5

850 101 7
                                    

'Brother Complex'

Sudah dua minggu terakhir kamar mereka di kunjungi seorang pria sangar berikat dua. Bayangkan saja wajahnya yang seram tersebut dengan rambut yang di ikat imut. Sungguh menggelikan batin Satoru.

"Yuuji!" Suara dari luar dan ketokan pintu terdengar. Pemilik nama segera berlari membuka pintu tersebut. Kakak tertuanya datang berkunjung.

"Nih makanan." Ia menyodorkan sebungkus kotak berisi donat. Lalu masuk ke dalam ruangan. Satoru menatap pria tersebut jenuh begitu pula sebaliknya.

"Haaah~" Helaan nafas panjang terdengar dari bibir mereka bersamaan.

"Kenapa sih? Tiap kalian ketemu kaya ada beban aja." Yuuji berujar bingung. Dirinya kini duduk di antara meja kecil bersama sang kakak.

"Gue gak nyangka aja Choso yang suram punya adek." Satoru memiringkan badannya yang rebahan menghadap dua sodara tersebut.

"Gue juga gak nyangka, adek gue yang imut sekamar sama monyet hutan." Balas Choso tak kalah tajam. Mereka bertatapan seolah petir bersahutan.

Choso adalah murid kelas 3 sekelas dengan Satoru. Mereka tidak terlalu dekat karena kepribadian yang berkebalikan. Tapi bukan berarti saling benci. Namun kini benar-benar benci.

Satoru risih dengan pria yang terkena brother complex ini. Sedangkan Choso merasa kesal karena adiknya harus sekamar dengan monyet bersikap buaya liar satu ini. Mereka kembali menghela nafas panjang.

"Choso, ngapa muka lu beda sama adek-adek lu?" Tanya Satoru, ia duduk dari tidurnya.

"Jangan-jangan anak pungut ya?" Lanjutnya menggoda, pria albino tersebut duduk di depan Yuuji.

"Sialan!" Choso memukul tangan Satoru yang hendak mengambil donat.

"Oh, Choso-nii bukan anak pungut kok. Kita beda ibu jadi gitu." Yuuji mengambil donat dan memberikannya pada kedua pria tersebut. Satoru memakannya sembari menatap tajam si brother complex.

"Nyebelin banget sih lu, mau gelut kah?" Si suram geram menarik kerah baju tidur Doraemon milik Satoru.

"Apaan sih!?" Pria albino tersebut tak mau kalah. Ia balik melakukan hal yang sama.

"Udah cukup!" Yuuji berteriak, ia menarik tangan kakaknya ke luar ruangan. "Bye-bye Choso-nii!" Adiknya melambai kemudian menutup pintu ruangan. Choso masih berdiri di depan pintu menghentak kaki dan mendecih kesal.

"Ngapa lu?" Sukuna yang baru keluar dari kamar menatap pria tersebut heran.

"Gapapa!" Sinis Choso di lemparkan pada Sukuna. Ia segera berjalan pulang ke kamarnya.

"Cih, di tanya baik-baik padahal." Sukuna membuka pintu di depannya.

"Oh, iya tadi gue mau keluar. Gegara Choso, sialan!" Pria garang tersebut segera berlari pergi menuruni tangga.

Di dalam kamar nomor 17 kembali di selimuti keheningan. "Senpai Gomen!" Yuuji bersujud membuat Satoru menyemburkan air minumnya terkejut.

"Eeh, eh, eh ga usah sujud!"

"Maaf ya, kakak Yuuji sering ganggu." Pemuda bersurai pink pudar tersebut menunduk lesu membuat Satoru kebingungan.

"Iya, iya gapapa." Tangan besar pria yang lebih tua mengelus surai pink di depannya. Yuuji mendongak mendapati Satoru yang tengah berjongkok sembari tersenyum ramah.

Yuuji menggenggam jemari pria albino tersebut. "Senpai bisa minta apapun dari Yuuji, sebagai permohonan maaf." Ujarnya.

Satoru sedikit terkejut dengan rona merah tipis di pipi. "Eeh!?"

Sen-Kou [Goyuu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang