Chapter Pertama

80 0 0
                                    

Di Langit hitam, Di Langit Merah...!!!
Di Tanah Hitam, Di Tanah Merah...!!!
Di Tanah Jingga, Di Tanah Penuh Kebohongan...!!!

Di Langit Hitam, Di Langit Merah...!!!
Di Langit Jingga, Di Langit Penuh Kemarahan...!!!

💨💨💨💨💨

Hari minggu itu Aria Sedang mengawasi tukang untuk memperbaiki atap rumah atas perintah mamaknya. Sejak dari tadi hatinya tak karuan seperti ada sesuatu yang akan terjadi pada dirinya. Dia tidak konsentrasi dalam menjalankan tugas dan perintahnya sang mamak. Setiap tukang mengajaknya bicara dia hanya diam dan bengong menatap tukang itu.

Pandangannya tertuju ke bawah arah jalan depan rumahnya, tiba-tiba suara berisik dari bunyi klakson mobil mengganggu pikirannya. Tubuhnya menegang, Aria memandang mobil pajero berplat merah yang berhenti di depan rumahnya. Tetiba ketakutan melandanya, terlintas lagi bayangan peristiwa satu tahun lalu yang selama ini menghantui hidupnya.

"Ya Tuhan, kenapa kejadian itu hingga sampai saat ini belum juga hilang dari benakku, dan kenapa aku takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada diriku? Apa ini hanya firasatku saja?"

Aria tidak tenang, dia mondar-mandir di lantai dua rumah klasik tapi besar itu. Dia menatap ke bawah kearah jalanan, masih nampak mobil Pajero berplat merah yang menyalakan lampu sein dan terdengar suara klakson mobil itu dan kemudian ditimpali oleh suara klakson kendaraan lainnya yang saling bersahut-sahutan menimbulkan keberisikan dan kebisingan siang di hari minggu yang merupakan awal langit kelam di kehidupan Aria Arrahman Tawang. Aria makin gelisah dan hatinya makin tertutup awan hitam, sesekali dia menatap ke tukang yang tengah asyik bergumul memperbaiki dan mengganti seng tua dan banyak bocornya. Pikirannnya tidak fokus mengawasi kerja tukang sang mamak.

Dia kemudian melangkahkan kakinya menuruni anak tangga rumah kuno yang terbuat dari kayu jati. Aria menuju kamarnya, mencoba menenangkan dirinya dengan menyalakan radio yang ada di kamar ternyamannya itu, tempat dia mengasingkan dari dunia luar selama ini. Dia mencari gelombang siaran radio, tak ada musik enak seakan-akan semua lagu yang diputar mendukung suasana hatinya yang sedang kacau dan mendung di siang yang terik dan cerah itu. Akhirnya tangannya berhenti di gelombang 105,1 FM di radio kesayangannya Prambors Rasisonia. Mengalun Yellow milik Coldplay. Dia ikut bernyanyi mengikuti lagu yang terputar di radio kawula muda itu untuk menenangkan hatinya.

Suara keras mama'nya menghentikan senandungya, "Aria! Kenapa kau masuk di kamarmu? Itu tukang di atas ndak ada yang awasi, malah kau malah nyanyi-nyanyi di kamarmu... naik ke atas dulu sana temani tukang bekerja!"

Aria pun dengan kesal meninggalkan kegiatannya, menghampiri mama'nya, "dimana si Aroon mak? Kenapa saya terus sih yang disuruh-suruh?"

"Aroon keluar, ke kampusnya ada dia mau urus untuk ujian skripsinya." Jelas mama'nya Aria yang menatapnya dengan kesal.

"Alasan itu, paling pergi pacar-pacaran." Aria meninggalkan mama'nya yang masih mengomel tak jelas.

Sesampai di atas rumahnya, Aria melihat tukang menyelesaikan pekerjaanya.

"Hampirmi selesai kerjanya bapak?"

"Iya, sebentar lagi mau selesai ini nak Aria."

"Kalo selesai kerjanya, turun makan ya pak, mama'-ku sudah hidangkan makan siang buat bapak."

"iya nak, bapak selesaikan dulu ini," Addo melihat tukang meletakkan seng baru sebagai pekerjaan terakhir memperbaiki atap rumahnya.

Setelah beberapa waktu kemudian, selesailah pekerjaan itu. Addo melihat sang tukang mengemas perkakas kerjanya. Suara-suara berisik dari jalanan masih terdengar, hatinya makin risau, resah, gelisah dan takut.

Langit MenghitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang