Seharusnya kasus USB – 2374 atau Unidentified Supranatural Being nomor 2374, dengan nama lain Swarbhanu, sudah selesai. Di hadapan ratusan anggota Jerusalem dan beberapa eksorsis senior internasional, tubuh raksasa setinggi tiga puluh meter itu terdifusi ke udara begitu saja begitu seorang anak laki-laki muncul bersama seorang perempuan yang membawanya terbang untuk melancarkan tembakan aura dalam konsentrasi tinggi yang sempat merubah suhu udara di tempat itu sampai ratusan juta derajat.
Akan tetapi anehnya meskipun dengan suhu setinggi itu, tak terjadi radiasi selain jejak panas yang tersisa di udara. Beberapa staff ahli Jerusalem berkata bahwa sebelum mengenai Swarbhanu, aura yang dilancarkan oleh anak laki-laki yang telah teridentifikasi sebagai Aji Saputra itu seolah menciptakan ruang hampa yang menjebak Swarbhanu, memutuskan ikatannya dengan realitas lalu membakarnya seketika. Hal itu mungkin sulit dipercaya, akan tetapi jejak panas dan juga ratusan pasang mata yang menyaksikan membuat tidak ada seorang pun yang menyangsikan kejadian itu.
Ketidakberdayaan Jerusalem membuat petinggi organisasi internasional itu menghubungi Nirvana yang saat ini telah dibubarkan akibat munculnya bukti-bukti yang memberatkan Anjasmara, salah satu petinggi Nirvana dengan insiden USB – 2374. Dibubarkannya Nirvana dengan segera diambil alih oleh keluarga Keraton Akashaloka. Diantaranya ialah Putri Kartika, dan pamannya yakni Kashyapa.
Dan sekang, seminggu setelah insiden Swarbhanu. Kedua organisasi berkumpul di aula keraton Vijayadiningrat. Dengan Syaikh Ahmad, dan Putri Kartika yang membuka pertemuan pada pagi yang kelam itu.
"Kami mewakili organisasi Niskala mengungkapkan rasa sesal atas insiden yang terjadi karena salah satu anggota kami dari Nirvana yang telah menyebabkan bencana spiritual di Kota Bandoso. Karena itulah kementrian sudah memutuskan untuk melakukan pembubaran Nirvana dan menyerahkan struktur organisasi yang baru pada pihak Kraton."
Putri Kartika yang bersanggul perak berbentuk gemintang dan matahari surya majapahit menundukkan kepalanya dalam-dalam diikuti oleh anggota Niskala lain yang menunduk lebih dalam demi menghormati sang putri.
"Lagi-lagi pemerintah mau lepas tangan soal hal ini ya?"
Beberapa suara sumbang terdengar jelas di antar dinding, tapi tak sekalipun membuat anggota Niskala merasa emosi. Berbeda dengan Jerusalem yang memiliki anggota dengan latar berbeda-beda, Niskala yang sekarang merupakan orang-orang pilihan yang diantaranya telah mengikat sumpah dengan Putri kartika. Oleh karena itu, jika sang putri tidak mengangkatkan tangan, maka tak ada seorang pun yang akan bergerak.
"Kami sangat memahami kondisi Nirvana yang merupakan organisasi penelitian, dan tidak memiliki latar militan seperti kami, selain itu permasalahan terhadap Anjasmara dan keluarganya merupakan ranah privat di luar organisasi. Karena dari itulah kami tidak sepenuhnya menyalahkan organisasi Niskala yang baru dibentuk, terlebih Anda, Putri Kartika yang rasa-rasanya tiba-tiba saja dilimpahkan tanggung jawab yang besar dari Negara."
Syaikh Ahmad menyambut permintaan maaf Putri Kartika dengan getir dan dengan segera ia memintanya untuk mengangkatkan wajah.
"Tak elok seorang putri menundukkan wajahnya kepada orang tua sepertiku. Lagipula, pemerintah sudah memberikan otoritas tertinggi kepada Jerusalem untuk mengurus setiap insiden spiritual. Dan sungguh sebuah aib ketika kami gagal mengemban amanah. Dan karena keangkuhan kami yang kurang mampu memahami kultur budaya spiritual tempat kami bekerja, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan pada insiden Swarbhanu."
"Akhirnya Syaikh mengakuinya juga."
Haryanto yang duduk di sudut ruangan berseru lirih, Ihsan Asadu yang menangkap suaranya hanya meliriknya tajam lalu diakhiri dengan hela nafas panjang.
"Sudahlah Ihsan. Hal-hal tentang dunia lain yang kita pahami pada akhirnya hanya sebatas interpretasi kita terhadap kitab suci. Tak perlu merasa kesal hanya karena interpretasimu keliru, toh itu juga tidak mengurangi keimananmu."
Marie Catallya yang termangu sambil mencoret-coret buku catatannya mencoba menenangkan Ihsan. Ia sedikit gusar karena petinggi Jerusalem tak mengijinkan kakaknya Vincent untuk masuk. Meski ia tak diberi tahu alasannya, Marie paham bahwa kenyataan bahwa kakaknya adalah manusia setengah iblis cukup untuk menjadi jawaban atas kegelisahannya. Tapi tetap saja ia tak merasa nyaman akan hal itu.
"Anak laki-laki itu bisa menghancurkan Unidentified Supranatural Being dalam sekali serangan Marie. Kalau memang ada kekuatan sehebat itu di tanah ini, lantas untuk apa kita menghabiska waktu kita menyucikan iblis-iblis lemah yang merasuki orang-orang?"
"Entahlah Ihsan. Angka-angka yang muncul di layar markas utama seperti High Spiritual Pressure, dan yang lainnya seolah hanya mengukur kepadatan benda, dan bukan memberikan kita pemahaman tentang materi penyusun benda itu. Ketika ada reaksi HSP, kita hanya mendatangi tempat kejadian, membereskannya, dan selesai. Kejadian luar biasa seperti ini baru pertama kali kita alami. Para senior bilang kalau tekanan ruh setinggi ini pernah terjadi sepuluh tahun lalu di Bandoso. Akan tetapi kita tak pernah diberi penjelasan tentang hal itu.
"Classified kah?"
"Certo."
Sementara Marie dan Ihsan mengobrol di barisan belakang, suasana diskusi antara perwakilan Jerusalem dan Niskala sempat memanas ketika suster Martha menyela pembicaraan Putri Kartika agar pembicaraan segera mengarah ke permasalahan utama yang terjadi berkaitan dengan insiden Swarbhanu.
"Terimakasih atas intrupsinya suster Martha. Saya Kartika sebagai perwakilan dari Niskala tentu sudah menyiapkan segala informasi berkaitan dengan insiden Swarbhanu, dan juga tentang subjek kasus spesial Aji Saputra."
Telinga Ihsan berdiri mendengar kata-kata Putri kartika, ia yang mengenakan kemeja yang dipadukan dengan jarik terlihat ganjil, akan tetapi sepertinya sang putri yang selama ini hidup di lingkungan kraton benar-benar berusaha membaur dengan dunia luar. Sementara itu Marie berhenti mencoret-coret buku catatannya dan menatap sang putri lamat-lamat.
"Menurut pemahaman kami, Aji Saputra yang merupakan anak kandung dari Anjasmara telah melakukan kontak dengan aspek spiritual diluar dunia manusia."
Pulpen Marie mendadak jatuh ke bawah meja. Ihsan menatap wajah Marie yang memucat dengan penuh tanda tanya, sementara itu kata-kata Putri Kartika dipotong oleh sesosok lelaki tua berkumis dan berjenggot panjang seperti pertapa berkemeja di sampingnya.
"Maaf memotong. Apa yang dimaksudkan Kanjeng Putri adalah, dengan hilangnya Aji Saputra dan Swarbhanu. Bukan berarti masalah yang dimiliki oleh Niskala dan Jerusalem selesai. Apa yang dilakukan Aji Saputra dalam insiden Swarbhanu, meskipun secara kasat mata dilihat merupakan hal baik, akan tetapi kita perlu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki Aji Saputra.
Ia yang tidak berada di pihak manapun akan menjadi ancaman, terlebih dengan kekuatan sebesar itu."
Syeikh Ahmad berpandangan dengan Suster Marta. Tapi sayang tepat ketika mereka hendak berbicara, dering alarm aula kraton berbunyi nyaring.
Mendengarnya semua orang sigap untuk keluar dari aula, begitu juga sang putri yang memerintahkan anggota Niskala untuk mengevakuasi diri.
Sebuah tekanan roh tingkat tinggi yang sama besarnya dengan insiden Swarbhanu baru saja muncul, dan pusatnya adalah bukit Sujati.
Dua puluh kilometer dari lokasi bukit Sujati, Syaikh Ahmad, suster Martha, dan Putri Kartika berdiri di anjungan menara Kalur. Menatap sebuah pohon raksasa meranggas yang mencuat begitu saja menuju langit. Terlihat begitu jelas di mata mereka yang memiliki waskita, dan terlihat tembus pandang di mata orang biasa.
Kisah ini masih belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Jumat [5] Kayon
ParanormalSetelah insiden Swarbhanu, Jerusalem dan Niskala (Dulu Nirvana) mendapatkan masalah yang lebih besar semenjak menghilangnya Aji Saputra, yakni sebuah pohon raksasa yang tumbuh di bukit Sujati. Sementara itu Aya Nathania yang telah menjadi manusia da...