1 Agustus

3 0 0
                                    

"Happy Anniversary, sayang. Selamat bulan Agustus yang ke-3. Semoga kita masih tetap bersama di Agustus lainnya." Renjana menelungkup pipi Mahanta gemas.

Kondisi kantin pusat cukup senggang karena matahari-pun mulai lengser ke tepian barat. Tidak banyak mahasiswa yang tengah bercengkrama di kantin, hanya sekumpulan pria berambut gondrong dengan setelan kaus berkerah dan levis khas anak teknik.

Mahanta yang tengah asik memainkan game di ponselnya terperangah kaget karena perlakuan Renjana, "Kamu ngapain, sih? Aku lagi main game!"

Renjana terkekeh perlahan, "Ata inget kan sekarang hari apa?"

"Jum'at," sela Mahanta sengak. Mata Mahanta tidak sekalipun menoleh ke arah Renjana yang tengah menatapnya dengan seksama.

"Bukan itu, say.."

"Oke, ini tanggal 1 Agustus yang berarti lo ama gue jadian yang ke-4(?) Maybe i dunno im just forget it," Mahanta meletakkan ponselnya kasar, "jadi lo mau apa, Na? Gue ada acara nanti malem jadi gak bisa kalo lo minta temenin belanja, makan, dll."

Renjana hanya tertunduk. Sudah berkali-kali Renjana mengajak Mahanta pergi, tetapi dengan beribu alibi-pun Mahanta menolak.

"Ta, kalau Ata emang gak mau pergi sama Na gak masalah kok. Na tau kalau Ta pasti sibuk banget sama organisasinya Ata. Ata jangan sampai telat makan dan selalu minum suplemen ya," ucap Renjana sembari menyodorkan suplemen kepada Mahanta, "jangan lupa diminum, Na pamit pulang."

Renjana bersiap melangkah pergi, namun tiba-tiba  Mahanta menarik tangan Renjana dan memeluk Renjana secara tiba-tiba.

Taa ... batin Renjana

"Tumben sayangku ini meluk aku?" Tanya Renjana heran.

"Beri waktu biar gue bisa nerima lo, Renjana." ucap Mahanta dengan nada datar khas-nya

"Ta, 3 tahun apa belum cu--?"

"Renjana, please. Kalau lo udah ga bisa, jangan paksa diri lo. Cukup pergi kalau emang lo udah gak mampu."

Renjana melepas pelukan Mahanta dan menatap tajam manik mata Mahanta, "Ta, kalau Renjana bisa pilih, Renjana juga gak akan mau kenal Ata kalau cuma sekedar jadi pesakitan buat diri Ana. Renjana bahkan gak tau kalau nyatanya hati Ana milih Ata!"

Bak air hujan, air mata Renjana turun tanpa izin empu-nya. Sakit. 3 tahun dan masih menjadi asing.

Kalimat rinci yang diterangkan Mahanta memang menyakitkan. Bagaimana hati yang lebam itu sembuh jika 3 tahun menjalin rasa hanya sekedar formalitas dengan mencintai hanya pada sebelah pihak?

Lucu memang ketika melihat Renjana hanya memikirkan logika, tapi memang kenyataannya harga diri Renjana-pun telah dia korbankan.

Renjana menggenggam tangan Mahanta erat, "Ta, nanti kalau Renjana sudah gak bisa, Renjana tau arah sebaliknya," Renjana mencium tangan Mahanta perlahan, "Sayang, Na pulang dulu, ya?"

Ditatapnya pungguh Renjana yang semakin menjauh oleh Mahanta, "Tuhan, apa saya sangat keterlaluan? Saya mencintainya, tapi saya juga membencinya. Semoga kamu baik-baik saja, Renjana."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang