|38 Days With You|
Katanya, rumah itu tempat pulang yang paling tenang. Katanya, rumah itu tempat ternyaman untuk penghuninya. Katanya, rumah itu tempat paling pas untuk menumpahkan segala masalah. Katanya, rumah itu penyemangat untuk kita. Iya, katanya. Bukan, faktanya.
Semua manusia mungkin memiliki rumah. Namun, tidak semua manusia memiliki kedamaian di dalam rumah. Rumah yang katanya bisa melindungi kita dari hiruk pikuk dunia, tetapi hiruk pikuk itu berasal dari rumah itu sendiri. Terkadang, tidak semua orang bisa menjadikan rumah sebagai tujuan untuk pulang. Di saat kita ingin meluapkan segalanya tentang hari ini, rumah selalu tidak bisa menyambutnya dengan baik.
Kenyataannya, rumah yang selalu terlihat baik di depan semua orang, namun terlihat buruk di mata orang yang tinggal di dalamnya. Untuk sebagian orang, rumah adalah hal yang harus dihindari untuk ketenangan seorang diri.
Rumah tak selamanya akan ramah.
"Dasar anak nggak tau diri! Masih beruntung saya lahirin kamu dulu, saya bisa aja gugurin kamu pas masih di dalam kandungan! Kamu pikir ngurusin manusia kayak kamu gampang? Papa kamu biayain sekolah biar otak kamu pinter, ada gunanya, bisa bikin kami bangga. Tapi, apa balasan kamu sekarang? Kamu hari ini bolos sekolah, Starla. Mau jadi anak nggak bener kamu? UDAH NGGAK MAU JADI ANAK SAYA?"
Starla tersentak kaget, di akhir kata yang Mama ucapkan suaranya begitu besar. Walaupun ia sudah sering dibentak, tapi tetap saja rasanya sakit, hancur, kecewa pada dirinya sendiri karena hanya bisa membuat orang tuanya hanya marah setiap hari.
"Kamu itu nggak diinginkan di sini. Jadi, jangan berperilaku seenaknya!"
Ma, tolong kecilkan suaramu sedikit.
Hatiku sakit saat Mama meneriakkanku seperti itu.
Dadaku sesak, air mataku udah nggak mampu untuk keluar.
Aku capek, Ma.
Tolong beri aku pelukan walau hanya sebentar.
Anakmu ini butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.
Aku ingin Mama selalu ada saat aku bercerita.
Ma, aku butuh bimbingan yang lebih baik. Bukan bimbingan yang seperti ini. Caramu terlalu kasar.
Aku butuh penyemangat darimu, bukan caci-makian yang aku mau.
Aku selalu berusaha jadi yang terbaik buat Mama. Tapi kenapa, kenapa aku selalu salah di mata Mama?
Ingin menangis pun rasanya tidak ada guna.
Hati Mama sebenarnya terbuat dari apa, sih? Aku ini anak Mama... kenapa Mama tega memperlakukan aku layaknya sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
38 Days With You
Fanfiction❝Kamu tau lagu Selamat (Selamat Tinggal) ciptaannya Virgoun? Di situ terdapat lirik yang bunyinya begini, akan selalu ada kata 'selamat' dalam setiap kata 'selamat tinggal'. Maknanya kamu tau? di setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Dan jika hari...