Satu

96 11 6
                                    

"Sebab sejahat apapun kamu, kamu akan selalu jadi pemenang. Karena kamu adalah tokoh utama dalam ceritaku."

•••Favorable Disaster•••

Karya Arum Nurma

Tag instagram @.arumnrma jika teman-teman merepost apapun dari cerita ini ^^

•.•

Sebuah ruangan minimalis itu nampak begitu lengang di matanya. Barang-barang yang biasa menghiasi ruangan dengan cat berwarna pastel itu kini sudah berpindah rapi dalam sebuah kardus dan beberapa ransel berukuran besar. Semua terbungkus rapi bersama kenangan-kenangan masa kecilnya.

Gadis itu menyapu pandangannya sekali lagi pada tiap sudut ruangan yang akan segera ia tinggalkan dalam hitungan jam ini. Menghela napas berkali-kali, terasa begitu berat tetapi harus tetap dia lakukan. Meninggalkan semua kenangan itu agar tetap berada di sini, lalu sisanya dia bawa pergi bersama kepingan hatinya yang telah hancur.

"Hasya, udah selesai beresin barang-barangnya?"

Gadis bernama Hasya itu menoleh ke belakang dan memberikan anggukan sebagai jawaban pada pria paruh baya yang kini berdiri di ambang pintu. "Udah."

"Kalau gitu bisa kita pergi sekarang?" tanya pria paruh baya itu lagi. "Are you ready?"

Hasya memaksakan senyumnya dan mengangguk sekali lagi.

Lagi pula, siap atau tidak dia akan tetap meninggalkan tempat ini, bukan? Bersedia atau pun tidak, terlepas dari itu semua Hasya harus tetap meninggalkan rumah yang selama ini selalu menjadi tempat untuk pulang, tempat yang menjadi saksi tumbuh dan berkembang seorang Hasya Aquina.

Sekali lagi dia menghela napas dengan senyum simpul yang menghiasi bibir kecilnya, sebelum bergerak perlahan meninggalkan bekas kamarnya itu.

Setelah semua barang-barang miliknya di angkut oleh satu mobil pick up penuh, sekarang giliran dirinya yang juga harus pergi meninggalkan tempat ini.

Selama di perjalanan yang dia lakukan hanya melamun, memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini pada hidupnya dan hari-hari berat lain ke depannya.

"Hasya, kamu laper? Mau makan dulu? Kita mampir beli makan dulu gimana? Makanan kesukaan kamu?" Pertanyaan bertubi-tubi dari pria paruh baya di sebelah nya itu berhasil memecah lamunan Hasya, membuatnya menggeleng pelan.

"Nggak usah, Om Raffa. Tadi Hasya udah makan sama Nania sebelum beresin barang-barang. Masih kenyang."

"Beneran? Kalau laper bilang, Sya," ujar pria parah baya bernama Raffa itu.

"Iya, Hasya masih kenyang kok."

Perlahan mobil yang Hasya tumpangi kini mulai berlalu meninggalkan kampung halaman tempat dirinya di besarkan hingga seperti sekarang ini. Roda empat itu mulai melaju menuju sebuah kota besar dan meninggalkan semua kenangan indah milik Hasya dan kedua orang tuanya untuk dikubur dengan begitu rapi di tempat ini.

"Sya, mulai sekarang kamu jangan panggil Om lagi, ya. Panggil Papa aja, kan, sekarang Om udah jadi Papa kamu."

"Tapi..."

"Nggak apa-apa. Nanti kamu pasti akan terbiasa. Di sana akan ada anak Papa juga yang seumuran sama kamu. Kalian harus sama-sama manggil Papa, jadi kamu nggak akan canggung lagi," ucap Raffa memberi pengertian.

Hasya hanya mengangguk patuh. Karena tidak ada lagi yang bisa dia lakukan, bukan? Jika seseorang yang baik di sebelah nya itu bersedia akan mengurus hidupnya di masa kini dan masa depan, berarti Hasya harus mematuhi semua ucapan mereka. Dia tidak ingin menjadi manusia yang tidak mengerti apa itu artinya berterima kasih. Terlebih, setelah semua yang sudah mereka lakukan dan berikan untuk keluarganya selama ini. Hasya merasa sangat berhutang budi pada keluarga besar boss di tempat ayahnya bekerja dulu.

Favorable DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang