Bagian 1🤍

210 27 15
                                    

===

"Semua persyaratan dan berkas-berkas telah Aldo selesaikan, hanya tinggal selangkah lagi sebelum akhirnya kita dapat menempati rumah ini," ucap seorang pria pada sang kekasih seraya membelai lembut rambutnya yang terurai rapi kala berada di dalam bangunan mewah lantai tiga.

Perempuan cantik berusia 25 tahun itu mendongak, menatap lekat netra pria yang masih tetap tengah berjuang bersamanya menggapai restu setelah masalah finansial keberlangsungan hidup terselesaikan.

"Terimakasih, terimakasih banyak telah selalu membersamai dan menemaniku hingga titik ini," balas perempuan tadi dan berhamburan ke pelukan kekasihnya.

Pikirannya menerawang jauh mengingat  hubungannya dengan pria ini sebelumnya mengalami banyak lika-liku dari keluarga yang sempat menentang keras perasaan mereka karena perbedaan asal, keyakinan, dan kasta sampai pernah mengusirnya dari rumah.

Walaupun tertatih-tatih banyak perjuangan, mereka pantang menyerah. Hingga pada akhirnya keduanya melangkah bersama-sama dan berhasil membuktikan, mereka layak saling memiliki dan berada kembali di sekitar keluarga besar dengan finansial mapan.

Aland Disaovir, pengusaha 29 tahun berperawakan tinggi, sifat loyal, gantleman sekaligus gampang mengalah dan meleleh menyangkut sang kekasih. Terbukti darinya pindah kewarganegaraan dan keyakinan mengikuti gadis pujaan sejak beberapa bulan lalu, saat calon mertua mulai sedikit menunjukkan penerimaan terhadapnya atas kesanggupannya mengahasilkan uang yang kemudian bisa mensejajarkan kasta mereka di masyarakat.

Menurut Aland, kedua orang tua sang kekasih bisa membuka hati sepenuhnya padanya ketika ia pindah agama, karena tinggal itu lah satu-satunya permasalahan yang belum diselesaikan. Dan ya, benar. Tak lama setelah bersyahadat, tawaran menjadi calon menantu terang-terangan diajukan untuknya.

Pria itu ..., kini resmi menjadi muslim.

"Segalanya untukmu Faula Ruth,"

Air mata Faula, sang perempuan ayu itu meleleh membasahi jas hitam Aland, ia begitu bersyukur Tuhan menghadirkan pria sebaik dia dalam hidupnya. "Terimakasih, Mas Aland. Aku beruntung memilikimu dalam hidupku."

Aland mengecup lama ubun-ubun Faula, hingga akhirnya mengucapkan sesuatu yang mengingatkannya jika mereka harus menjalani hari-hari sendiri dulu untuk beberapa waktu. "Tunggu aku ya? Hanya setengah tahun lagi sebelum aku kembali ke sini dan menjadikanmu satu-satunya dalam duniaku,"

Faula mengeratkan pelukan, dan isakannya semakin menjadi. "Maafkan aku, aku egois dan menempatkan dalam posisi sulit, Mas,"

Aland menggeleng. "Segala yang terbaik tiada didapatkan dengan mudah, Fa. Termasuk kamu, saya benar-benar berusaha memantaskan diri karena saya mencintaimu sejak dulu dan hari yang jauh," tukasnya lalu perlahan melepas pelukan. "Semua ini karena saya bahagia di dekatmu, kamu motivasi di hidup saya, Fa,"

Tujuan kepergian Aland sekarang adalah pulang ke negara asal yaitu Vietnam guna mengungkap kepada keluarga atas agama barunya sekaligus membujuk agar mereka dapat memberi restu dan menghadiri pernikahannya bersama Faula nanti.

"Semoga Tuhan selalu menjaga dan membantumu, Mas." ujar Faula sendu sebelum mereka berpisah dengan rasa masing-masing.

~~~

"Heh anak pungut! Sini lo!"

"Dasar sialan! Ngabisin jatah gue aja lo!"

"Sini Lo!" Bersama teman-temannya seorang cowok bernama Dino memanggil anak tiri orangtuanya yang telah memotong uang jajannya hari ini karena jatahnya diberikan pada saudara tirinya saat mereka berada di jalanan sepi sehabis sekolah.

"Bagi duit Bokap cepat!"

"Duit apa?"

"Gak usah belagak gak tau apa-apa tolol! Gue tau tadi pagi Lo dikasih 800 ribu sama Bokap,"

"Tapi itu untuk bayar SPP, aku gak mau nunggak kayak bulan lalu," ucap Nehan resah.

"Banyak baco*t lo!"

Bugh!

"Aiiish," bersamaan mendesah sakit, badan Nehan pun tersungkur ke batako trotoar.

"Cepetan kalo gak mau mati!" Paksa Dino.

Nehan menggeleng dalam keadaan lemahnya, dia tahu responsnya ini akan mengundang hal buruk, tapi tak mungkin akan ia serahkan amanah ini hanya karena merelakan begitu saja demi keserakahan Dino.

"Bangs*t!"

Dino yang greget, menarik kerah baju Nehan lalu ia bogem wajah bagus saudara tirinya berkali-kali sampai darah segar mengucur dari batang hidung dia.

Ukhuk ukhuk

Nehan terbatuk-batuk dan alhasil darah pun keluar juga dari mulutnya, pasalnya insiden ini kerap terjadi padanya di mana pun itu selain rumah oleh Dino dan kawan-kawan.

"Cepetan Ahsw*! Bawa sini semua!"

Nehan Keukeh menolak walau nyawa bisa saja mejadi taruhannya.

Kesal terlalu bertele-tele, Dino menoleh ke teman-temannya lalu memberi titah supaya menahan kedua tangan saudara tirinya agar memudahkannya melancarkan aksi mendapatkan uang dari saku Nehan.

"Jangan! Ini untuk bayar SPP! Din—Ughk!" Nehan memberontak tapi malah mendapat tendangan brutal di perutnya oleh salah satu teman Dino.

"Berisik!"

"Nah ini!" Dino bersmirik senang dengan banyak uang yang berada di tangannya. "Bocah payah kek Lo gak pantas pegang duit sebanyak ini, Bodoh!" ejek Dino lalu pergi dengan tawa sahut-sahutan antar temannya setelah meludahi Nehan yang sungguh kacau mendapat banyak penindasan seperti hari-hari biasa.

Saat luka sebelumnya belum sempat diobati, dunia menorehkannya lagi dan lagi hingga untuk sekedar melawan pun ia tak sanggup. Seperti ..., sepanjang napasnya terhembus hanya menunggu ajal datang.

Nehan mendongak, menatap langit dengan mata memerah marah pada semesta yang tiada kemampuan ia lawan.

"Awws," bibirnya meringis saat sensasi dingin menyentuh pipi kirinya. Ia menoleh dan mendapati sosok ayu menyodorkan minuman dingin.

"Minum,"

Nehan mengabaikan, kebaikan terlihat palsu semua di matanya.

Wanita tadi menghela napas lalu menarik pelan tangan Nehan ke arah mobilnya walau jalan cowok itu tertatih. Untung pun dia tak menolak.

Setelah keduanya berada di jok tengah dan mobil berjalan menuju rumah sakit untuk menangani lanjut kesehatan Nehan, wanita tadi mengambil kotak P3K tanpa sedikitpun cowok itu mengalihkan pandangan dari pergerakannya.

"Bukan 1 atau 2 kalinya ini Kakak liat mereka memperlakukanmu buruk, sudah sering sekali bahkan kejadian tadi tak luput dari pemandangan keseharian Kakak," wanita tadi membuka suara sambil mulai mengobati Nehan yang terdiam tak ada reaksi selain sesekali meringis menahan sakit.

"Maaf tak pernah menolong Adik langsung, Kakak pun pernah memiliki histori sepertimu sewaktu sekolah dulu hingga meninggalkan trauma sampai hari ini,"

Nehan akhirnya menoleh menatap wanita yang memang tak asing itu.

"Maaf juga baru bisa membantu,"

Mata mereka beradu sesaat sebelum akhirnya Nehan menatap lekat wanita ayu di depannya yang sibuk membersihkan bibirnya. "Adik hebat, tak pernah balik membalas buruk. Hanya saja, kenapa pasrah? Kenapa tak pernah mencari pertolongan atas tindakan mereka?"

Lama kesunyian muncul diantara mereka, kembali wanita tadi menatap matanya setelah beberapa saat, Nehan memberikan jawaban menyedihkan.

"Takdir baik bukanlah milik manusia yang tak memiliki apa-apa dan siapa-siapa, kan?"

===

#edisigabutgaktaumaunulisapa
#belumrevisi

MabooboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang