan jejak🥰

Simpanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang