Whanie [Bonus]

3.1K 325 10
                                    

Apa yang lebih menyakitkan dari sebuah kehilangan?

Jeongwoo menatap ponselnya yang sebentar lagi akan berdering. Ini baru jam 10 pagi, dan biasanya disaat jam menunjukkan pukul 10.15 A.M. Junghwan akan meneleponnya hanya untuk meminta ramen.

Sungguh lucu bukan, anak itu menelepon hanya untuk meminta ramen. Ha! Benar-benar seperti anak kecil.

"Jeongwoo-ya. Kau harus masuk kedalam kelas, guru sudah datang."

"Bisakah kita menunggu 10 menit lagi? Junghwan pasti akan menelepon ku hanya untuk meminta ramen."

Haruto menatap nanar Jeongwoo. Pria itu memegang salah satu bahu milik Jeongwoo, lalu mengusapnya pelan. "Junghwan sudah tidak ada. Kau harus mengikhlaskannya."

Jeongwoo menunduk. "Tidak, Junghwan ku masih hidup. Lihat saja, di jam 10.15 ia akan merengek kepadaku hanya untuk meminta ramen."

Haruto duduk disamping Jeongwoo. Disaat-saat seperti ini, ia juga mengingat kembali betapa lucunya Junghwan jika anak itu merengek hanya karena ingin dibelikan ramen. Akan tetapi Jeongwoo dan dirinya selalu menolaknya dengan alasan jika nanti Hyunsuk akan marah kepada Junghwan.

Haruto meneteskan air matanya kembali, saat ia mengingat jika terakhir kali Junghwan mengatakan jika ia ingin ramen. Akan tetapi pada saat itu Haruto menolak untuk membelikannya. Karena pada saat itu kondisi Junghwan bisa dibilang sangatlah parah.

"Kenapa dia tidak menelepon ku? Ini sudah jam 10.20, Junghwan-ah, kau kemana? Ramen sudah siap. Kenapa kau tidak menelepon Hyung?"

Haruto mengalihkan pandangannya kearah Jeongwoo. Kali ini ia berinisiatif untuk membawa Jeongwoo pulang saja. Tak baik membiarkan Jeongwoo yang terus-terusan menangis seperti ini.

Haruto pergi kearah kelasnya untuk izin kepada guru, dan juga membawa tas miliknya dan tas milik Jeongwoo. Setelah mendapat izin, Haruto dengan segera membawa Jeongwoo pulang kerumah.

"Kok pulang?"

Haruto melirik Jeongwoo. Yedam dan Junkyu mulai mengikuti arah pandang dari Haruto, sedetik kemudian, mereka berdua menganggukkan kepalanya paham.

"Jeongwoo-ya, kau mau makan?"tawar Junkyu.

Jeongwoo menggelengkan kepalanya pelan. "Hyung, apa Junghwan ada dikamarnya?"

"Tidak ada."

"Kemana dia, kenapa dia tidak menelepon ku. Padahal ramen miliknya sudah siap."

Junkyu yang berkaca-kaca dan Yedam yang sudah menangis. Junghwan memang segalanya bagi Jeongwoo, sejauh apapun Junghwan pergi, ia akan tetap berada dihati Jeongwoo. Yedam memeluk adiknya itu. Walaupun ia bukan Junghwan, tapi setidaknya ia bisa menguatkan Jeongwoo akan kenyataan pahit ini.

"Hyung akan bertemu dengan Junghwan, apa kau mau ikut?"

Jeongwoo menganggukkan kepalanya senang kearah Jihoon. Sementara Junkyu dan Haruto, kedua pria itu membulatkan matanya tak percaya.

"Dia hanya merindukan adik kecilnya, seharusnya kalian mengajaknya kesana, bukannya malah menangis bersama."

Jihoon, Yedam, Haruto, dan Jeongwoo, mereka berempat pergi menggunakan mobil milik Hyunsuk. Sesampainya di rumah baru milik Junghwan, Jihoon terlebih dahulu mengusap pelan nisan adik kecilnya itu. "Whanie, Hyung disini, sayang."

Dan dibelakang sana, terlihat Jeongwoo yang sedang asik bercanda tawa dengan Junkyu dan juga Haruto. Sampai tiba saatnya, anak itu berdiri tegak disamping nisan milik Junghwan. Jeongwoo tersenyum, dan mulai mengusap pelan nisan itu. "Junghwan, ramen milikmu sudah datang ...."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mianhae Hyung || So Junghwan {SEDANG DIREVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang