backstreet

407 58 9
                                    

"Macio."

"Bukan Macio, tapi Mashiho. Coba ulangi lagi."

Bibir kecil itu monyong-monyong lucu. Berusaha mengeja nama si paman dengan pelafalan yang baik dan benar. Tidak cadel.

"Ma-Maci—"

"Eh~ masih salah. Ayo coba lagi yang benar. Ma-Shi-Ho."

Sang ayah mengeja pelan. Sedikit gemas karena semenjak lima menit terakhir putra kecil usia 3 tahunnya itu masih salah mengeja nama seorang pria yang dikenalkannya sebagai sahabat sang ayah. Sial, nada gemas yang terlontar oleh ayah dianggap lain. Sang anak justru menganggap ayahnya marah karena terus saja salah mengucap nama.

"Maci—"

Ialah Haruto, putra pertama dan satu-satunya dari seorang single parent, Kanemoto Yoshinori. Ia yang mewarisi wajah tampan ayahnya menunduk dalam-dalam, menyembunyikan muka takut dimarahi Papa serta gundukan air mata di pelupuk.

"Namanya Maci— hiks. Namanya Macio Ji-chan... uuuuu-hiks."

"Loh, kenapa malah menangis?" Yoshi berlutut menyamakan tinggi badan, mengelap deras air mata yang tak luput membasahi pipi gembul putra kecilnya. Sayang, usaha Papa Yoshi menenangkan anak kecil tersebut disambut air mata yang kian deras dan racauan maaf karena punya lidah cadel.

Mashiho, marilah kita mulai menyebut pria dewasa itu dengan panggilannya yang benar. Bernama lengkap Takata Mashiho, partner kerja ayah Haruto di sebuah perusahaan percetakan. Ia adalah seorang pekerja keras, menyukai aroma kertas utamanya kertas-kertas menguning dimakan waktu. Katanya menumbuhkan jiwa melankolis, kenangan-kenangan di masa silam turut muncul dalam ingatan, seperti roll film yang diputar.

Ia juga menyukai anak-anak. Mashiho yang terlahir sebagai semata wayang saat kecil memiliki kebiasaan menagih adik pada orang tuanya. Laki perempuan sama saja, yang penting seseorang berusia lebih muda untuknya diajak bermain. Kalau dipikir bodoh juga mengingat Mashiho pernah ngambek pada bangau pembawa bayi yang kata orang tuanya dulu tengah berlibur sehingga batal mengiriminya adik. Oke, itu pikiran di masa bodoh, menuruti saja apa kata orang tuanya yang ditanyai adik bayi itu dari mana datangnya.

Kembali pada hubungan ayah-anak keluarga Yoshi, Haruto dilihatnya masih tersedu sedan. Napas tak beraturan, muka basah oleh bukan hanya air mata, tetapi juga ingus dan keringat. Jujur Mashiho gemas melihatnya. Lucu sekali menyaksikan bibir kecil itu komat kamit, berusaha membetulkan si 'Ci' menjadi 'Shi'.

"Macio! Namanya Macio Ji-chan!"

Anak itu mulai marah. Bahkan Mashiho sudah nyaris terbahak. Susah payah senyum yang sempat mampir disembunyikannya menjadi sebuah batuk, khawatir warna muka senangnya justru mengakibatkan Haruto semakin gencar menangis karena merasa diledek.

Bocah dengan surai hitam berantakan bertinggi badan selutut Mashiho itu kemudian ia gendong di sisi kiri tubuh. Haruto agak terkejut tatkala tangan putih mengangkatnya di ketiak, tangan yang tidak kalah kekar dari tangan Papa Yoshi. Serta merta wajah ramah Mashiho menyembul tak jauh dari hadapannya. Dan, sebagai penyeimbang selain lingkaran tangan kiri sang paman di bokong serta tangan kanan di punggung, Haruto menancapkan kepalan tangan di pundak paman barunya, takut jatuh.

"Iya. Nama paman Macio. Salam kenal, Haruto-kun."

Ingus disusut kencang, isak berganti tawa renyah cempreng khas anak-anak, sembari tungkai kaki kecil di masing-masing sisi perut Mashiho bergerak maju mundur tanda senang.

"Ehehehe. Macio Ji-chan."

Sepuhan merah mampir pada pipi tegas Yoshi. Ia bahagia. Sangat dan teramat. Ia yakin momen di depan pandang, dengan latar sebuah mobil sedan sederhana miliknya serta layang-layang di atas langit sore, akan menjadi potret kehidupan yang tidak akan pernah ia biarkan luput dari memori.

Backstreet [Treasure YoShiho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang