8|| janji kerang besar.

1 0 0
                                    

Seokjyn bersorak dengan riang. Tangannya sengaja ia keluarkan menyapa angin yang bersentuhan dengan tangannya, rambutnya berlambai-lambai ikut senang. "Nanti kalau jatuh aku tidak mau tanggung sawab dan tolong kamu ya," ancam Hanna, sebenarnya dia sedikit iri karena tidak bisa melakukan hal seperti Seokjyn karena dia yang menyetir.

"Aku tidak akan jatuh, jangan khawatir." Lanjut bersorak. Hanna menambah kecepatan mobil bututnya untuk menambah keseruan Seokjyn yang sebagian tubuhnya keluar dari mobil melalui jendela. Sore hari yang hangat, berwarna jingga, burung terbang dengan bebas di atas, seperti biasa jalanan disini begitu sepi seperti jalanan rahasia yang hanya Hanna dan Seokjyn bisa lalui. Benar benar tidak ada orang

Tadi Seokjyn memarahi Hanna karena sudah beberapa kali bolos kelas hanya karena ingin pergi bersamanya, jadi mereka memutuskan pergi saat sore saja. Untuk kerjaannya di toko buku, Hanna sudah mendapatkan izin dari mereka, Kakek dan Nenek.

Seokjyn terlihat sangat gembira hari ini, bersorak sorak seperti suporter bola sepak, Hanna yang terbawa suasana pun ikut juga sesekali. Sungguh perjalanan yang menyenangkan. Setiap hari menyenangkan bagi Hanna asal Seokjyn ada disisinya.

Sebelah tangan Hanna singgah di jendela mobil disampingnya yang terbuka sempurna. Rambutnya sedikit terbang akibat angin yang masuk ke dalam dan menyentuh wajah Hanna dengan lembut, tersenyum melihat ke depan mendengar sorakan Seokjyn. Dua orang dengan pakaian yang tidak asing berdiri jauh melihat mobil Hanna yang melaju kencang. Sadar karena ada yang mengamatinya kepala Hanna memutar mengikuti dua orang yang semakin ke belakang. Mata mereka bertemu.

Seokjyn pun tersadar ada yang aneh dari Hanna dan bertanya, "Ada apa, Han?"

"Tidak ada apa apa, aku hanya melihat sesuatu saja."

"Sesuatu apa?"

"Tidak penting, kok." Terkekeh menutupi kegelisahannya. Hatinya menjdi gelisah dari awal melihat dua orang yang terus melihat ke arah mobilnya. Ia mengecek ke belakang dengan pantulan kaca spion, mengecek apakah dua orang itu masih melihat mobilnya atau tidak. Syukur dua orang itu tidak melihat mobilnya lagi, tapi mungkin ini lebih parah karena mereka menghilang.

"Aduh, ternggorokanku sakit." Seokjyn kembali duduk sambil memegang lehernya. Hanna menertawai Seokjyn. Lalu memberitahu ada botol minum yang ia bawa di kursi penumpang belakang dan menyuruh Seokjyn meminumnya agar tidak sakit lagi.

Sebelum meneguk air, "bajumu bagus." Seokjyn menyempatkan untuk memuji tampilan Hanna hari ini.

"Benarkah?" Terasa malu karena dipuji, Seokjyn suka memuji Hanna belakangan ini. Gaun sederhana berwarna cream selutut dengan bunga bunga kecil menghiasi gaunnya hampir menutupi warna asli kain itu. Hadiah dari Nenek kesayangannya yang tidak pernah ia pakai akhirnya ia pakai juga hari ini. Seokjyn adalah alasan mengapa ia memakai baju itu.

Rencananya mereka ingin bermain air saja disana sebentar, mungkin akan ada tambahan.

Seokjyn berpakaian kemeja putih bahan jatuh milik Hanna yang longgar. Seharusnya warna kulitnya hampir terlihat karena bahannya yang tembus tapi Seokjyn yang memudar tidak bisa menampilkan warna kulitnya lagi, celana panjang hitam tambahannya dengan bahan yang hampir mirip dengan kemeja yang ia pakai.

Kaki mereka sudah keluar dari mobil dan menginjak bumi yang datar. Angin pantai bertiup kencang menyambut mereka. Mereka bertatapan sambil tersenyum semangat, lalu berlarian menuju pantai yang sesungguhnya. Mereka telihat sangat bahagia walau hanya melihat mata mereka yang menyipit akibat tersenyum lebar.

Melepas alas kaki dan menaruhnya di sembarang tempat dan mulai bermain. Sebagai permulaan kaki mereka menyentuh air hangat pantai sore terlebih dahulu. "Ha.." Desah Seokjyn puas. Rindu dengan air sore di laut. Hanna hanya bisa tersenyum tipis memandang Seokjyn yang menutup matanya menyerap energi dari air pantai. Hanna yakin Seokjyn pasti merindukan rumah aslinya.

oceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang