3

1K 136 17
                                    

'Teman Sekamar'

Ospek hanya dilakukan satu hari mengingat hal tersebut tak begitu penting bagi sekolah mereka. SMA 01 Favorit ini lebih mementingkan keahlian masing-masing muridnya. Mereka akan lebih fokus mendidik para murid di bidang yang unggul. Bidang yang mereka dukung adalah Sains sudah termasuk matematika, Olahraga dan juga Seni.

Sukuna dan Yuuji terpilih dan masuk pada bidang olahraga. Walau si sulung juga menonjol pada bidang sains. Ia lebih memilih olahraga. Megumi berada di bidang sains dan Nobara di bidang seni.

Para murid baru mendapat masing-masing penjelasan pada bidang yang mereka ikuti. Pada pukul 7 sampai 10 pagi akan belajar seperti kebanyakan SMA biasa. Sedangkan pukul 1 siang sampai 5 sore akan belajar fokus pada bidang yang di masuki.

Setelah penjelasan tersebut para murid kembali pada barisan awal. Selain sistem bidang mereka juga memiliki sistem Senpai pembimbing. Satu orang kakak kelas 12 akan membimbing 3 orang kelas 10. Membantu mereka yang kesusahan dalam beradaptasi dengan sekolah atau mungkin hanya sekedar bertanya arah.

"Nomor 7 siapa aja woi!?" Yuuji berteriak memanggil nama teman satu kelompoknya. Suara nyaring tersebut membuat gadis berambut coklat di samping geram.

Buk!

"Berisik, tolol!" Ujarnya menampar punggung lebar pria tersebut. Yuuji meringis mengelus punggungnya.

"Lu nomor 7 juga?" Nobara gadis yang tadi menamparnya mengangguk menampilkan kartu nomor.

"Kurang satu orang lagi kan.....Huuft WOI YANG NOMOR 7 SIAPA WOI!" Yuuji kembali berteriak hingga pria berambut hitam landak mengarahkan kartu nomornya pada pemuda tersebut.

"Eeh? Kita sekelompok!" Yuuji merangkul kedua orang tersebut tanpa persiapan. Megumi menatapnya tak suka. Sedangkan Nobara sibuk melepaskan rangkulan tersebut. Tapi tenaga Yuuji lebih besar darinya. Jadi usaha si gadis sia-sia.

Surai putih seorang pria berlari menghampiri mereka. "Kelompok 7 ya?" Tanyanya memastikan.

"Iya, kek!" Jawab Yuuji antusias. Pria yang di panggil kakek tersebut memunculkan persimpangan di dahinya, kesal.

Nobara bahkan Megumi menutup mulut menahan tawa menghadapi kebodohan Yuuji.

"Denger ya, Yuuji-kun. Umur gue baru 19 tahun!" Satoru menekankan kalimatnya, diangguki paham oleh Yuuji.

"Oke langsung ke intinya aja. Nama gue Gojo Satoru. Panggil aja Satoru senpai. Kalian bebas mau minta bantuan atau tanya apapun 24 jam gak perlu terlalu formal juga, paham?" Satoru menjelaskan secara singkat. Yuuji mendengar sampai akhir dengan tampang bodohnya. Nobara sibuk menganalisis penampilan ketiga pria tersebut. Sedangkan Megumi menatap Satoru acuh tak acuh.

"Haaaaah~ nasib sudah menjadi bakwan."

_______________________________________________________

"Sumimasen! Go food!" Seru Yuuji dari balik pintu coklat bertuliskan nomor 17. Seorang pria albino membuka pintu dengan senyum ramah.

"Silahkan."

Yuuji menggeret kopernya masuk menelisik segala arah. Ruangan ini adalah rumah barunya untuk tiga tahun kedepan. Tentu ia sangat bersemangat tentang hal tersebut. Terlebih teman sekamarnya adalah orang yang ia kenal.

"Senpai, mohon bantuannya!" Yuuji menundukkan badannya 90°.

"Iya, iya udah tidur aja sana." Satoru mengibaskan tangannya meminta Yuuji beristirahat. Bukannya melakukan yang pria tersebut perintahkan. Adik kelasnya ini lebih memilih sibuk menata dekor kamar. Lebih tepatnya kamar bersama. Terdapat satu kamar mandi, setelah pintu masuk ada dapur kecil. Dapur dan kamar di pisahkan oleh pintu. Kamar di lengkapi dua kasur dan satu AC besar.

Satoru menggunakan kedua tangannya sebagai bantal. Ia memiringkan sedikit badannya menghadap Yuuji. Pria bersurai pink pudar tersebut asik menempeli poster gadis seksi di dinding. Satoru menghela nafasnya pasrah dan memilih tidur.

"Ah, Jeniffer Lawrence~" Yuuji memandangi poster gadis cantik tinggi dengan tubuh ideal tersebut memuja.

"Hei, Jeniffer Lawrence kan udah nikah." Ucap Satoru mengalihkan atensi Kouhai-nya (adik kelas) tersebut.

"Mau udah nikah atau punya anak sekalipun. Cintaku pada Jeniffer tak akan memudar."

Cuih, semoga Satoru bisa bertahan tinggal bersama Kouhai satu ini.

"Ya, ya terserah lu. Gue mau tidur."

"Senpai ada alergi makanan?" Tanya Yuuji membuat mata Satoru yang hampir tertutup, terbuka kembali.

"Gak ada sih, tapi gue suka makanan manis."

Setelah perkataan tersebut tak ada percakapan lagi dari keduanya. Satoru lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda. Sedangkan Yuuji merapikan barang-barangnya.

_____________________________________________________

"Senpai! Bangun oiiii~" Yuuji menggoyangkan tubuh pria albino yang sibuk menjelajah mimpi. Satoru membuka matanya perlahan menyesuaikan intensitas cahaya lampu yang masuk.

"Mnnh?" Gumam pria tersebut bertanya.

"Ayo makan, gue-eh Yuuji udah masak." Yuuji duduk di lantai dengan meja kecil pendek didepannya. Satoru berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh muka. Kemudian duduk di depan Yuuji dengan meja yang memisahkan.

Dua mangkok bakso sederhana tampak mengeluarkan uap panas. Satoru menatapnya berbinar segera mengambil sumpit dan sendok.

"Waaah, lu yang masak?"

"Iyap!" Yuuji mengangguk lucu menjawab pertanyaan albino tersebut.

Baru suapan pertama tapi membuat mata Satoru berbinar antusias. Ia kembali melahap bakso di depannya. Pria itu terlalu bersemangat hingga tak mempedulikan rasa panas dari makanan di depan.

"Senpai, tenanglah tak usah terburu-buru. Jika Senpai mau tambah. Yuuji bisa masak lagi kok." Satoru menghentikan aktivitas makanya. Lalu mengalihkan atensi pada Yuuji.

"Kenapa lu suka manggil diri sendiri pakai 'yuuji'?" Tanyanya bingung.

"Eehm kebiasaan kalo misalnya ngomong sama orang yang lebih tua dan belum terlalu kenal."

"Oh, tapi gue lebih suka lu bicara santai aja. Lagian gue gak serem kan malahan ganteng." Satoru menaik turunkan alisnya narsis.

"Ahahahah, iya deh senpai. Gue usahain." Yuuji tertawa kecil lalu memberikan cengiran khasnya pada Satoru.

"Nah ini dia yang gue cari, braay!"

Keduanya melanjutkan makan malam dalam diam. Setelah selesai Satoru memutuskan untuk mandi dulu. Sedangkan Yuuji mencuci piring.

15 menit kemudian pria bermanik mata biru terang keluar dari kamar mandi. Ia memakai celana panjang hitam dan kaus oblong abu-abu polos.

"Senpai, masuk ke bidang apa?" Tanya Yuuji yang tengah rebahan miring menghadap Satoru. Pria yang lebih tua duduk di pinggir kasur miliknya.

"Gue ambil Sains." Yuuji ber-oh ria dan mulai bermain game di ponselnya.

Beberapa menit kemudian suara dari sebrang kasur mulai tak terdengar. Ia menoleh ke arah Kouhai-nya tersebut. Matanya menatap lembut wajah polos Yuuji. Ponsel pemuda bersurai pink berada di atas dada dalam keadaan menyala. Sedangkan pemiliknya kini tengah mendengkur lembut dengan posisi badan yang berantakan.

Satoru bangkit dari tidurnya dan berjalan mendekat. "Lu diem gini kelihatan manis banget." Ujarnya tanpa sadar.

Ia merapikan posisi badan Yuuji dan menarik selimutnya ke atas dada.

"Mnnh...senpai~" Gumam pria yang terlelap tanpa sadar.

Satoru tertawa kecil sembari mengelus surai lembut tersebut. "Oyasumi, Yuuji-kun."

To be continued

Sen-Kou [Goyuu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang