Bonus Part (1)
Kekurangan Jia.
.
.
.
.Hari itu rasanya tidak ada lagi yang lebih membahagiakan bagi Mark selain akhirnya ia bisa mendapatkan hati seorang gadis yang ia sukai. Setelah pendekatan singkat yang cukup rumit karena Jia adalah gadis yang sangat hati-hati, Mark berhasil jadian dengannya.
Bukan peristiwa yang sangat romantis saat Mark menyatakan perasaannya dan mengajak Jia untuk berpacaran dengannya. Tapi tetap saja itu membahagiakan mereka berdua. Mark tahu itu.
Mark sangat menyukai Jia. Alasannya dia sendiri tidak tahu pasti. Tapi ia kagum dengan kepribadian Jia yang sederhana. Gadis itu juga baik hati dan pemberani. Tidak pernah takut mengitarakan isi hatinya selama diperlukan. Semakin Mark mengenalnya, ia jadi semakin menyukainya.
Berjalan satu tahun hubungan mereka, Mark mulai merasakan sesuatu yang aneh. Awalnya ia mengira itu rasa bosan. Tapi ia juga tidak yakin. Sampai ada seorang temannya yang mengatakan hal yang kurang pantas, tapi Mark malah menyetujuinya.
"Gue kira pacar lu cantik. Kan lu selama ini bilang maunya pacaran sama cewek cantik aja."
Walau ia sebal mengakuinya tapi fakta kalau Mark lebih menyukai perempuan cantik tidak bisa dibantah. Ia memang menyayangkan kalau Jia tidak secantik itu. Kecantikannya bukan tipe kesukaannya. Tapi Jia sudah mengambil hatinya sedekikian rupa sehingga Mark sangat menyayanginya. Namun, perasaan kurang yang dirasakan Mark cukup mengusik hatinya.
Mark berkali-kali memperhatikan Jia. Mencari detail kecantikan yang setidaknya bisa sedikit memuaskan hatinya. Namun ia malah semakin merasa kurang seiring seringnya ia mencari. Jia cantik dan manis. Tapi bukan cantik yang menjadi seleranya. Saat hari jadi mereka yang kedua, Mark sebenarnya berniat untuk mengakhiri hubungan mereka. Namun ternyat ia tidak sanggup bila harus kehilangan perempuan seperti Jia.
Hari-hari berlalu dan Mark bertemu dengan perempuan yang dikenalnya dari klub menarinya. Perempuan itu sangat cantik dan banyak yang menyukainya karena kecantikannya. Mark berpikir untuk mendekatinya dan berpacaran dengannya lalu meninggalkan Jia.
Namun saat ia mulai berkencan dengan perempuan itu, ia merasa hampa. Gadis itu memang sangat cantik. Tapi kepribadiannya bertolak belakang dengan Jia. Kencan demi kencan mereka lakukan, tapi Mark hanya bisa menikmati kecantikannya dan tidak bisa menikmati waktunya bersama gadis itu. Akhirnya niat untuk memutuskan Jia urung lagi.
Mark bertemu dengan banyak gadis cantik setelahnya. Dari sosiap media, dikenalkan temannya atau tidak sengaja bertemu di jalan. Dan Mark akan pergi kencan dengan mereka dibelakang Jia. Hanya untuk sekedar memuaskan hatinya yang mendambakan gadis cantik.
Ia sadar sepenuhnya kalau tindakannya sangat kurang ajar. Ia merasa kurang dengan Jia tapi tidak mau melepaskannya juga dan memilih untuk menutupi rasa kurangnya dengan gadis lain. Brengsek namanya dan dia tahu itu. Tapi rasa sayangnya pada Jia adalah mutlak. Mark mulai berpikir dirinya tidak lagi pantas bersama gadis sebaik Jia. Tapi saat ia hendak mengakhirinya, hatinya jadi lemah dan akhirnya mengurungkannya. Terus begitu sampai mereka lulus dan kuliah di universitas yang sama.
Mark juga semakin yakin untuk memutuskan Jia setelah mengetahui kalau Kak Taeyong, kakak lelaki Jia, sangat tidak suka padanya. Namun perasaan takut kehilangan masih menguasainya.
Ia sadar sepenuhnya kalau dia sudah setara dengan bajingan.
Mark juga berpikir lebih baik Jia bersama dengan Yuta. Sebagai lelaki pun Mark tahu kalau Yuta adalah lelaki yang baik dan tulus kepada Jia. Tapi lagi-lagi Mark belum rela melepas Jia dari genggamannya.
Mark menyayangi Jia, tapi ia tidak puas karena Jia tidak secantik yang diinginkannya. Sehingga ia mencarinya dari gadis lain dan tetap mengikat Jia kepadanya.
.
.
."Mark!"
Mark sedang berjalan bersama Rina, gadis tercantik yang pernah ditemuinya sejauh ini saat ia mendengar suara Jia yang memanggilnya dari arah belakang.
Dalam hati Mark menyadari kalau inilah akhirnya. Tapi harga dirinya terasa terluka kalau akhirnya ia akan dicap sebagai lelaki brengsek yang bermain perempuan. Dengan perasaan seperti itu ia berbalik menghadapi Jia yang memandangnya dengan ekspresi kaget bercampur marah dan kecewa.
Jia bertanya padanya siapa perempuan yang bersamanya, tapi Mark tidak sanggup menjawab. Dalam hati ia menjerit agar Jia lebih baik meninggalkannya saja. Tapi jeritan itu tidak mampu sampai ke mulutnya.
Lalu Yuta terlihat. Mark merasa marah. Pada Yuta, pada Jia, pada dirinya sendiri. Alasannya ia tidak tahu pasti. Yang jelas ia ingin menyalahkan seseorang atas semua yang terjadi.
"... Aku gak nyangka kamu cewek yang begitu, Jia."
Setelah Mark mengatakannya, ekspresi yang tergurat di wajah Jia adalah rasa sakit hatinya karena tuduhan palsu itu. Mark sengaja melakukannya. Biarlah dia jadi orang jahat agar lebih mudah bagi Jia melupakannya. Gadis berani itu tidak boleh bersama dengan dirinya yang pengecut. Jia harus bersama dengan orang yang berani menerima dirinya sepenuhnya terlepas dari semua kelebihan dan kekurangannya. Dan jelas lelaki itu bukan Mark.
"Kita putus aja."
Setelah mengatakan itu, Mark tidak sanggup lagi memandang Jia dan memilih langsung meninggalkan gadis itu. Inilah akhirnya. Hatinya tidak rela melepas Jia dengan cara begini. Tapi ini semua adalah buah dari tindakannya yang pengecut dan kurang ajar. Padahal ia mengakui kalau dirinya menyayangi Jia tapi malah meninggalkan luka besar di hati gadis baik itu.
.
.
."Lu putus dari Jia? Udah ketauan ya soalnya lu main cewek?" Ledek Vino.
"Jia ketauan jalan sama Yuta." Jawab Mark.
"Hah?! Seriusan?"
"Jia jalan sama Yuta?!" Itu Rea yang baru saja memasuki ruangan.
"Iya." Jawab Mark.
"Wah! Lu harus putusin dia!" Seru Rea.
"Udah kali. Telat lo!" Ucap Vino.
"Nah! Bagus! Cewek tukang selingkuh gak pantes buat cowok baik kayak lu, Mark!"
Dalam hati Mark tertawa. Rea tidak tahu apa-apa. Gadis itu hanya menelan apapun yang ingin didengarnya. Ia jelas lebih senang menganggap Mark yang dikhianati dibanding Mark yang berkhianat.
"Iya. Gue kecewa banget." Ujar Mark.
Pengecut. Mark adalah pengecut paling buruk yang pernah ada. Ia tidak sanggup menceritakan yang sebenarnya kepada Rea Sang Penyebar Cerita. Ia takut kalau banyak yang mengetahui kalau dirinyalah yang sebenarnya selingkuh. Ia takut pada pandangan orang-orang terhadapnya. Akhirnya memutuskan untuk mengunci mulutnya tentang kebenarannya dan membiarkan orang-orang tahu kalau Jia yang berpaling darinya. Gadis itu pemberani, tidak seperti dirinya. Jadi, pasti lebih mampu menghadapi itu semua dibandikan Mark.
.
.
.Mark berpapasan dengan Jia di koridor. Gadis itu memalingkan wajahnya ketika bertatapan dengannya. Jia terlihat baik-baik saja. Mark menjadi lega. Walau nuraninya terasa sakit, tapi ia sedikit puas melihat Jia yang mampu melalui ini semua dengan baik.
.
.
.
.Bonus Part (2)
Kekurangan JiaEnd
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome to Color |•| Yuta NCT [END✓]
FanfictionBAHASA NON BAKU . . "gue ijin sayang sama lo ya?" "terserah" . . ini kisah dimana yang mencinta tidak berharap dicinta. Dan yang dicinta terus menerus dicinta. Terus akhirnya gimana? Apa gitu-gitu aja? Gak capek? . . . . happy reading~