Dua

52 6 2
                                    

"Patah hati paling hebat adalah ketika kamu merindukan manusia yang tidak bisa kamu peluk lagi raganya. Yang tidak bisa lagi kamu dengar suaranya."

•••Favorable Disaster•••

.•

Caesar memejamkan matanya rapat-rapat. Situasi macam apa yang sedang dia hadapi sekarang ini?

Bagaimana bisa orang tuanya membiarkan orang asing masuk begitu saja di keluarga mereka? Caesar sangat tidak suka, terlebih jika orang itu akan tinggal di kediamannya.

Cowok itu kini memakan makanannya dengan cepat tanpa memberi jeda sehingga membuat kedua pipinya nampak mengembung. Sesekali matanya melirik tidak suka ke arah Hasya, dan yang membuat Caesar semakin kesal adalah kini gadis itu juga sedang melihat ke arahnya dengan wajah khas orang menahan tawa.

"Ngapain lo lihat-lihat?"

Hasya yang sadar telah tertangkap basah sedang memperhatikan cowok itu pun langsung menundukkan kepala, berpura-pura fokus pada makanan di hadapannya. Meski terlihat galak, ternyata cowok itu lucu ketika marah. Tidak mengerikan seperti yang Hasya pikirkan. Gadis itu jadi yakin jika amarah Caesar tidak akan sesulit itu untuk di atasi.

"Caesar, Mama bilang jangan galak-galak sama Hasya!" tegur Dissa.

"Terserah, aku kenyang."

Cowok itu meletakkan sendok dan garpu begitu saja kemudian pergi ke kamarnya.

"Caesar," panggil Raffa. "Caesar!"

Namun bukan Caesar jika mau mendengarkan ucapan orang tuanya. Cowok itu sudah terbiasa di manjakan sedari kecil, sebab Caesar adalah anak tunggal dan terbiasa tidak pernah membagi kasih sayang Raffa dan Dissa dengan siapa pun. Hal itu membuat kedua orang tuanya maklum jika putranya sangat terkejut akan kehadiran Hasya dan mereka berdua yang tiba-tiba saja meng-klaim Hasya akan menjadi saudaranya.

"Hasya, maafin Caesar, ya?" ucap Dissa menggenggam tangan putrinya. "Caesar itu walaupun kelihatannya galak dan tempramennya agak aneh, tapi sebenarnya dia anak yang baik kok. Mama yakin, nanti semakin lama Hasya akan terbiasa dan tahu setelah mengenal Caesar lebih lama."

"Iya, Ma, aku ngerti kok. Caesar pasti kaget karena kedatangan Hasya yang tiba-tiba. Mungkin sekarang Caesar belum bisa menerima kehadiran Hasya, tapi aku yakin suatu hari nanti sudut pandang Caesar ke Hasya akan berubah," balas Hasya meyakinkan Dissa jika ia akan baik-baik saja dengan semuanya.

Raffa tersenyum tenang. "Hasya, Papa bangga sama kamu. Papa yakin, Anjas dan Dinda pasti bahagia di sana melihat putrinya tumbuh dengan baik."

Hasya membalas dengan senyum tulus. Dia juga sangat bangga memiliki orang tua seperti kedua orang tuanya. Ribuan kata terima kasih rasanya tidak akan pernah cukup untuk membalas semua jasa mereka karena telah mengurus dan membesarkan dirinya hingga seperti ini. Kasih sayang mereka tulus, dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun bahkan meski sekarang dirinya sudah di asuh oleh orang tua angkat yang begitu baik kepadanya. Hal itu tetap tidak akan mampu menggantikan posisi kedua orang tuanya. Sebab, mereka selalu memiliki tempat khusus dan istimewa di hati gadis itu.

"Ya sudah. Gimana kalau sekarang kita lihat kamar Hasya, yuk?" ajak Dissa penuh semangat.

"Ayo Ma," angguk Hasya menyetui.

"Oke, kalau begitu Hasya keliling rumah di temenin sama Mama, ya? Papa mau ke ruang kerja dulu," pamit Raffa kemudian meninggalkan ruang makan.

Hasya mengangguk. "Iya, Pa."

Kemudian Dissa mengajak putrinya untuk berkeliling rumah yang menjadi tempat tinggal baru bagi Hasya kini. Sebuah bangunan yang sangat luas, besar, dan megah. Tak lupa dengan kemewahan dari seluruh isinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Favorable DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang