Satu

6 0 0
                                    

Adara dan Bima menikah karena perjodohan.

Dikarenakan sama-sama tidak mau durhaka kepada orang tua, maka mereka setuju untuk dinikahkan.

Adara masih ingat, selama sesi akat nikah sampai habis resepsi Bima selalu curi-curi pandang kearahnya.

Sekarang usia pernikahan mereka memasuki 2 bulan. Tidak ada hal istimewa yang terjadi, Bima malah menghindari Adara.

Pagi-pagi sekali Bima sudah berangkat kerja sebelum istrinya bangun, lalu pulang larut malam ketika Adara sudah tidur.

Salah aku tuch apah MAE HASBEN!? Batin Adara greget.

~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~

Hari sudah menunjukkan pukul 00:45, Bima seperti biasa pulang ke rumah larut malam.

Ia melangkah pelan, dan memasuki kamar sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara.

Pria itu terkejut melihat istrinya masih terjaga. Adara duduk bersila di atas kasur, memandang sang suami canggung.

Wanita itu menghampiri Bima yang masih mematung didepan pintu, meraih tangan kanan sang suami dan menciumnya.

"Mas mandi dulu. Saya siapin makan malamnya," tukas Adara dengan suara tersendat-sendat, lalu melarikan diri ke dapur.

Sementara itu Bima menatap punggung tangannya canggung, ia merasa aneh padahal itu biasa saja dalam hubungan suami-istri.

Setelah beberapa saat bengong didepan pintu kamar, akhirnya Bima tersadar dan segera membersihkan badan alias mandi.

Tak lama kemudian ia selesai dan pergi ke dapur, bau harum masakan semerbak menimpa penciumannya.

Adara masih sibuk dengan masakannya, selagi Bima menunggu di meja makan.

"Ini mas silahkan dimakan," tukas Adara setelah menghidangkan makanan untuk sang suami.

Bima mulai menyantap makanan yang dibuat Adara. Ini pertama kalinya pria itu makan masakan sang istri dan ditemani, kan tambah selera.

Enak, sesuai dengan selera Bima. Bahkan pria itu tanpa sadar makan dengan tergesa-gesa, hal itu membuatnya tersedak.

Uhuk uhuk ohok

Adara dengan sigap menuangkan air minum dan memberikannya kepada sang suami, wanita itu juga mengusap-usap pelan punggung Bima.

"Pelan-pelan mas. Diminum airnya," ujar Adara khawatir.

Bima menenggak air minum dengan rakus, lalu menghela nafas lega. Kerongkongannya masih sedikit terasa sakit.

"Kamu nggak makan?" tanya Bima menyadari bahwa hanya dia yang makan, sementara itu Adara duduk menemaninya dengan segelas air hangat.

"Saya udah makan tadi," jawab Adara tersenyum canggung.

Bima menganggukkan kepala mengerti dan menyelesaikan makannya, sesekali pria itu melirik kearah sang istri yang duduk kaku di hadapannya.

Setelah selesai, Bima hendak mencuci piring bekas makannya. Namun hal itu dicegah oleh sang istri.

"Nggak usah mas. Biar saya, mas istirahat aja," tukas Adara memegang tangan kanan Bima.

Piring yang ada ditangan Bima diambil oleh Adara. Lalu wanita itu mendorong sang suami sampai masuk kedalam kamar.

~~

Beberapa saat berlalu Adara selesai mencuci piring dan membersihkan dapur. Wanita itu berjalan kaku menuju kamar tidur.

Saat membuka pintu kamar, hampir saja ia menjerit. Bima duduk di atas kasur tanpa baju.

Astagfirullah! Ini suami buat jantungan aja. Ya Allah tolong bantu hamba menahan godaan dari roti sobek yang terpampang didepan mata ini! Batin Adara menjerit-jerit heboh.

"Nggak tidur?"

"I-iya ini mau tidur kok."

Adara berjalan menuju kasur, wanita itu menarik selimut sampai batas leher tidur membelakangi sang suami.

Bima mematikan lampu dan berbaring, jantung pria itu jedak jeduk jeder. Baru kali ini ia salah tingkah didepan sang istri.

Sementara itu Adara sibuk menenangkan jantungnya yang lagi koprangan. Pikiran wanita itu tidak bisa lepas dari roti sobek sang suami.

Sebenarnya Bima melepaskan baju yang ia kenakan tadi kerena panas. Dulu, sebelum menikah ia selalu bertelanjang dada di rumah.

Pria itu juga terkejut saat Adara masuk kedalam kamar. Sang istri mematung didepan pintu, melihat dirinya dengan mata melotot.

Tentu hal itu membuat Bima bingung sekaligus malu sendiri. Pria itu menghadap kearah sang istri yang memunggunginya.

Ia tau kalau Adara belum tidur, istrinya itu mengigit gemas bantal guling. Hampir saja Bima tertawa melihat tingkah sang istri yang menurutnya lucu.

Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Bima menarik sang istri menghadap kearahnya.

Pria itu memeluk Adara erat. Tubuh wanita itu menegang saat nafas hangat sang suami menerpa halus wajahnya.

Adara dapat dengan jelas mencium aroma maskulin yang keluar dari tubuh sang suami. Walaupun wanita itu menutup mata erat-erat, ia tau kalau Bima sedang menatap dirinya.

"Kenapa meremnya gitu," ujar Bima dengan suara serak, lalu terkekeh karena menyadari tubuh sang istri tambah tegang.

Bima mengusap bibir sang istri dengan ibu jarinya. Hal itu membuat Adara spontan membuka mata lebar.

Wanita itu pucat saat menyadari bahwa sang suami sangat amat dekat didepannya.

Untung saja kamar remang-remang, jadi Bima tidak melihat jelas ekspresi Adara yang pias.

Kepatil CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang