Chapter 2

6.9K 51 0
                                    



Carlissa melambaikan tangannya kearah Mark yang kini tersenyum simpul kearahnya. Matanya yang berbentuk bulan sabit terlihat begitu tampan dengan deretan gigi yang ikut tersungging dengan senyumannya. Cuaca yang mendung tak membuat Mark lelah dalam bekerja, pria itu turut melambaikan tangan kearah Carlissa sesaat mobil bergerak menjauhi rumahnya.

"Hari ini begitu sepi. Bagaimana bisa aku menghilangkan rasa bosanku ?" Carlissa menunduk lesu karena Mark pergi bekerja.

"Tenang saja. Sebentar lagi tuan Wiliam akan datang kemari untuk menemanimu" Sergah asisten Mark yang di utus untuk menjaga Carlissa agat tidak kabur, walaupun sebenarnya dia juga tidak akan bisa kabur kemanapun.

"Siapa Wiliam ?" Tanya Carlissa sembari menatap Joe dengan dahi mengernyit.

"Dia adalah adik dari tuan Mark. Dia akan menemanimu bermain" Tambahnya lagi. Carlissa masih berdiri di tempatnya memandangi awan kelabu yang akan turun hujan. Tak lama setelah kepergian Mark mobil mewah sudah menghampirinya yang membuat gadis itu bertanya tanya.

"Halo Joe" Sapanya kepada asisten Mark yang kini tersenyum ramah kepada Wiliam. Pria itu turun dari mobilnya dengan setelan santai yang membuatnya terlihat tampan. Wajahnya mirip dengan Mark namun Mark jauh lebih tampan dari adiknya.

"Hay gadis kecil, apakah kau sekarang menjadi mainan Mark yang baru ?" Pertanyaannya membuat Carlissa memberenggut.

"Hey tuan, dengar. Aku bukan mainan. Aku adalah tawanan disini" Carlissa menunjuk wajah Wiliam karena tak terima dengan ungkapannya yang mengejek.

"Wah, kau begitu berani walaupun hanya seorang tawanan" Wiliam melipat tangannya di dada dengan senyum yang tak bisa diartikan.

"Apa ini ? Apakah ini pakaian Mark ? Kenapa kau begitu berani ?" Wiliam sedikit membungkuk melihat pakaian yang di kenakan Carlissa. Pria itu masih tak menyangka bagaimana gadis kecil seperti Carlissa berani menyentuh barang milik kakaknya.

"Memangnya ada apa dengan pakaian ini ? Bukan salahku jika aku tak memiliki pakaian lain" Carlissa benar benar kesal dengan ucapan Wiliam yang mengejeknya. Gadis itu segera berlari kedalam.

"Hey kau akan kemana ? Tolong bawakan barang barangku" Ujar Wiliam kepada Joe yang hanya di balas anggukan. William mengejar Carlissa yang berlari menaiki anak tangga.

Carlissa adalah gadis yang begitu aktif yang membuat Wiliam sesak karena nafasnya yang habis saat mengejar Carlissa. Wiliam meraih tangan kecil Carlissa saat sudah mendapatinya.

"Kau.... ikut aku" Wiliam masih menggengam tangan kecil Carlissa yang kini berusa di lepaskannya. Nafasnya yang terputus putus berusa di aturnya.

Carlissa terdiam dan mengikuti kemana Wiliam menariknya. Gadis itu tau bahwa tak ada yang bisa menandingi kelincahannya bahkan pria besar yang kini sedang memegang tangannya eratpun sudah kualahan.

"Hey tuan. Kau akan mengajakku kemana ?" Wiliam menuntun Carlissa menuju mobil pribadinya. Pria itu masih diam dengan nafas yang mulai teratur. Melajukan mobilnya tanpa sepatah katapun. Carlissa membuka kaca mobil yang membuat rambutnya beterbangan.

"Apa kau tidak takut jika aku kabur ?" Tanya Carlissa dengan nada yang menakuti Wiliam. Wiliam masih fokus dengan jalanan yang tidak terlalu ramai. Pria itu tau, gadis itu tidak akan pernah bisa kabur jika sudah berada di tangan Mark.

Mobil Wiliam berhenti di salah satu Mall yang tampak sepi tanpa pengunjung. Carlissa menengok kesana kemari mencari orang yang sedang berbelanjan namun tetap nihil. Hanya ada beberapa petugas yang sedang berjaga.

"Apakah Mall ini bangkrut ? Kemana semua orang ?" Tanya Carlissa yang kini sudah keluar dari mobil. Telapak kakinya menginjak aspal basah karena hujan yang sudah berlalu.

"Mark memang menutup mall nya agar kau bebas memilih pakaian" Ujar Wiliam santai. Carlissa masih menatap Wiliam dengan serius. Bagaiamana bisa tawanan sepertinya bisa mendapatkan perlakuan semewah ini.

"Aku tidak mau, aku tawanan disini. Bukan tamu" Carlissa tak ingin masuk dan ingin kembali kedalam mobil Wiliam. Pria itu menarik lengannya agar tidak pergi.

"Kau adalah tawanan spesial Mark. Jika aku tidak menemukan pakaian yang cocok untukmu dia bisa saja membunuhku" Ucapan Wiliam membuat Carlissa kebingungan lalu tawanya pecah.

"Ya Tuhan. Bagaimana bisa kakak kandung membunuh adik kandungnya. Itu adalah sifat psikopat kau tau" Carlissa hendak meninggalkan Willam namun pria itu menarik paksa lengan kecilnya menuju mall milik Mark. Carlissa tidak punya pilihan lain selain mengiyakan apa permintaan pria pria besar di sekitarnya. Lengannya yang sudah terlalu sering di tarik membuatnya terasa nyeri.

"Pilih lah baju sesukamu. Dan carilah gaun yang cocok untukmu" Carlissa meraih keranjang kosong yang di perintahkan oleh Wiliam. Sebenarnya Carlissa sedikit takut meliha harga harga pakaian di mall ini begitu mahal. Carlissa tak sanggup membayarnya karena satu baju menurutnya bisa membeli beberapa baju di toko toko kecil.

"Tenang saja. Mark akan membayarkannya untukmu" Wiliam masih memperhatikan gerak  gerik carlissa yang masih berdiri dengan keranjang di tangannya.

"Apa aku akan pergi kepesta ?" Carlissa mulai memilih gaun yang di sediakan oleh staff satu persatu dengan berbagai model gaun.

"Entahlah, sepertinya Mark akan menghadiri acara pesta malam ini" Wiliam memperhatikan langkah kecil Carlissa yang sedang melihat dirinya di depan kaca sembari mencocokkan setiap gaun di tubuhnya.

"Tuan.."

"Wiliam" Pria yang kini sedang bersidekap memotong panggilan Carlissa yang terlalu sopan padanya.

"Baiklah. Wiliam. Aku hanya tawanan disini dan bukanlah putri" Carlissa mengingatkan lagi statusnya kepada Wiliam. Wiliam mengangkat kedua alisnya.

"Kau tawanan, tentu saja harus menuruti perintah yang menawanmu. Spesial atau tidak kau tidak berhak merasa bangga" Ungkapan Wiliam yang sedikit pedas membuat Carlissa  lesu. Semangatnya seketika hilang karena ucapan Wiliam yang membuatnya tak harus merasa seperti seorang putri. Gadis itu memahami statusnya.

"Baiklah aku mengerti. Maafkan aku" Carlissa memilih gaun hitam lalu memberikannya kepada staff yang mengurus pakaiannya.

Carlissa seharusnya sadar diri bagaimana posisinya saat ini. Dia hanyalah seorang tawanan yang di jual oleh ayahnya. Gadis itu hanya berfikir bahwa hidupnya tidak akan di perlakukan semewah ini.

Dan ekspektasinya berbeda dengan kenyataan yang membuatnya merasa senang dengan perlakuan pembeli atas dirinya.

"Hey, ada apa dengan wajahmu ?" Tanya Wiliam karena melihat ekspressi Carlissa yang terlihat lesu dan sedih.

"Tidak apa-apa, apa ada yang harus aku beli lagi ?" Tanya Carlissa yang seolah sedang di perintah oleh Wiliam. Pria itu tersenyum geli dengan sikap kekanak kanakan Carlissa.

"Apa kau sedang merajuk saat ini ?" Wiliam membungkuk mendekatkan wajahnya kepada Carlissa. Gadis itu spontan memundurkan kepalanya lalu berbalik tak ingin melihat wajah Wiliam. Ucapannya barusan membuatnna tak nyaman dan ingin segera pergi dari tempat ini.

"Apakah sudah selesai. Aku sudah mengambil apa saja yang di perlukan. Apakah ada lagi ?" Carlissa mempertegas ucapannya kepada Wiliam lalu pergi meninngalkannya tanpa menunggu jawaban dari Wiliam

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang