daster putih

37.1K 445 13
                                    

⊙﹏⊙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊙﹏⊙

Jujur saja, malam itu, Mina manjanya diluar batas wajar.

Nayeon memang sudah terbiasa dengan sifat Mina yang sedikit manja, seperti kucing betina yang sedang birahi. Seringkali ia sengaja menggodanya dengan cara mengelus lembut kontol Nayeon dari luar celana, atau pun menghisap lahap dirinya bahkan tanpa diminta.

Tapi, malam itu, Mina sudah keterlaluan.

Entah dari mana dia mendapatkan ide untuk mengenakan daster putih yang hampir tembus pandang, pentilnya besarnya menonjol keluar dress seraya ia mengelus-ngelus perut Nayeon. Ia duduk di atas pangkuan Nayeon yang sedang tiduran santai di atas sofa, menonton televisi, mengenakan daster pendek yang hanya terangkat saat ia mulai menggosok dirinya ke area pukang Nayeon.

Memek telanjang Mina ia gesekkan ke batangan Nayeon yang semakin menegang, ia bahkan bisa merasakan kebecekan tersebut di dalam celana boxers-nya.

"Napa lo?" Tanya Nayeon singkat, berusaha berpura-pura tidak peduli dengan gerakan pinggang Mina yang sangat merayu.

Mina hanya menggigit bibirnya, semakin keras menggesekan memek dan itilnya ke batangan Nayeon sebelum akhirnya ia menutup mata kencang-kencang. Gerakannya serentak berhenti dan Nayeon merasakan pinggang dan lututnya berdenyut—sepertinya ia sedang dilanda orgasme yang lumayan besar.

"Udah kaya perek jalanan ya lo," Nayeon mendorong dirinya agar duduk di sofa, lengannya mengitari badan Mina yang kurus. Ia mulai mengecupi lehernya yang berkeringat, menggigit kulit putihnya.

"Nghh..." Mina mengerang lemah, melingkari lengannya di leher Nayeon sebelum mulai menggerakan pinggangnya lagi.

Tangan usil Nayeon pun meraba-raba pinggang Mina dengan sabar, perlahan-lahan naik hingga tiba di gundukan kenyal dadanya. Sungguh nikmat yang tidak ada bandingnya di dunia. Tangannya bergerak untuk memijat salah satu toket Mina, menarik-narik pentilnya yang ia tau sensitif.

Hasilnya, suara yang keluar dari mulut Mina hampir terdengar seperti tangisan.

Shit, Nayeon merasakan dirinya semakin terangsant, libidonya bergejolak mendengar suara lirih tante-tante itu.

Nayeon semakin semangat menggigit leher Mina, semakin ingin menandai badan sempurna Mina sebagai miliknya sendiri.

Namun, Mina dengan lemah mendorong pundak dan tangan Nayeon dari dirinya. Nayeon yang kebingungan dengan tindakan Mina langsung bersuara untuk mengeluh, ingin cepat-cepat lagi merasakan dada sintal Mina. Namun ia dengan cepat membungkam mulutnya saat ia melihat Mina malu-malu menarik salah satu buah dadanya keluar dari atas dasternya tersebut.

Nayeon tercengang. Ia memerhatikan Mina yang kesusahan—karen toketnya terlalu besar untuk dikeluarkan, namun ia tetap memaksakannya—dan terengah-engah hinga akhirnya salah satu buah dada tersebut terlihat secara keseluruhan.

Nayeon ingin langsung menahan puting Mina yang terlihat tegang, ingin meminta-minta agar Mina menyusuinya bak seorang bayi yang baru lahir, ingin mengulum pentilnya tersebut. Namun ia sabar.

Ia sabar, melihat Mina mengeluarkan toket satunya lagi dengan perjuangan yang teramat sangat. Wajahnya mulai memerah, dan ia harus meremas toketnya sendiri agar muat keluar. Akhirnya, kedua tete Mina pun menggantung di luar dasternya.

Netra Nayeon tidak dapat ia angkat dari dua gundukan tersebut: Mina memamerkan togenya dengan sangat bangga, meskipun parasnya memerah malu, dan ia menekankan keduanya dengan tangannya.

"Gunanya lo gitu ngapain?" Tanya Nayeon dengan lembut, padahal ia sudah ingin menerjang Mina, memakannya hidup-hidup.

"Kamu kan suka main tete Tante," ujar Mina sambil tersenyum manis, mengedipkan matanya dengan innocent. Ia mulai menggesekan lagi memeknya di kontol Nayeon yang masih terbalut boxer dan Nayeon langsung memaki, sekarang baru terasa perih juniornya menahan nafsu di depan Mina yang seperti ini.

"Terus?"

Perlahan, salah satu tangan Nayeon ia angkat untuk mengelus kulit mulus Mina, dan jempolnya ia gunakan untuk mengitari areolanya yang sedikit kasar.

Mina semakin engas dalam gerakan pinggangnya, sama seperti tadi. Ia tidak menjawab Nayeon dan hanya menekankan bibirnya.

"Hah," Nayeon menghela nafas panjang-panjang, jidatnya ia tempelkan ke Mina. "Lacur."

Mina mulai memanggil namanya lirih, "Nayeon Nayeon Nayeon", badannya terguncang ke atas dan ke bawah, dan Nayeon tidak dapat menarik mata dari tatapan seksi Mina yang semakin mendekati klimaks.

"Lo bikin sinting tau ga?"

Sebelum Mina dapat mengejar orgasme, Nayeon dengan kasar menarik paha sintalnya. Ia memposisikan diri di sofa sebelum mendorong badan lemah Mina ke atas sofa—sepasang susunya langsung bergoncang tidak karuan.

Mina langsung mengerang, merasa kosong karena gagal klimaks, namun bintang di matanya kembali bersinar saat Nayeon mengeluarkan batangan kontolnya yang sudah lapar dari celana boxers.

"Fuck," Nayeon mengangkat salah satu kaki Mina sementara ia memposisikan palkonnya di lubang memek Mina. Ia mencium kaki Mina, memuja-muja langsing betisnya sebelum menatap Mina lagi. Ia menjilat kakinya, Mina dengan binal terus mendekatkan memeknya ke kontol Nayeon.

"Lo cantik banget, 'te—"

Tanpa isyarat, ia langsung menghentakkan lonjornya ke dalam vagina Mina, merasakan tembok hangat memeknya kembali memijat-mijat kontolnya yang panjang dan tebal. Ia tidak akan pernah bosan dengan memek Mina, pikirnya, ini adalah memek paling lezat di seluruh dunia.

"Lo cantik banget," ujar Nayeon lagi, mengerang, semakin gila menggenjot lubangnya dengan harapan ingin melihat dada Mina berguncang-guncang. "Cantik, seksi, manis. Pengen gue makan, tau ga? Pengen gue entot sampe lo udah ga tahan lagi."

"Nay—" Mina mulai membalas omongan Kotor Nayeon. "Tante juga mau, 'yeon, mau dipejuin sampe memek Tante penuh. Ya? Ka-kamu mau 'kan? Kontolin Tante sampe Tante isinya peju kamu semua, ya?"

"Anjiiing," Nayeon menutup matanya, membiarkan nafsunya mengambil alih badannya. Ia membiarkan kaki Mina jatuh dan langsung memegang erat torsonya. "Lo udah gue entot berapa kali di sofa ini, 'Te? Masih binal aja, sih?"

"Tante binal cuman buat kamu, 'Yeon," Mina menutup mulutnya dengan tangannya demi menahan desahan yang kian tumpah dari tenggorokannya.

"Shit, lonte," kekeh Nayeon kecil, disambung gerangan saat is merasakan biji-bijinya mulai bercucuran dari kepala kontolnya yang masih saja tegang menusuk Mina.

Mina pun ikut mendesah, suara lembutnya mengisi kecil apartemen Nayeon. Peju putihnya mulai mewarnai finding vagina Mina yang ikut berdenyut, semakin erat memeluk batang perkasanya sebelum akhirnya ikut mengeluarkan cairan hangat yang deras.

"Fuckin' hot," ujar Nayeon tanpa malu, kini jatuh di atas badan Mina yang tidak berhenti bergetar. Ia bahkan tidak mengeluarkan penisnya dari lubang memek Mina, ia hanya menenggelamkan wajah di lembah antara gunung besar Mina.

"Kok gue bisa ketemu lo ya, 'te?" Ia menghela nafas panjang-panjang, lidahnya menjilat keringat asin yang serasa seperti madu di kulit Mina.

Mina tertawa kecil, suara manis yang masih bergetaran karena besar kontol Nayeon di dalamnya, dan ia mulai mengelus-ngelus rambut lembut Nayeon.

"Mungkin kita jodoh," ujarnya dengan nada yang jenaka — lantas Nayeon langsung tertawa.

"Jodoh gue susunya gede."

Mina merengek, sedikit menggeleng kepala sebelum akhirnya menanamkan bibir di atas kepala Nayeon.

TBC.

next-door neighbors. / mina x g!p nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang