3. Astaga Runaya

30 15 30
                                    

Udah up ya😂
Please jgn teror aku lagi kapan up😭

Btw, makasih buat kalian yang udh mau dukung cerita aku yg gak ada apa2nya ini🙏🙏

Thank you so much 😘😘
Sayang kalian semua.

Jan jadi sider.
Sider itu dosa 😳

Hope u like this my story 😍

⭐⭐⭐

Bel pulang sekolah membuat seluruh murid bersorak ria saat mendengar suara yang paling indah di penjuru seantero sekolah. Suara tersebut telah menyelamatkan mereka dari pelajaran terakhir yang membuat mereka ingin cepat-cepat pulang dan bersantai ria setelah lelah untuk berpikir dan belajar.

Kini Dheo hendak merangkul pundak Runaya setelah selesai membereskan perlengkapan tulisnya. Dheo memang nakal, usil dan tukang buat keonaran. Namun, Dheo tetap membawa apapun yang menjadi perlengkapan sekolahnya. Dheo juga rajin bawa buku sesuai jadwal pelajaran kelasnya. Ingat, Dheo itu pintar setelah Runaya tentunya.

Tiba-tiba ada yang menarik kerah bajunya dari arah belakang dan membuat dirinya mundur beberapa langkah.

Dheo berdecak kesal saat melihat wajah Ida dengan tatapan melototnya.

"Mau kemana lo?" sarkas Ida yang tidak takut sama sekali dengan Dheo.

Dheo yang berpura-pura tidak tahu maksud dari perkataan Ida cengengesan tidak jelas.
"Anda siapa, ya?" tanya Dheo berlagak lupa ingatan.

Bugh...

Sebuah lemparan kena tepat di wajah tampan Dheo. Benda itu adalah gumpalan kertas yang dilemparkan oleh Bima.

"Sok berlagak banget dah lo, Dheo." Timpal Bima.

Hari ini adalah hari rabu sekaligus jadwal piket Dheo, Bima, Ida, Lusi dan Ratu.

Dheo sebenarnya malas banget buat ikut jadwal piket. Setiap gilirannya dia membuat banyak sekali alasan agar tidak ikut piket. Sialnya, dia dipasangkan dengan Ida, siswi tergalak di kelas mereka.

"Runaya izinkan Dheo buat mengikuti jadwal piketnya hari ini, ya?" pinta Ida untuk menjadikan gadisnya sebagai senjata ampuhnya.

Runaya mendelik tajam kepada Dheo meminta penjelasan.

"Kamu kok enggak bilang ada piket sekarang?" tanya Runaya kepada Dheo membuat Ida semakin besar kepala.

Dheo berdehem sebentar sembari memegang lehernya pelan. "Kita kan mau jalan, Ayang?"

Bima dan Ida serentak mengikuti ucapan Dheo dengan memajukan bibir mereka. "Kiti kin mii jilin, iying."

"Sialan, lo berdua." Maki Dheo kepada kedua orang yang berada di depannya itu.

"Aku tunggu di luar, ya? kamu bantu mereka dulu piket biar cepat siap!" perintah Runaya yang membuat Dheo tidak berkutik.

Bima dan Ida bertos-ria sembari meledek Dheo.

"Nih, lo keluarin semua sampah yang ada di setiap laci." Perintah Ida sembari memberikan keranjang sampah kepada Dheo.

Dheo menerima benda itu dengan kasar dari tangan Ida.

"Mampus lo!" ledek Bima tanpa suara. Bima tengah sibuk membersihkan papan tulis.

Ida kembali dengan menyapu lantai kelas mereka. Sedangkan Runaya sudah keluar dari kelas mereka dan menunggu Dheo menyelesaikan piketnya.

Dheo memegang keranjang sampah bersih di tangan kirinya sedangkan tangan kanannya memeriksa setiap laci teman-temannya.

Setelah selesai mengumpulkan semua sampah, aksi Dheo membuat Ida, Lusi dan Ratu menepuk jidat.

Limit For DheoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang