Hallo aku balik lagi sama cerita Sharga, Sharga bakal aku remake dan ga besar-besaran. Jadi aku bakal mulai dari awal lagii😄
Biar aku ga males update, makanya aku remake dan aku pikir ulang alurnya bakal kaya gimana. Dan inilah keputusan aku🙆
Ohiya kemungkinan aku bakal up cepettt kalo masi rame guys😭😭
|| Happy Reading||
Aquilla menatap dirinya di cermin, kulit putih seputih salju itu lenyap digantikan dengan warna sawo matang. Matanya yang berwarna hijau pun lenyap digantikan dengan warna hitam. Terkadang ia selalu bertanya-tanya mengapa ia harus seperti ini.
Bukankah memiliki wajah cantik itu bagus?
Banyak orang berbondong-bondong perawatan untuk terlihat putih, namun Aquilla sebaliknya. Setiap hari ia harus memakai krim untuk menutupi kulitnya yang putih, entah alasan apa yang ayahnya berikan padanya hingga ia menuruti perintah ayahnya itu.
Dirinya sudah bertanya pada ayahnya, mengapa ia harus sembunyi-sembunyi. Namun ayahnya hanya memberi jawaban bahwa pria itu menyuruhnya seperti ini untuk keselamatan dirinya. Aquilla tak bisa meminta ayahnya untuk memberi tahu alasan yang lebih logis karena ibunya pun mendukung perintah konyol ayahnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang tiga puluh menit, Aquilla segera menenteng tas dan sepatunya keluar kamar. Ia menuruni tangga dan disana ia melihat kedua orang tuanya sudah siap dengan sarapannya.
"Sudah siap, sayang?" tanya Bianca lembut.
"Udah bunda," Aquilla menatap menu sarapan pagi ini.
Gadis itu menduduki kursi lalu mulai mengambil nasi goreng, ia mengucapkan terima kasih pada Bianca yang menyodorkan segelas air mineral padanya.
"Gimana sekolah kamu sayang? Semuanya baik-baik aja kan?" Leon menatap Aquilla dengan tatapan selidik.
Aquilla mengangguk, " semua baik-baik aja ayah, sebentar lagi aku bakal lulus sekolah. Mungkin cuma bakal sedikit sibuk sama ujian praktik."
"Kamu satu-satunya anak ayah, tetap ikutin perintah ayah. Semua demi keselamatan kamu,"
Aquilla hanya mengangguk, lalu berdiri dari duduknya. Ia berpamitan pada Leon dan Bianca kemudian keluar dari rumah untuk segera berangkat menuju sekolah.
Leon yang menatap Aquilla itu hanya menghela nafasnya lelah, pria itu menoleh saat merasakan istrinya mengusap bahunya pelan.
"Aku lihat Aquilla sudah muak sama perintah aku, aku gak mau membuat dia merasa terbebani." keluhnya pada Bianca.
Bianca tersenyum lembut menatap sang suami. "Ini semua demi keselamatan anak kita bukan? Kalau kamu siap membebaskan putri kita, kamu harus siap sama semua resikonya."
***
Aquilla menatap ponselnya, menunggu balasan pesan dari sang kekasih. Aquilla memutuskan untuk memiliki pacar tiga bulan lalu. Lelaki itu bernama Sharga, lelaki yang perhatian dan manis itu mampu membuat Aquilla menjatuhkan hatinya pada Sharga. Walaupun mereka harus terjebak dalam backstreet.
Tak apa jika mereka harus menyembunyikan status mereka, karena untuk menjadi kekasih lelaki yang diincar satu sekolah itu sudah membuat Aquilla puas. Jika para pgadis diluar sana hanya bisa menatap Sharga, makan Aquilla dapat menyentuhnya.
"Sudah sampai non."
Aquilla terbangun dari lamunannya, ia mengucapkan terima kasih pada Budi-supir pribadinya. Kemudian gadis itu segera turun dari mobilnya dan melangkah menuju kelasnya berada.
"Qil! Tunggu gue woi!" Aquilla menoleh ke belakang dan matanya menangkap sosok gadis yang tengah berlari kearahnya.
"Budek lo udah gue panggil tetep gak denger!" seru Liora sebal, nafas gadis itu terengah karena sudah berlari mengejar sahabatnya.
Liora dan Aquilla sudah bersahabat sejak mereka masuk sekolah menengah atas, mereka selalu bersama. jika Aquilla berada di suatu tempat, maka Liora pun akan ada disana. Mereka bagai prangko yang tak bisa dipecahkan, walaupun sifat mereka yang sama sekali bertolak belakang.
Liora dengan sifat yang kasarnya, berbicara semaunya dan memiliki kesabaran yang sangat tipis. Berbanding terbalik dengan Aquilla yang memiliki kesabaran diluar batas, terkadang gadis itu mendapat umpatan kasar Liora karena kelemotannya dalam berpikir. Bukan berarti Aquilla bodoh dalam pelajaran, Liora hanya sering mengajaknya mengobrol dengan hal-hal yang Aquilla tidak mengerti.
Mereka berjalan menuju kelas sembari saling melemparkan canda tawa mereka hingga Bayu yang notabenenya teman sekelas mereka tak sengaja mendorong keduanya hingga membentur tembok kelas.
"Bayu! Monyet! Kalo jalan liat-liat dong! Liat nih badan gue nabrak tembok!" seru Liora sembari mengaduh.
"Hehehe sorry Ra gue didorong sama nih bocah nih! Bukan salah gue, salahin tuh Ari! Dia yang dorong gue!" ujarnya cengengesan, mendorong Ari agar menjadi tamengnya hari ini.
"Bodo lah! Untung mood gue bagus hari ini. Sana-sana!"
Aquilla menggelengkan kepalanya menatap Liora yang sudah mengumpat, ia segera duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku dari tasnya. Gadis itu melirik kembali ponselnya, mengapa Sharga belum juga membalas pesannya?
"Liatin apa lo? Pasti nunggu Sharga bales pesan lo." tebak Liora tepat sasaran.
"Sharga gak balas pesan aku dari malem, apa dia gak sekolah?"
"Yaelah kimak! Gue kirain dia gak ngabarin lo sebulan! Ya kuotanya abis kali, makanya gak ngabarin lo."
"Iya kali ya?"
"Iyalah, jangan overthinking gitu lah! Gue juga tau lo pacaran sama cowo tercakep di sekolah ini. Tapi lo juga cakep, jadi tenang aja, Sharga gak mungkin selingkuh sama lo. Kecuali kalo dia nemu cewe yang lebih cakep dari lo-Aw!"
Liora mengaduh sembari mendelik, gadis itu mengusap tangannya yang dicubit oleh Aquilla. Aquilla hanya mencebik mendengar Liora yang mengaduh karena ulahnya, suruh siapa temannya itu mengatakan hal yang membuat Aquilla semakin berpikiran tidak-tidak.
Gadis itu mengadah saat mendengar suara guru memasuki kelas mereka. Lalu menyuruh seisi kelas untuk berdoa sebelum melakukan pembelajaran. Selesai dengan berdoa, guru itu pun mulai mengajar. Namun, ketukan pintu membuat semua murid mengalihkan atensinya.
Disana tampak lelaki urakan sedang berdiri di pintu sambil menjinjing tas sekolahnya.
"Sharga? Ada keperluan apa kamu di gedung IPA? Dan tepatnya di kelas ibu." tanya guru Matematika kebingungan.
"Malem saya ketiduran bu, paginya saya telat bangun. Jadi saya gak sempet buat pegang ponsel bu." ujar lelaki itu santai sembari melirik ke arah Aquilla.
"Urusannya dengan saya apa Sharga? Kamu tahu kan saya sedang mengajar? Saya tak ingin kamu membuang waktu mengajar saya."
"Gak apa-apa bu, saya cuma ingin cerita sama ibu."
Guru Matematika itu berdecak, "kembali ke kelas kamu sekarang."
Sharga mengangguk lalu izin pamit. Aquilla tersadar saat Liora menyenggolnya sambil tersenyum menggoda kearah gadis itu, Aquilla hanya bisa mengulum senyumnya melihat kelakuan Sharga yang bisa dibilang berhasil membuatnya salah tingkah.
"Nyengir lo udah digituin sama Sharga!'
||To Be Continued||
KAMU SEDANG MEMBACA
SHARGA
Romance[ budayakan follow sebelum membaca ] Akibat melukai keluarganya dahulu Sharga Elano Bratawijaya berjanji untuk membalaskan dendam itu. Melalui putri Leon sebagai perantara balas dendamnya. Sharga terkekeh mengetahui bahwa putri Leon adalah salah sa...