Chapter #1

41 30 82
                                    

|38 Days With You|

Matahari mulai memunculkan dirinya perlahan-lahan. Kicauan burung terdengar merdu di telinga siapa pun yang mendengarnya. Udara yang sejuk dan embun pagi membasahi setiap tanaman hijau.

Cahaya mentari dengan lancang memasuki jendela kamar. Cahaya itu membuat seorang perempuan yang sedang berada di alam mimpi terbangun. Ia melepaskan selimutnya lalu duduk di tepi ranjang untuk mengumpulkan nyawa. Starla melirik jam yang bertengger di dinding kamarnya dan begitu melihatnya, ia langsung terlonjak kaget. Ia terlambat hari ini.

Secepat mungkin, Starla beranjak dari tempat tidur dan dengan tergesah-gesah memasuki kamar mandi. Untuk pertama kalinya, dia terlambat bangun, padahal semalam ia tidak tidur terlalu malam. Alarm kamarnya tidak berguna. Tidak, bukan alarmnya yang salah, Starla lah yang mematikannya saat alarm berbunyi.

Bangun sendiri, lagi. Starla ingin sekali di bangunkan oleh Mama seperti teman-temannya yang lain. Tapi, itu hanya sebuah keinginan yang tidak mungkin terwujud. Bahkan, Mama tidak sudi melirik sedikit pun kepadanya, seolah-olah Starla orang yang paling menjijikan di dunia ini.

Tidak butuh waktu lama untuk selesai mandi. Dan di lanjutkan memakai seragam sekolahnya. Memoleskan sedikit wajahnya dengan bedak bayi dan lipbalm agar tidak terlihat pucat. Starla bukan tipe perempuan yang berdandan membutuhkan waktu berjam-jam. Tanpa make up pun dia sudah terlihat sangat cantik.

Setelah selesai mengurusi badannya, Starla mengambil tas lalu di sampirkan di bahu kanannya. Ia sempat berhenti di depan pintu kamarnya memandangi pintu bercat putih bergambar setengah wajah Titan Kolosal yang akhir-akhir ini tidak di gunakan. Ingin rasanya memasuki kamar itu, tapi mengingat dia hampir terlambat jadi Starla mengurung niatnya.

Starla menuruni anak tangga satu persatu. Terdengar suara tawa yang berasal dari meja makan. Ternyata ada orang tuanya dengan anak kecil berusia kurang lebih empat tahun, dia adik sepupu Starla yang telah di titipkan oleh orang tuanya. Menikmati makanan dengan diiringi candaan yang di buat oleh Clyde, adik sepupunya. Starla hanya bisa tersenyum kecut dari kejauhan melihat mereka tertawa bahagia. Tanpa dirinya.

Suasana menjadi hening ketika Starla terlihat di pandangan mereka. Selalu seperti ini. Dia seperti orang asing.

Starla kadang berpikir, kenapa dia dilahirkan di dunia kalau akhirnya dia di acuhkan oleh semua orang yang masih ada hubungan darah dengannya. Tidak ada seorang anak yang ingin dilahirkan, anak adalah anugerah dari Allah untuk di titipkan kepada pasangan suami-istri yang telah dipercayai-Nya untuk menjaga anugerah itu.

Starla yakin, Allah menyesal telah menitipkan hamba-Nya pada orang yang salah seperti Mama-Papa.

"Papa pergi." seperti biasa, Papa tidak mau melirik sedikit pun kepadanya, tidak memberi kesempatan untuk mencium punggung tangan Papa seperti orang-orang biasa lakukan.

"Ngerusak suasana aja." bahkan Clyde yang terbilang masih kecil pun ikut membencinya. Sudah di katakan, bukan? Seluruh keluarganya tidak menyukai dirinya.

Meja makan yang tadi di isi kini sudah sepi karena kedatangan dirinya yang 'katanya' merusak suasana. Starla menghela napas lalu berjalan ke arah pintu keluar.

Walaupun mereka telah memperlakukan dirinya dengan tidak semestinya, Starla tidak pernah membenci mereka dan tidak akan mungkin ia lakukan. Starla harus menaati perkataan kakaknya.

Genta pernah mengatakan,

"Ala, jangan balas kejahatan dengan kejahatan juga. Nggak ada bedanya kamu sama mereka. Ibaratnya api yang membakar sesuatu, kamu nggak mungkin kan matiinnya sama api juga, bukannya mati malah makin besar. Kamu harus matiinnya pakai air, ibaratnya lagi, air itu kamu. Kamu harus bisa jadi positive vibes buat semua orang, bukan cuma ke kak Genta atau ke Mama-Papa aja. Kalau ada yang nggak suka sama kamu, biarin aja. Kalau nanti kamu ladenin, mereka malah semakin semangat buat benci kamu. Kakak yang termasuk siswa famous pernah dikucilin, di kata-katain, dijauhin satu sekolah cuma karena bergaul sama cowo tulen. Cuma masalah kecil tapi mereka buat jadi besar. Manusia cuma menilai orang dari satu sudut pandang doang, padahal mah nggak ada salahnya bergaul sama cowo tulen, kan?" kata Genta pada sore itu, sedikit sombong saat mengatakan dia adalah salah satu siswa famous.

38 Days With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang